Indonesia Ketinggalan Kembangkan Obat Tradisional
A
A
A
JAKARTA - Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof Suyatno menilai Indonesia mempunyai potensi luar biasa pada tanaman obat. Bahkan, Indonesia sudah ketinggalan dengan mengembangkan bahan tradisional menjadi obat.
Padahal sumber daya alam Indonesia sangat tidak terbatas. Bahkan, Indonesia dipandang ketinggalan dari Thailand yang sudah mendirikan pusat riset produk halal, padahal Thailand sendiri adalah negara sekuler.
"Indonesia adalah negara tropis yang potensi tanaman obatnya sangat tinggi. Namun saat ini masyarakat hanya diberikan pilihan berobat dengan obat kimia dari barat saja," ujarnya usai seminar Challenges of Development of Natural Compound as Drug for Infectious and Degenerative Diseases di Kampus Uhamka, Jakarta, Minggu (11/1/2015).
Suyatno menjelaskan, Uhamka sendiri akan menyiapkan tren pengobatan herbal dan kimia di kampusnya. Jurusan khusus ini disiapkan karena China dengan obat herbalnya sangat terkenal seantero dunia.
Nanti, jika semakin banyak ahli tanaman obat tradisional, maka masyarakat pun dapat memilih untuk berobat secara herbal yang sudah dilisensi pemerintah atau tetap setia dengan pengobatan konvensional ala barat.
Menurut Suyatno, target seminar ini adalah bagaimana kampusnya melakukan kerja sama dengan kampus luar negeri sehingga potensi yang ada di Indonesia pun semakin tergali. Selain itu, juga dapat mendorong publikasi internasional dan juga riset bersama antara perguruan tinggi di Indonesia dengan negara lain.
"Kami mengundang kampus dari Malaysia, Thailand dan Jerman yang mengembangkan riset di bidang farmasi. Kita coba agar bisa selevel dengan mereka," ungkapnya.
Padahal sumber daya alam Indonesia sangat tidak terbatas. Bahkan, Indonesia dipandang ketinggalan dari Thailand yang sudah mendirikan pusat riset produk halal, padahal Thailand sendiri adalah negara sekuler.
"Indonesia adalah negara tropis yang potensi tanaman obatnya sangat tinggi. Namun saat ini masyarakat hanya diberikan pilihan berobat dengan obat kimia dari barat saja," ujarnya usai seminar Challenges of Development of Natural Compound as Drug for Infectious and Degenerative Diseases di Kampus Uhamka, Jakarta, Minggu (11/1/2015).
Suyatno menjelaskan, Uhamka sendiri akan menyiapkan tren pengobatan herbal dan kimia di kampusnya. Jurusan khusus ini disiapkan karena China dengan obat herbalnya sangat terkenal seantero dunia.
Nanti, jika semakin banyak ahli tanaman obat tradisional, maka masyarakat pun dapat memilih untuk berobat secara herbal yang sudah dilisensi pemerintah atau tetap setia dengan pengobatan konvensional ala barat.
Menurut Suyatno, target seminar ini adalah bagaimana kampusnya melakukan kerja sama dengan kampus luar negeri sehingga potensi yang ada di Indonesia pun semakin tergali. Selain itu, juga dapat mendorong publikasi internasional dan juga riset bersama antara perguruan tinggi di Indonesia dengan negara lain.
"Kami mengundang kampus dari Malaysia, Thailand dan Jerman yang mengembangkan riset di bidang farmasi. Kita coba agar bisa selevel dengan mereka," ungkapnya.
(kri)