Black Box Terjepit Serpihan Pesawat
A
A
A
JAKARTA - Black box pesawat AirAsia QZ 8501 dideteksi berada di kedalaman sekitar 30 sampai dengan 32 meter di bawah laut. Kotak hitam pesawat nahas tersebut belum bisa diambil karena berada di dalam impitan serpihan pesawat.
Tim penyelam dari TNI AL yang berada di Kapal Negara (KN) Jadayat milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberi marker buoy kecil pada lokasi benda yang dideteksi sebagai black box dimaksud. Posisi penemuan black box berada di koordinat 03 37 21 S- 109 42 42 E.
“Proses pengangkatannya direncanakan baru akan dilaksanakan besok pagi (hari ini) setelah terlebih dahulu melakukan penggeseran serpihan badan pesawat yang menghimpit black box,” kata Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut (Hubla) Kemenhub Tonny Budiono di Jakarta, tadi malam. Bila penggeseran serpihan badan pesawat tidak berhasil, maka akan melakukan pengangkatan serpihan badan pesawat dengan menggunakan sistem balon.
Dalam proses pencarian black box dengan menggunakan pinger locator senantiasa dilakukan pengamanan dari gangguan. Hambatan dapat diakibatkan oleh lalu lintas kapal lain yang melintas. Selain itu, gangguan juga datang dari sinyal telekomunikasi sehingga diterapkan protocol radio silent yang mengakibatkan untuk sementara tim pencari tidak dapat dihubungi secara langsung dengan media komunikasi apapun termasuk radio.
Meskipun posisi black box telah ditemukan, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt Bobby R Mamahit tetap memerintahkan kepada seluruh kapal-kapal negara milik Kementerian Perhubungan, Stasiun Radio Pantai, dan Petugas Menara Suar di wilayah perairan terkait untuk meningkatkan pemantauan.
Baik kemungkinan adanya korban maupun serpihan badan pesawat AirAsia QZ8501 yang bisa saja hanyut atau terdampar di sekitar Selat Karimata, Selat Sunda, Selat Makassar, dan Laut Jawa. KN Jadayat merupakan kapal induk kenavigasian yang berpangkal di Distrik Navigasi kelas I Tanjung Pinang.
Dalam keikutsertaannya dalam tim SAR gabungan di bawah koordinasi Basarnas, KN Jadayat dilengkapi oleh alat pendeteksi black box berupa finger locator dari Marine and Port Authority (MPA) Singapura. Dalam operasi pencarian black box itu sendiri KN Jadayat dibantu oleh tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tim penyelam Basarnas, tim penyelam TNI AL, dan personel tim lainnya. Adapun koordinasi pencarian tetap berada di Basarnas.
Kapal Baruna Jaya I kemarin juga berhasil menangkap sinyal “ping” yang diduga berasal dari Emergency Locater Transmitter (ELT) pesawat yang hilang sejak Minggu (28/12/2014) di Selat Karimata tersebut. Kapal Baruna Jaya I berhasil merekam sinyal akustik berbunyi ping yang diduga berasal dari kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 pada frekuensi 37,5 kilohertz.
“Posisi pantulan ping datang dari arah 52,1 derajat, jarak 77,7 meter, kedalaman 35 Meter,” jelas Geodetic Specialist Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Imam Mudita di Jakarta kemarin. Dia mengungkapkan sinyal “ping” yang diduga dari ELT pesawat AirAsia QZ 8501 ditangkap oleh “finger locator “ Tim Baruna Jaya BPPT.
“Kemudian melaporkannya berdasarkan hasil survei, yakni pada posisi 3 derajat 37 menit 20,7 detik lintang selatan (LS) dan 109 derajat 42 menit 43 detik bujur timur (BT),” kata Imam Mudita di Jakarta kemarin. Informasi itu dirangkum dari hasil survei Tim Baruna Jaya BPPT yang terdiri tiga kapal riset, yakni Kapal Baruna Jaya I, Kapal Survei Java Imperia, dan KN Trisula. Ketiga kapal tersebut sejak Sabtu (10/1) siang menemukan indikasi lokasi kotak hitam AirAsia.
“Kapal Baruna Jaya I sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mencari pesawat AirAsia QZ8501 di antaranya dengan mendeteksi keberadaan Pesawat AirAsia QZ8501 menggunakan Sonar yakni multibeam dan side scan sonar dan kamera bawah air,” katanya. Imam mengatakan, pendeteksian awal sebelumnya dilakukan oleh Kapal Java Imperia yang kemudian diverifikasi lebih lanjut oleh Kapal Baruna Jaya I.
