Politik Pragmatis Ancam Kongres PAN
A
A
A
JAKARTA - Pertarungan memperebutkan posisi ketua umum dalam kongres Partai Amanat Nasional (PAN) mendatang diprediksi bakal sengit. Politik pragmatis dengan menggunakan uang untuk meraih kemenangan sangat mungkin terjadi.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, faktor figur tak lagi berpengaruh kuat untuk menentukan siapa calon yang bakal menang pada kongres di Bali, 28 Februari-2 Maret, tersebut. Menurut dia, dua kandidat ketua umum yang ada, yakni Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan, sejauh ini sama-sama kuat.
Meski Zulkifli mendapat dukungan penuh dari pendiri PAN Amien Rais, Hatta memberikan perlawanan serius. Dalam kondisi seperti itu, menurut dia, politik pragmatis menentukan siapa yang bakal jadi pemenang. ”Pertarungan kali ini bakal lebih besar dari kongres sebelumnya. Soalnya kongres kali ini juga menjadi pertarungan mengenai kepemilikan partai,” kata Yunarto kepada KORAN SINDO kemarin.
Dia menjelaskan, pada kongres sebelumnya, Amien Rais selalu bisa membuat skenario siapa yang dikehendakinya untuk menduduki jabatan ketua umum PAN. Baik ketika mendukung Soetrisno Bachir pada Kongres PAN 2005 maupun saat menghendaki Hatta pada Kongres PAN 2010. Tapi dalam kongres nanti, kata dia, pertarungannya jadi melebar.
Kongres kali ini dinilai menjadi ajang pertarungan antara SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang mendukung Hatta dengan Amien Rais yang tentu tidak mau kehilangan pengaruh dan kepemilikannya di partai yang didirikannya tersebut. Sementara itu jika melihat kedua calon yang bertarung, menurut dia, mereka samasama kuat karena sama-sama berpengalaman. Keduanya juga sama-sama bukan figur luar biasa yang punya karisma sebagai figur pemersatu.
”Analisisnya, pertarungan individu antara Hatta dan Zulkifli ini berimbang. Tapi apakah ini pertarungan individu? Tidak. Karena ini pertarungan menyangkut pengaruh dan legitimasi kepemilikan partai ke depan sehingga ini juga menjadi pertarungan Amien versus SBY,” ungkapnya. Di tengah faktor figur internal yang tak lagi berpengaruh kuat menentukan pemenang, ada dua variabel pragmatis yang sangat mungkin terjadi dan menentukan.
Pertama, bagaimana sang calon bisa menjanjikan dan meyakinkan pemilik suara atas pilihan politik realistis ketika memimpin PAN. ”Misalnya bagaimana kader pemilik suara memaknai calon yang didukungnya (untuk) bisa terus survive dalam politik ke depan. Dengan begitu kader merasa memiliki peluang politik, termasuk dalam pilkada,” ucapnya.
Kedua, menurut dia, adalah variabel politik uang. Dengan posisi yang sama-sama kuat, terjadilah saling klaim dukungan yang itu akan dimanfaatkan pemilik suara untuk main di ”dua kaki”. Sekarang, kata dia, sudah bisa dilihat dengan nyata bagaimana DPW dan DPD PAN mulai ”menjual” dukungan. Saat diklaim kubu Hatta mereka mengiyakan, diklaim kubu Zulkifli juga tak menolak. Menurutnya, sikap saling klaim antarcalon itu memang menggoda para pemilik suara untuk main di dua kaki.
”Di situlah politik uang sulit dihindari,” sebutnya. Sementara itu, Hatta Rajasa dijadwalkan akan melakukan konsolidasi bersama kader sekaligus menggelar deklarasi akbar di Makassar, Sulsel, pada 7-8 Februari 2015. Ketua Tim Pemenangan Hatta Rajasa, Joncik Muhammad, mengatakan alasan memilih Makassar karena lokasinya yang sangat strategis di tengah-tengah kawasan Indonesia timur sehingga mudah dalam hal fasilitas dan infrastruktur.
Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional DPP PAN itu mengatakan, Kota Makassar dan Sulsel merupakan salah satu basis Hatta Rajasa pada pemilihan ketua umum lalu sehingga suara kemungkinan masih bisa dipertahankan. Selain itu, Sulsel merupakan bagian dari keberhasilan PAN saat dipimpin Hatta Rajasa dengan melihat perolehan suara pada pemilihan legislator (pileg) lalu, termasuk mempertahankan tiga kursi di DPR pusat.
