Demokratisasi Kontes Kecantikan

Sabtu, 24 Januari 2015 - 13:41 WIB
Demokratisasi Kontes Kecantikan
Demokratisasi Kontes Kecantikan
A A A
Ahli marketing sekaligus pengamat sosial Henry Manampiring mengaku tidak terlalu mempermasalahkan banyaknya akun sosial media dari beragam perguruan tinggi yang menampilkan beberapa mahasiswa/i yang cantik dan tampan.

Om Piring, begitu ia biasa disapa, mengatakan bahwa mengagumi kecantikan itu adalah sebuah perilaku normal. Pemilik akun Twitter @newsplatter ini pun menjuluki fenomena tersebut sebagai demokratisasi kontes kecantikan. ”Dulu seseorang harus bisa lolos seleksi kontes kecantikan seperti Puteri Indonesia atau Miss Universe untuk bisa diakui kecantikannya oleh publik. Itu pun hanya sedikit yang berkesempatan mengikutinya,” sebutnya.

Namun, kini, menurut Om Piring, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti kontes kecantikan skala mikro. Misalnya dalam konteks kampus, seperti yang ada di sejumlah akun Instagram tersebut. Serupa dengan Om Piring, Digital Marketing Expert Tuhu Nugraha tidak mempermasalahkannya selama tidak merugikan berbagai pihak.

”Ya, sah-sah saja. Banyak akun seperti ini sebelumnya. Misalnya @GantengGantengBatak. Rekomendasinya kan juga positif. Kecuali kalau ada, misalnya @Unpadjelek, pasti yang dinominasikan menjadi marah dan enggak terima,” kata Tuhu. Ngomongincewek cantik dan cowok ganteng, rasanya sudah sejak lama dilakukan banyak orang.

Namun, dengan keberadaan media sosial yang semakin marak, fenomena seperti ini terlihat lebih heboh karena banyak orang yang melihat. “Zaman sudah berbeda. Sekarang ini banyak orang yang menciptakan segala sesuatunya dengan cara unik. Akunakun seperti itu, menurut saya, adalah sesuatu yang unik. Jadi bahan seru-seruan saja,” ucap Tuhu.

Bila dilihat dari deskripsi @anakuicantik, prosedur memasukkan foto memang tidak rumit. Admin membebaskan followers-nya untuk menominasikan teman mereka yang sekiranya “kece”. Caranya cukup menyebutkan username, berserta nama panjang, angkatan, serta jurusan ke kolom komentar di salah satu foto yang diunggah. Om Piring menilai, hal ini boleh saja dilakukan, yang penting tetap menghargai privasi.

“Artinya, apakah si ’mahasiswi kece’ ini tahu bahwa fotonya akan di-postingdi akun yang bukan miliknya, dan telah memberi izin untuk itu. Jika si mahasiswi kece tidak bersedia, maka foto tidak boleh dipasang, karena menurut saya, tidak menghargai privasi dia,” katanya. Era internet memang membawa dunia pada sebuah tatanan baru yang bebas dan tanpa batas.

Di mana pun dan kapan pun, setiap orang bebas mengekspresikan dirinya lewat media global. Tentu saja dunia menjadi begitu terbuka bagi banyak orang sehingga satu sama lain dapat terhubung. Om Piring mengaku secara pribadi tidak pernah merasa perlu mengatur sosial media harus digunakan untuk apa.

Nah yang terpenting hukum tidak dilanggar. ”Apa pun penggunaannya, mencari berita, belajar, berbagi cerita pribadi, mengikuti akun seleb, sampai narsis pun silakan saja. Sepanjang tidak melanggar hukum atau melanggar norma sosial, kesantunan umum, dan juga tidak boleh melanggar privasi orang lain,” paparnya.

Dia turut berpesan kepada anak muda agar cerdas dalam mem-postingsegala sesuatunya di media sosial. Jangan justru mem-postingsesuatu yang berisiko mempermalukan diri sendiri. ”Sebelum mem-posting sesuatu, ingatlah bahwa jejak digital kita sulit sekali dihapus. Jadi, jangan memasang sesuatu yang berisiko mempermalukan diri sendiri 5 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan.

Kamu tidak akan pernah tahu perjalanan studi, karier, atau hubungan asmara kamu ke depannya. Jangan sampai media sosial kamu menjadi bumerang pada masa depan,” katanya. Tak jauh berbeda dengan Om Piring, Tuhu juga berpesan untuk terus memikirkan dampak apa yang akan terjadi bagi diri sendiri dan orang lain sebelum mem-posting sesuatu.

“Selama itu hal yang sifatnya positif, maka aman. Tapi kalau hal yang negatif, keluhan, maka berhati-hati dan pikirkan ulang sebelum posting. Ini bisa jadi dampaknya akan sangat luas, misalnya kena tuntutan hukum,” sebut Tuhu.

DEASY AMALIA
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3834 seconds (0.1#10.140)