“Dari situ kami yakin positif posisi itu akurat,” katanya. Menurut dia, dengan menggunakan sonar diduga ada semacam gundukan di bawah permukaan air tepat di lokasi yang memantulkan sinyal akustik berbunyi “ping”. “Apakah itu badan pesawat AirAsia atau bukan perlu penyelaman untuk memastikan,” katanya.
Dia mengakui ada perbedaan lokasi sekitar 20 meter antara “finger locator” dari dua kapal tersebut. Kapal Java Imperia di bawah Koordinasi Baruna Jaya I menangkap “ping” pada posisi 3 derajat 37 menit 21,1 detik lintang selatan dan 109 derajat 42 menit 42,45 detik bujur timur. “Kedua lokasi hasil survei itu kami nilai wajar dan kami sudah informasikan kepada KNKT untuk ditindaklanjuti,” katanya.
Selanjutnya dilaksanakan penyelaman dari Tim KRI Banda Aceh. Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo pada kesempatan yang sama menyatakan kebenaran kotak hitam masih akan dipastikan. “Bisa dikatakan ditemukan kalau sudah diambil, sudah dinaikkan ke atas kapal. Kita butuh penyelaman sampai kedalaman 30 meter,” katanya.
Direktur Operasional SB Supriyadi di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah mengatakan hasil dari scan detector yang dapat mendeteksi sinyal kotak hitam, ada kemungkinan objek yang cukup besar berada di sekitar kotak hitam itu. Supriyadi menduga, objek besar tersebut adalah badan pesawat jenis Airbus A320-200 itu. Keberadaan kotak hitam itu berada di kedalaman 30 hingga 33 meter.
“Mudah-mudahan itu tepat,” kata dia. Dia berharap objek besar yang ada di sekitar kotak hitam yang terdeteksi adalah badan burung besi nahas itu. “Seandainya ini betul, kemungkinan masih banyak korban di sekitar bodi. Sehingga kami akan mengevakuasi korban. Mudahmudahan kondisi korban utuh,” tambah dia.
Tak Temukan Korban Baru
Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengungkapkan, pada hari ke-16 operasi pencarian AirAsia, terdapat tiga kapal akan fokus mengonfirmasi sinyal “ping” yang terdeteksi oleh Kapal Baruna Jaya. Sinyal tersebut diduga berasal dari Underwater Locater Beacon (ULT) yang menempel pada kotak hitam.
“Tugas besok penyelam disiapkan KN Jadayat dibantu Baruna Jaya , KRI Banda Aceh sehingga besok (hari ini) bisa dikonfirmasi sinyal dari ping itu apakah benar-benar kotak hitam,” ujar Soelistyo di Gedung Basarnas, Jakarta, kemarin. Sinyal “ping” itu terdeteksi oleh Kapal Baruna Jaya di sekitar lokasi ditemukannya ekor pesawat.
Soelistyo mengatakan sinyal “ping” tersebut diperkirakan berada di posisi kurang lebih 1,9 mil laut dari posisi ekor pesawat. Meski begitu, dugaan ini masih perlu dikonfirmasi kebenarannya apakah sinyal tersebut benar berasal dari kotak hitam atau bukan. “Ping Signal“ yang diduga dari kotak hitam sudah ditangkap, tetapi belum dikonfirmasi bahwa black box itu ditemukan. Jadi belum ditemukan,” kata Soelistyo.
Dugaan awal bahwa kotak hitam berada di ekor pesawat ternyata tidak terkonfirmasi. Setelah ekor pesawat diangkat ternyata tidak ada kotak hitam. Selain mengonfirmasi sinyal “ping” tersebut, hari ini Basarnas akan mengerahkan unsur-unsur yang memiliki pendeteksi bawah air untuk fokus di area sekitar penemuan ekor pesawat. Ini dilakukan untuk mencari bagian-bagian lain pesawat yang belum ditemukan.
Kemudian operasi pencarian hari ini juga akan mencari korban. Pencarian akan dikerahkan ke arah timur dari sektor utama. “Tidak menutup kemungkinan ditemukannya serpihan pesawat lainnya,” ujar dia. Soelistyo mengaku pihaknya terus melakukan evaluasi terkait operasi pencarian pesawat AirAsia. Salah satu hasil evaluasinya adalah dikuranginya beberapa kekuatan.
“Ini sudah mulai dikurangi kekuatan asing dari negara sahabat. Rusia Jepang Australia kemudian besok, Korea. Nanti kita lihat,” kata dia. Sementara itu, hasil operasi pencarian kemarin, Basarnas tidak menemukan satu pun korban di mana fokus pencarian diplot area I,II, III, IV. “Jumlah korban masih tetap 48,” kata dia.