”Keberhasilan inilah yang menjadi acuan, bukan hanya di Sulsel, tapi di kawasan Indonesia timur, suara PAN cukup besar pada pemilu legislatif lalu,” katanya. Mengenai dukungan terhadap Hatta Rajasa, dia mengatakan sudah ada 189 suara dari 230 suara se-Indonesia timur. Dia menyebutkan total suara se-Indonesia sebanyak 592 suara. Saat ini dukungan ke Hatta Rajasa sudah mencapai 388 suara.
Target yang dipatok adalah 80% atau 413 suara. Ketua DPW PAN Sulsel Ashabul Kahfi mengatakan, sebagai tuan rumah pihaknya akan memfasilitasi pertemuan akbar Hatta tersebut. ”Sebagai tuan rumah pasti kami akan menjamu tamu kita, lagipula Pak Hatta masih menjabat sebagai ketua umum PAN. Mengenai dukungan, itu dikembalikan ke masing-masing DPD dan DPW. Kader di PAN yang maju jadi calon ketua umum pasti semua berkualitas,” ujarnya.
Di lain pihak, kendati kubu Hatta mengklaim mampu meraup dukungan mayoritas, kubu Zulkifli tidak gentar. Tim sukses Zulkifli Hasan, Viva Yoga Mauladi, mengatakan bukti dukungan DPWdanDPDkepada Zulkiflitecermin pada deklarasi dukungan di Surabaya, Senin (19/1). Pada acaraitusebanyak26DPWsecara bulat menyatakan dukungannya kepada Zulkifli untuk maju sebagai ketua umum DPP PAN periode 2015-2020.
Menurut dia, dukungan tersebut merupakan dukungan resmi dari DPW yang juga akan membawa DPD masing-masing di bawahnya. Mengenai klaim kubu Hatta bahwa mereka mendapatkan dukungan DPW dan DPD hingga 80%, Viva mengatakan itu patut dipertanyakan. Dia mengambil contoh saat deklarasi dukungan DPW untuk Hatta di Jakarta yang disebut dilakukan 24 DPW, menurutnya itu tidak sesuai dengan faktanya. ”Dukungan terhadap Zulkifli pada deklarasi di Surabaya tidak abal-abal, resmi dan ada (pernyataan) di atas kertas,” ujarnya.
Kiswondari/Rahmat sahid/Kiswondari/Ant
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, faktor figur tak lagi berpengaruh kuat untuk menentukan siapa calon yang bakal menang pada kongres di Bali, 28 Februari-2 Maret, tersebut. Menurut dia, dua kandidat ketua umum yang ada, yakni Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan, sejauh ini sama-sama kuat.
Meski Zulkifli mendapat dukungan penuh dari pendiri PAN Amien Rais, Hatta memberikan perlawanan serius. Dalam kondisi seperti itu, menurut dia, politik pragmatis menentukan siapa yang bakal jadi pemenang. ”Pertarungan kali ini bakal lebih besar dari kongres sebelumnya. Soalnya kongres kali ini juga menjadi pertarungan mengenai kepemilikan partai,” kata Yunarto kepada KORAN SINDO kemarin.
Dia menjelaskan, pada kongres sebelumnya, Amien Rais selalu bisa membuat skenario siapa yang dikehendakinya untuk menduduki jabatan ketua umum PAN. Baik ketika mendukung Soetrisno Bachir pada Kongres PAN 2005 maupun saat menghendaki Hatta pada Kongres PAN 2010. Tapi dalam kongres nanti, kata dia, pertarungannya jadi melebar.
Kongres kali ini dinilai menjadi ajang pertarungan antara SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang mendukung Hatta dengan Amien Rais yang tentu tidak mau kehilangan pengaruh dan kepemilikannya di partai yang didirikannya tersebut. Sementara itu jika melihat kedua calon yang bertarung, menurut dia, mereka samasama kuat karena sama-sama berpengalaman. Keduanya juga sama-sama bukan figur luar biasa yang punya karisma sebagai figur pemersatu.
”Analisisnya, pertarungan individu antara Hatta dan Zulkifli ini berimbang. Tapi apakah ini pertarungan individu? Tidak. Karena ini pertarungan menyangkut pengaruh dan legitimasi kepemilikan partai ke depan sehingga ini juga menjadi pertarungan Amien versus SBY,” ungkapnya. Di tengah faktor figur internal yang tak lagi berpengaruh kuat menentukan pemenang, ada dua variabel pragmatis yang sangat mungkin terjadi dan menentukan.
