Rekayasa di Stasiun Tanah Abang Bisa Mengatasi Kemacetan
A
A
A
JAKARTA - Pemkot Jakarta Pusat dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) berjanji akan mengatasi kemacetan di bawah flyover Jatibaru, tepatnya di depan pintu keluar Stasiun Tanah Abang.
Kemacetan di lokasi tersebut disebabkan ratusan tukang ojek yang mangkal di badan jalan. Banyaknya tukang ojek ini juga dimanfaatkan sopir angkutan umum untuk ngetem (menunggu penumpang sembarangan) yang mengakibatkan antrean cukup panjang. Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat Muslim mengatakan, untuk mengatasi kemacetan di sekitar Stasiun Tanah Abang, lahan yang berada di samping pintu keluar stasiun akan difungsikan untuk tukang ojek sehingga mereka tidak lagi menunggu penumpang di badan jalan.
“Jika PT KAI sudah mengizinkan, maka tukang ojek didorong untuk mundur,” ujarnya kemarin. Bila tukang ojek sudah dipindahkan, pihaknya akan menempatkan petugas untuk mengatur aruslalulintas, terutamaangkutan umum yang berhenti menunggu penumpang di kawasan tersebut. Dengan demikian arus lalu lintas bisa berjalan normal.
“Kemacetan di sana berawal dari tukang ojek. Jika tukang ojek sudah kita dorong, tidak ada alasan untuk angkutan umum berhenti semaunya,” katanya. Menurut dia, dipindahkannya tukang ojek hanya penyelesaian jangka pendek. Artinya itu merupakan solusi sementara. Untuk jangka panjangnya, PT KAI akan membangun jembatan ke arah Blok G sebagai satu-satunya pintu keluar stasiun sehingga semua penumpang yang turun harus ke Blok G terlebih dulu.
Kepala Humas PT KAI Agus Komarudinmengakubelummengetahui ada peminjaman lahan yang dilakukan Pemkot Jakarta Pusat. Untuk lahan yang baru saja dibebaskan akan digunakan sebagai pintu masuk. “Yang sekarang ini dijadikan pintu keluar pada pertengahan 2015 akan diubah menjadi pintu masuk penumpang,” ujarnya.
Dengan mengubah peruntukan pintu tersebut, tidak ada tukang ojek yang menunggu penumpang di bahu jalan. Sementara pintu keluar akan kembali melalui main hall Stasiun Tanah Abang. Artinya setiap penumpang yang hendak keluar dari Stasiun Tanah Abang harus naik terlebih dahulu baru bisa keluar.
“Saya sudah dengar rencana Pemprov DKI membangun jembatan yang menghubungkan stasiun ke Blok G, tapi selama jembatan belum ada nantinya penumpang commuter line akan keluar di Stasiun Utama Tanah Abang,” terangnya. Sementara itu, Endang, salah seorang tukang ojek, mengaku tidak keberatan jika harus dipindahkan ke tempat yang lebih dalam asalkan semua tukang ojek mengikuti peraturan yang ada.
Sebab ada sebagian tukang ojek yang enggan ditertibkan. Masalahnya ini terkait dengan penghasilan. “Kalau saya selama masih diberi kesempatan mencari nafkah akan saya ikuti, tapi jika digusur saya tolak,” tandasnya. Setiap harinya dia bisa memperoleh Rp150.000 dan paling kecil mengantongi Rp50.000. Kebanyakan penumpang yang naik ojek meminta diantar ke kawasan Jalan Sabang atau Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Ridwansyah
Kemacetan di lokasi tersebut disebabkan ratusan tukang ojek yang mangkal di badan jalan. Banyaknya tukang ojek ini juga dimanfaatkan sopir angkutan umum untuk ngetem (menunggu penumpang sembarangan) yang mengakibatkan antrean cukup panjang. Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat Muslim mengatakan, untuk mengatasi kemacetan di sekitar Stasiun Tanah Abang, lahan yang berada di samping pintu keluar stasiun akan difungsikan untuk tukang ojek sehingga mereka tidak lagi menunggu penumpang di badan jalan.
“Jika PT KAI sudah mengizinkan, maka tukang ojek didorong untuk mundur,” ujarnya kemarin. Bila tukang ojek sudah dipindahkan, pihaknya akan menempatkan petugas untuk mengatur aruslalulintas, terutamaangkutan umum yang berhenti menunggu penumpang di kawasan tersebut. Dengan demikian arus lalu lintas bisa berjalan normal.
“Kemacetan di sana berawal dari tukang ojek. Jika tukang ojek sudah kita dorong, tidak ada alasan untuk angkutan umum berhenti semaunya,” katanya. Menurut dia, dipindahkannya tukang ojek hanya penyelesaian jangka pendek. Artinya itu merupakan solusi sementara. Untuk jangka panjangnya, PT KAI akan membangun jembatan ke arah Blok G sebagai satu-satunya pintu keluar stasiun sehingga semua penumpang yang turun harus ke Blok G terlebih dulu.
Kepala Humas PT KAI Agus Komarudinmengakubelummengetahui ada peminjaman lahan yang dilakukan Pemkot Jakarta Pusat. Untuk lahan yang baru saja dibebaskan akan digunakan sebagai pintu masuk. “Yang sekarang ini dijadikan pintu keluar pada pertengahan 2015 akan diubah menjadi pintu masuk penumpang,” ujarnya.
Dengan mengubah peruntukan pintu tersebut, tidak ada tukang ojek yang menunggu penumpang di bahu jalan. Sementara pintu keluar akan kembali melalui main hall Stasiun Tanah Abang. Artinya setiap penumpang yang hendak keluar dari Stasiun Tanah Abang harus naik terlebih dahulu baru bisa keluar.
“Saya sudah dengar rencana Pemprov DKI membangun jembatan yang menghubungkan stasiun ke Blok G, tapi selama jembatan belum ada nantinya penumpang commuter line akan keluar di Stasiun Utama Tanah Abang,” terangnya. Sementara itu, Endang, salah seorang tukang ojek, mengaku tidak keberatan jika harus dipindahkan ke tempat yang lebih dalam asalkan semua tukang ojek mengikuti peraturan yang ada.
Sebab ada sebagian tukang ojek yang enggan ditertibkan. Masalahnya ini terkait dengan penghasilan. “Kalau saya selama masih diberi kesempatan mencari nafkah akan saya ikuti, tapi jika digusur saya tolak,” tandasnya. Setiap harinya dia bisa memperoleh Rp150.000 dan paling kecil mengantongi Rp50.000. Kebanyakan penumpang yang naik ojek meminta diantar ke kawasan Jalan Sabang atau Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Ridwansyah
(bbg)