Ichsan amin/dita angga/Okezone/ant
Tim penyelam dari TNI AL yang berada di Kapal Negara (KN) Jadayat milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberi marker buoy kecil pada lokasi benda yang dideteksi sebagai black box dimaksud. Posisi penemuan black box berada di koordinat 03 37 21 S- 109 42 42 E.
“Proses pengangkatannya direncanakan baru akan dilaksanakan besok pagi (hari ini) setelah terlebih dahulu melakukan penggeseran serpihan badan pesawat yang menghimpit black box,” kata Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut (Hubla) Kemenhub Tonny Budiono di Jakarta, tadi malam. Bila penggeseran serpihan badan pesawat tidak berhasil, maka akan melakukan pengangkatan serpihan badan pesawat dengan menggunakan sistem balon.
Dalam proses pencarian black box dengan menggunakan pinger locator senantiasa dilakukan pengamanan dari gangguan. Hambatan dapat diakibatkan oleh lalu lintas kapal lain yang melintas. Selain itu, gangguan juga datang dari sinyal telekomunikasi sehingga diterapkan protocol radio silent yang mengakibatkan untuk sementara tim pencari tidak dapat dihubungi secara langsung dengan media komunikasi apapun termasuk radio.
Meskipun posisi black box telah ditemukan, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt Bobby R Mamahit tetap memerintahkan kepada seluruh kapal-kapal negara milik Kementerian Perhubungan, Stasiun Radio Pantai, dan Petugas Menara Suar di wilayah perairan terkait untuk meningkatkan pemantauan.
Baik kemungkinan adanya korban maupun serpihan badan pesawat AirAsia QZ8501 yang bisa saja hanyut atau terdampar di sekitar Selat Karimata, Selat Sunda, Selat Makassar, dan Laut Jawa. KN Jadayat merupakan kapal induk kenavigasian yang berpangkal di Distrik Navigasi kelas I Tanjung Pinang.
Dalam keikutsertaannya dalam tim SAR gabungan di bawah koordinasi Basarnas, KN Jadayat dilengkapi oleh alat pendeteksi black box berupa finger locator dari Marine and Port Authority (MPA) Singapura. Dalam operasi pencarian black box itu sendiri KN Jadayat dibantu oleh tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tim penyelam Basarnas, tim penyelam TNI AL, dan personel tim lainnya. Adapun koordinasi pencarian tetap berada di Basarnas.
Kapal Baruna Jaya I kemarin juga berhasil menangkap sinyal “ping” yang diduga berasal dari Emergency Locater Transmitter (ELT) pesawat yang hilang sejak Minggu (28/12/2014) di Selat Karimata tersebut. Kapal Baruna Jaya I berhasil merekam sinyal akustik berbunyi ping yang diduga berasal dari kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 pada frekuensi 37,5 kilohertz.
“Posisi pantulan ping datang dari arah 52,1 derajat, jarak 77,7 meter, kedalaman 35 Meter,” jelas Geodetic Specialist Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Imam Mudita di Jakarta kemarin. Dia mengungkapkan sinyal “ping” yang diduga dari ELT pesawat AirAsia QZ 8501 ditangkap oleh “finger locator “ Tim Baruna Jaya BPPT.
“Kemudian melaporkannya berdasarkan hasil survei, yakni pada posisi 3 derajat 37 menit 20,7 detik lintang selatan (LS) dan 109 derajat 42 menit 43 detik bujur timur (BT),” kata Imam Mudita di Jakarta kemarin. Informasi itu dirangkum dari hasil survei Tim Baruna Jaya BPPT yang terdiri tiga kapal riset, yakni Kapal Baruna Jaya I, Kapal Survei Java Imperia, dan KN Trisula. Ketiga kapal tersebut sejak Sabtu (10/1) siang menemukan indikasi lokasi kotak hitam AirAsia.
“Kapal Baruna Jaya I sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mencari pesawat AirAsia QZ8501 di antaranya dengan mendeteksi keberadaan Pesawat AirAsia QZ8501 menggunakan Sonar yakni multibeam dan side scan sonar dan kamera bawah air,” katanya. Imam mengatakan, pendeteksian awal sebelumnya dilakukan oleh Kapal Java Imperia yang kemudian diverifikasi lebih lanjut oleh Kapal Baruna Jaya I.
