Situasi Yaman Memanas
A
A
A
SANAA - Ketegangan semakin memanas di Sanaa, ibu kota Yaman, kemarin meski gencatan senjata telah tercapai antara milisi Huthi dan pasukan pemerintah. Milisi Huthi yang berhaluan Syiah masih mengepung kediaman Perdana Menteri (PM) Yaman Khalid Bahah dan istana kepresidenan.
Para gerilyawan Huthi menguasai Kota Sanaa. Aksi milisi Huthi itu bisa mengarah pada kudeta terhadap Pemerintah Yaman. “Milisi Huthi bersenjata lengkap meningkatkan kekuatannya diluarkediamanPMYamansejak Senin malam. Mereka menguasai semua tiga pintu masuk,” kata juru bicara Pemerintah Yaman Rajih Badi kepada AFP. Di istana kepresidenan, milisiHuthihanya berjarak sekitar 500 meter dari pintu masuk.
Pasukan penjaga presiden, kendaraan tempur, dan kendaraan bersenjata masih bersiaga melindungi istana kepresidenan. Perundingan lebih lanjut digelar kemarin untuk menurunkan ketegangan setelah pemerintah menyerukan pertemuan penting untuk mengakhiri kekerasan. Di laporan Al Jazeera, akan ada pertemuan yang diikuti semua pemain politik, termasuk Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, PM Khalid Bahah, dan perwakilan Huthi.
Namun, belum jelas kapan pertemuan itu akan dimulai. Sedikitnya sembilan orang tewas dalam pertempuran antara milisi Huthi dan pasukan Pemerintah Yaman di dekat istana kepresidenan di Sanaa pada Senin (19/1) waktu setempat. “Korban tewas berasal dari pasukan pemerintah dan gerilyawan. Sebanyak 67 orang terluka, beberapa di antaranya terluka serius,” tutur Nasser Baoum, deputi menteri kesehatan, kepada AFP.
Padahal, pasukan Pemerintah Yaman dan pemberontak Huthi telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Senin (19/1), menyusul pertempuran di Kota Sanaa. Kementerian Dalam Negeri Yaman membenarkan informasi itu. “Gencatan senjata telah disepakati,” kata Menteri Dalam Negeri Jalal Al Rowaishan, dikutip CNN. Pemberontak Huthi juga mengonfirmasi itu.
Delegasi Huthi, Ali Daghshan, mengungkapkan Komite Presidensial telah menyepakati gencatan senjata setelah perundingan selama beberapa jam. Pemerintah Yaman, anggota koalisi Amerika Serikat (AS) dalam perang melawan Al-Qaeda, menggambarkan pertempuran itu sebagai perebutan kekuasaan oleh pemberontak Huthi. Kelompok gerilyawan Syiah itu warga yang kerap termarjinalkan di tengah mayoritas muslim Sunni di Yaman.
Seorang diplomat Barat di Sanaa mengungkapkan situasi sangat kompleks di Sanaa. “Apa yang terlihat hari ini (Senin, 19/1) menunjukkan ada tahapan selanjutnya yang akan dilakukan Huthi untuk memperluas kekuasaan mereka di Yaman,” tutur diplomat yang tidak disebutkan namanya. Menurutnya, ada banyak pemain dengan banyaknya agenda. “Jadi ini tidak akan selesai,” imbuhnya.
Menteri Informasi Yaman Nadia Sakkaf menegaskan, pemerintah tidak mampu mengendalikan situasi. Huthi belum meninggalkan ibu kota dan mereka masih bersenjata. “Mereka ingin mengintervensi kerja pemerintah,” ungkap Sakkaf. Menurut Sakkaf, serangan milisi Huthi ke Sanaa merupakan bentuk kudeta dan upaya melemahkan legitimasi negara. Milisi Huthi mulai menguasai Sanaa sejak 21 September lalu dan mengendalikan sebagian wilayah ibu kota.
Andika hendra m
Para gerilyawan Huthi menguasai Kota Sanaa. Aksi milisi Huthi itu bisa mengarah pada kudeta terhadap Pemerintah Yaman. “Milisi Huthi bersenjata lengkap meningkatkan kekuatannya diluarkediamanPMYamansejak Senin malam. Mereka menguasai semua tiga pintu masuk,” kata juru bicara Pemerintah Yaman Rajih Badi kepada AFP. Di istana kepresidenan, milisiHuthihanya berjarak sekitar 500 meter dari pintu masuk.
Pasukan penjaga presiden, kendaraan tempur, dan kendaraan bersenjata masih bersiaga melindungi istana kepresidenan. Perundingan lebih lanjut digelar kemarin untuk menurunkan ketegangan setelah pemerintah menyerukan pertemuan penting untuk mengakhiri kekerasan. Di laporan Al Jazeera, akan ada pertemuan yang diikuti semua pemain politik, termasuk Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, PM Khalid Bahah, dan perwakilan Huthi.
Namun, belum jelas kapan pertemuan itu akan dimulai. Sedikitnya sembilan orang tewas dalam pertempuran antara milisi Huthi dan pasukan Pemerintah Yaman di dekat istana kepresidenan di Sanaa pada Senin (19/1) waktu setempat. “Korban tewas berasal dari pasukan pemerintah dan gerilyawan. Sebanyak 67 orang terluka, beberapa di antaranya terluka serius,” tutur Nasser Baoum, deputi menteri kesehatan, kepada AFP.
Padahal, pasukan Pemerintah Yaman dan pemberontak Huthi telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Senin (19/1), menyusul pertempuran di Kota Sanaa. Kementerian Dalam Negeri Yaman membenarkan informasi itu. “Gencatan senjata telah disepakati,” kata Menteri Dalam Negeri Jalal Al Rowaishan, dikutip CNN. Pemberontak Huthi juga mengonfirmasi itu.
Delegasi Huthi, Ali Daghshan, mengungkapkan Komite Presidensial telah menyepakati gencatan senjata setelah perundingan selama beberapa jam. Pemerintah Yaman, anggota koalisi Amerika Serikat (AS) dalam perang melawan Al-Qaeda, menggambarkan pertempuran itu sebagai perebutan kekuasaan oleh pemberontak Huthi. Kelompok gerilyawan Syiah itu warga yang kerap termarjinalkan di tengah mayoritas muslim Sunni di Yaman.
Seorang diplomat Barat di Sanaa mengungkapkan situasi sangat kompleks di Sanaa. “Apa yang terlihat hari ini (Senin, 19/1) menunjukkan ada tahapan selanjutnya yang akan dilakukan Huthi untuk memperluas kekuasaan mereka di Yaman,” tutur diplomat yang tidak disebutkan namanya. Menurutnya, ada banyak pemain dengan banyaknya agenda. “Jadi ini tidak akan selesai,” imbuhnya.
Menteri Informasi Yaman Nadia Sakkaf menegaskan, pemerintah tidak mampu mengendalikan situasi. Huthi belum meninggalkan ibu kota dan mereka masih bersenjata. “Mereka ingin mengintervensi kerja pemerintah,” ungkap Sakkaf. Menurut Sakkaf, serangan milisi Huthi ke Sanaa merupakan bentuk kudeta dan upaya melemahkan legitimasi negara. Milisi Huthi mulai menguasai Sanaa sejak 21 September lalu dan mengendalikan sebagian wilayah ibu kota.
Andika hendra m
(bbg)