Densus Tembak Mati Terduga Teroris

Sabtu, 17 Januari 2015 - 14:24 WIB
Densus Tembak Mati Terduga Teroris
Densus Tembak Mati Terduga Teroris
A A A
KEDIRI - Terduga teroris jaringan Santoso, Roni alias Jaka alias Fuad, tewas ditembus timah panas saat baku tembak dengan aparat Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di Dusun Nglarang RT 12 RW 04, Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kemarin.

Menurut Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Kombes Pol Ibnu Suhendra, penyergapan Roni dilakukan saat suasana sepi, yakni ketika mayoritas warga tengah beraktivitas di ladang yang berjarak cukup jauh dari permukiman. “Sebelumnya kami terus memantau aktivitas yang bersangkutan,” ujar Ibnu kepada wartawan kemarin. Roni diketahui baru dua setengah bulan pulang ke kampung halaman.

Sebelumnya, dia diduga bersembunyi di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), kampung halaman istrinya. Dua hari sebelum aksi, Densus 88 lebih dulu berkoordinasi dengan petugas Polres Kediri. Sekitar pukul 08.30 WIB, setengah jam sebelum insiden terjadi, anggota Densus diam-diam melakukan pengepungan. Sadar hendak diringkus, Roni masuk rumah Suyadi dan Darmi, orang tuanya.

Dia kemudian keluar lagi dengan menggenggam sepucuk pistol FN. Tersangka mencoba memberikan perlawanan saat akan ditangkap. Bahkan, pelaku teror yang terlibat aksi penembakan mati kapolsek Bima dan kanit reskrim Polsek Bima itu langsung melakukan serangan dengan tiga kali menembakkan senjata ke arah anggota Densus 88. “Yang bersangkutan mencoba melawan,” terang Ibnu.

Serangan itu pun dibalas petugas. Baku tembak pun tak terelakkan. Akhirnya sebutir timah panas mengenai dada Roni sehingga langsung ambruk. Terduga pelaku teror yang pernah berlatih militer bersama Santoso di Poso itu terkapar di teras rumah Ahmad (tetangga) yang biasa digunakan untuk menjemur padi. “Tidak lama (proses penangkapan). Dia sempat menembak dan ditemukan barang bukti senjata api, termasuk amunisi yang ada di yang bersangkutan,” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf.

Dari penangkapan ini, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa senpi jenis pistol Browning kaliber 9 mm, peluru enam butir kaliber 9 mm, dan selongsong tiga butir kaliber 9 mm bekas pelaku melakukan perlawanan dengan menembak ke arah anggota Densus. Kapolda juga menjelaskan bahwa terduga teroris ini dikenal sadis. Beberapa catatan kejahatan yang pernah dilakukannya adalah terlibat pembunuhan dua anggota Polres Poso atas nama Brigadir Andi Sapa dan Aiptu Sudirman di Tamanjeka.

Dia juga sebagai eksekutor penembakan Brigadir M Yamin. Selain itu, Roni juga mengetahui rencana penembakan Kapolsek Ambalwi Polres Bima. Dia bahkan yang meminjamkan senpi untuk penembakan tersebut. “Dia sempat lama dicari karena melakukan tindakan kepada dua anggota kepolisian di Poso. Dia ini terkenal sadis, anggota polisi juga dibunuh dan ada kejadian lain yang banyak di Poso,” kata Anas.

Sementara itu, Kepala Desa Krenceng Suparno mengaku mendengar tiga kali suara letusan. Namun, salah seorang perangkat yang bertempat tinggal lebih dekat dari lokasi kejadian mengatakan mendengar lima kali letusan. “Begitu mendengar letusan seperti suara tembakan, saya langsung mendatangi lokasi,” ujar Suparno.

Kecuali genangan darah di teras rumah Ahmad yang berjarak sekitar dua meter dari rumah orang tua Roni, Suparno tidak melihat apa pun di lokasi. Diduga, petugas Densus 88 langsung bergerak cepat melarikan tubuh Roni yang bersimbah darah ke RS Bhayangkara Kota Kediri. “Kami tahunya ada penyergapan teroris setelah diberi tahu anggota Polres Kediri,” pungkasnya.

Jenazah Roni sendiri memang langsung diamankan di ruang Instalasi Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Puluhan anggota Brigade Mobil (Brimob) Kompi C, ditambah personel Polres Kediri bersenjata lengkap, bersiaga di ruang jenazah. Sebuah garis polisi juga dibentangkan. Kecuali petugas, semua orang dilarang mendekat. “Kami hanya bertugas mengamankan jenazah,” ujar Kapolres Kediri Ajun Kombes Pol Bambang Widjanarko kemarin.

Terduga teroris Roni sendiri merupakan warga asli Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Hanya, dia memilih melakoni hidup sebagai nomaden. Roni dan keluarganya kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Gaya hidup yang tidak menetap itu ditengarai untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Akibatnya meski asli warga Krenceng, kabarnya dia tidak memiliki KTP setempat,” ujar Camat Kepung Hariono kepada KORAN SINDO.

Hariono menambahkan, pihaknya tidak mengetahui pasti status tersangka sejak yang bersangkutan kembali ke Kediri. Setahu dia, Roni lebih banyak tinggal di Bima karena dia beristrikan penduduk Bima. Meski nomaden, rumah di Desa Krenceng adalah milik Roni sendiri yang letaknya tidak jauh dari keluarganya.

“Mengenai kejadian tembak menembak, saya tidak melihat langsung peristiwanya. Katanya ditembak karena melawan saat hendak ditangkap. Yang jelas, semuanya berlangsung rahasia dan mendadak,” pungkasnya. Hingga saat ini belum diketahui pasti berapa orang warga Krenceng yang diperiksa terkait penyergapan terduga teroris tersebut.

Solichan arif/Lutfi yuhandi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3657 seconds (0.1#10.140)