“Dari situ kami yakin positif posisi itu akurat,” katanya. Menurut dia, dengan menggunakan sonar diduga ada semacam gundukan di bawah permukaan air tepat di lokasi yang memantulkan sinyal akustik berbunyi “ping”. “Apakah itu badan pesawat AirAsia atau bukan perlu penyelaman untuk memastikan,” katanya.
Dia mengakui ada perbedaan lokasi sekitar 20 meter antara “finger locator” dari dua kapal tersebut. Kapal Java Imperia di bawah Koordinasi Baruna Jaya I menangkap “ping” pada posisi 3 derajat 37 menit 21,1 detik lintang selatan dan 109 derajat 42 menit 42,45 detik bujur timur. “Kedua lokasi hasil survei itu kami nilai wajar dan kami sudah informasikan kepada KNKT untuk ditindaklanjuti,” katanya.
Selanjutnya dilaksanakan penyelaman dari Tim KRI Banda Aceh. Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo pada kesempatan yang sama menyatakan kebenaran kotak hitam masih akan dipastikan. “Bisa dikatakan ditemukan kalau sudah diambil, sudah dinaikkan ke atas kapal. Kita butuh penyelaman sampai kedalaman 30 meter,” katanya.
Direktur Operasional SB Supriyadi di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah mengatakan hasil dari scan detector yang dapat mendeteksi sinyal kotak hitam, ada kemungkinan objek yang cukup besar berada di sekitar kotak hitam itu. Supriyadi menduga, objek besar tersebut adalah badan pesawat jenis Airbus A320-200 itu. Keberadaan kotak hitam itu berada di kedalaman 30 hingga 33 meter.
“Mudah-mudahan itu tepat,” kata dia. Dia berharap objek besar yang ada di sekitar kotak hitam yang terdeteksi adalah badan burung besi nahas itu. “Seandainya ini betul, kemungkinan masih banyak korban di sekitar bodi. Sehingga kami akan mengevakuasi korban. Mudahmudahan kondisi korban utuh,” tambah dia.
Tak Temukan Korban Baru
Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengungkapkan, pada hari ke-16 operasi pencarian AirAsia, terdapat tiga kapal akan fokus mengonfirmasi sinyal “ping” yang terdeteksi oleh Kapal Baruna Jaya. Sinyal tersebut diduga berasal dari Underwater Locater Beacon (ULT) yang menempel pada kotak hitam.
“Tugas besok penyelam disiapkan KN Jadayat dibantu Baruna Jaya , KRI Banda Aceh sehingga besok (hari ini) bisa dikonfirmasi sinyal dari ping itu apakah benar-benar kotak hitam,” ujar Soelistyo di Gedung Basarnas, Jakarta, kemarin. Sinyal “ping” itu terdeteksi oleh Kapal Baruna Jaya di sekitar lokasi ditemukannya ekor pesawat.
Soelistyo mengatakan sinyal “ping” tersebut diperkirakan berada di posisi kurang lebih 1,9 mil laut dari posisi ekor pesawat. Meski begitu, dugaan ini masih perlu dikonfirmasi kebenarannya apakah sinyal tersebut benar berasal dari kotak hitam atau bukan. “Ping Signal“ yang diduga dari kotak hitam sudah ditangkap, tetapi belum dikonfirmasi bahwa black box itu ditemukan. Jadi belum ditemukan,” kata Soelistyo.
Dugaan awal bahwa kotak hitam berada di ekor pesawat ternyata tidak terkonfirmasi. Setelah ekor pesawat diangkat ternyata tidak ada kotak hitam. Selain mengonfirmasi sinyal “ping” tersebut, hari ini Basarnas akan mengerahkan unsur-unsur yang memiliki pendeteksi bawah air untuk fokus di area sekitar penemuan ekor pesawat. Ini dilakukan untuk mencari bagian-bagian lain pesawat yang belum ditemukan.
Kemudian operasi pencarian hari ini juga akan mencari korban. Pencarian akan dikerahkan ke arah timur dari sektor utama. “Tidak menutup kemungkinan ditemukannya serpihan pesawat lainnya,” ujar dia. Soelistyo mengaku pihaknya terus melakukan evaluasi terkait operasi pencarian pesawat AirAsia. Salah satu hasil evaluasinya adalah dikuranginya beberapa kekuatan.
“Ini sudah mulai dikurangi kekuatan asing dari negara sahabat. Rusia Jepang Australia kemudian besok, Korea. Nanti kita lihat,” kata dia. Sementara itu, hasil operasi pencarian kemarin, Basarnas tidak menemukan satu pun korban di mana fokus pencarian diplot area I,II, III, IV. “Jumlah korban masih tetap 48,” kata dia.
Ichsan amin/dita angga/Okezone/ant
(ars)