Pertama, bagaimana sang calon bisa menjanjikan dan meyakinkan pemilik suara atas pilihan politik realistis ketika memimpin PAN. ”Misalnya bagaimana kader pemilik suara memaknai calon yang didukungnya (untuk) bisa terus survive dalam politik ke depan. Dengan begitu kader merasa memiliki peluang politik, termasuk dalam pilkada,” ucapnya.
Kedua, menurut dia, adalah variabel politik uang. Dengan posisi yang sama-sama kuat, terjadilah saling klaim dukungan yang itu akan dimanfaatkan pemilik suara untuk main di ”dua kaki”. Sekarang, kata dia, sudah bisa dilihat dengan nyata bagaimana DPW dan DPD PAN mulai ”menjual” dukungan. Saat diklaim kubu Hatta mereka mengiyakan, diklaim kubu Zulkifli juga tak menolak. Menurutnya, sikap saling klaim antarcalon itu memang menggoda para pemilik suara untuk main di dua kaki.
”Di situlah politik uang sulit dihindari,” sebutnya. Sementara itu, Hatta Rajasa dijadwalkan akan melakukan konsolidasi bersama kader sekaligus menggelar deklarasi akbar di Makassar, Sulsel, pada 7-8 Februari 2015. Ketua Tim Pemenangan Hatta Rajasa, Joncik Muhammad, mengatakan alasan memilih Makassar karena lokasinya yang sangat strategis di tengah-tengah kawasan Indonesia timur sehingga mudah dalam hal fasilitas dan infrastruktur.
Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional DPP PAN itu mengatakan, Kota Makassar dan Sulsel merupakan salah satu basis Hatta Rajasa pada pemilihan ketua umum lalu sehingga suara kemungkinan masih bisa dipertahankan. Selain itu, Sulsel merupakan bagian dari keberhasilan PAN saat dipimpin Hatta Rajasa dengan melihat perolehan suara pada pemilihan legislator (pileg) lalu, termasuk mempertahankan tiga kursi di DPR pusat.
”Keberhasilan inilah yang menjadi acuan, bukan hanya di Sulsel, tapi di kawasan Indonesia timur, suara PAN cukup besar pada pemilu legislatif lalu,” katanya. Mengenai dukungan terhadap Hatta Rajasa, dia mengatakan sudah ada 189 suara dari 230 suara se-Indonesia timur. Dia menyebutkan total suara se-Indonesia sebanyak 592 suara. Saat ini dukungan ke Hatta Rajasa sudah mencapai 388 suara.
Target yang dipatok adalah 80% atau 413 suara. Ketua DPW PAN Sulsel Ashabul Kahfi mengatakan, sebagai tuan rumah pihaknya akan memfasilitasi pertemuan akbar Hatta tersebut. ”Sebagai tuan rumah pasti kami akan menjamu tamu kita, lagipula Pak Hatta masih menjabat sebagai ketua umum PAN. Mengenai dukungan, itu dikembalikan ke masing-masing DPD dan DPW. Kader di PAN yang maju jadi calon ketua umum pasti semua berkualitas,” ujarnya.
Di lain pihak, kendati kubu Hatta mengklaim mampu meraup dukungan mayoritas, kubu Zulkifli tidak gentar. Tim sukses Zulkifli Hasan, Viva Yoga Mauladi, mengatakan bukti dukungan DPWdanDPDkepada Zulkiflitecermin pada deklarasi dukungan di Surabaya, Senin (19/1). Pada acaraitusebanyak26DPWsecara bulat menyatakan dukungannya kepada Zulkifli untuk maju sebagai ketua umum DPP PAN periode 2015-2020.
Menurut dia, dukungan tersebut merupakan dukungan resmi dari DPW yang juga akan membawa DPD masing-masing di bawahnya. Mengenai klaim kubu Hatta bahwa mereka mendapatkan dukungan DPW dan DPD hingga 80%, Viva mengatakan itu patut dipertanyakan. Dia mengambil contoh saat deklarasi dukungan DPW untuk Hatta di Jakarta yang disebut dilakukan 24 DPW, menurutnya itu tidak sesuai dengan faktanya. ”Dukungan terhadap Zulkifli pada deklarasi di Surabaya tidak abal-abal, resmi dan ada (pernyataan) di atas kertas,” ujarnya.
Kiswondari/Rahmat sahid/Kiswondari/Ant
(bbg)