Hunian Refleksi Masa Kecil

Minggu, 11 Januari 2015 - 13:36 WIB
Hunian Refleksi Masa...
Hunian Refleksi Masa Kecil
A A A
Butuh waktu enam tahun lebih untuk Sutiyoso membangun rumah impian yang sekaligus merefleksikan kondisi masa kecilnya. Hunian mantan Gubernur DKI Jakarta ini kini tampak bak istana yang diselubungi pepohonan nan rindang.

Mengagumkan. Mungkin itu kesan pertama yang tercetus di benak siapa pun yang pernah menyambangi rumah Sutiyoso yang berlokasi di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Begitu melintasi jalan setapak menuju rumah seluas 3 hektare ini, nuansa rindang langsung terasa berkat keberadaan beberapa pohon buah.

Di sepanjang jalan itu pula terdapat patung panahan berwarna biru yang menjadi point of interest halaman depan. Menurut Sutiyoso, halaman depan sengaja ditanami pepohonan besar dan rindang supaya rumah ini terkesan seperti resort serta mirip hutan mini di tengah kota.

“Karena saya senang dengan alam, jadi saya sengaja membuat halaman depan sedikit lebih rindang. Saya kan dulu tinggal di desa dan sewaktu menjadi panglima (Kodam Jaya) lebih sering tinggal di tengah hutan,” tutur Sutiyoso kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.

Sejauh mata memandang, setiap sudut halaman memang didominasi oleh hijaunya pepohonan mulai manggis, rambutan, durian, kelengkeng, belimbing, hingga matoa. Pohonpohon itu mulai ditanam oleh Sutiyoso sejak dua dekade lalu, saat ia masih menempati rumah dinas.

Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini rupanya betulbetul sudah menyiapkan lahan yang dibeli pada 1987 itu agar menyerupai rumah masa kecilnya di Semarang, Jawa tengah. “Sewaktu kecil saya memang tinggal di desa. Sewaktu menjadi tentara pun, saya lebih sering keluar-masuk hutan. Jadi, alam bawah sadar saya selalu dilingkupi nuansa alam, pepohonan, hutan, dan hawa sejuk.

Kalau di Jakarta, mau cari rumah yang suasananya seperti ini di mana? Makanya saya pilih daerah yang letaknya sedikit jauh dari Kota Jakarta, tapi dekat dengan jalan tol,” ujar pria kelahiran 1944 ini. Bagi Sutiyoso, rumah adalah surga. Sedangkan alam merupakan media penghubung dengan Sang Pencipta. Maka, sedapat mungkin ia kreasikan hunian yang menyatu dengan alam.

Filosofi tersebut terlihat pula pada bangunan rumahnya yang bercat putih serta banyak memadukan elemen kaca dan kayu. Puas menyusuri halaman depan, tibalah kita di area drop off. Begitu turun dari kendaraan, kita bakal mendapati sebuah koridor untuk menuju pintu utama. “Pintu utama ini bisa saja saya buat sejajar dengan pintu gerbang. Tapi, kalau demikian kan tidak ada seninya.

Saya sengaja membuat arus sirkulasi dengan memutari pohon rindang dan berjalan dahulu menyusuri koridor, baru nanti masuk ke pintu utama. Dengan begitu, penghuni maupun tamu bisa beradaptasi dahulu sambil melihat pemandangan alam dari pohon yang rindang,” urai Sutiyoso. Bagian koridor depan pun dibuat sejajar dengan dinding rumah yang sebagian besar bermateri kaca transparan, sementara bagian rangkanya terbuat dari kayu.

Di sela-sela koridor terdapat kolam ikan mas bergaya tropis yang dihiasi aneka tanaman air. Melangkah masuk ke dalam terdapat teras depan. Area ini ditata secara simpel oleh si empunya rumah. Meja bundar dengan hiasan bunga dalam vas berukuran besar menjadi sentuhan natural teras ini.

Rumah berbentuk persegi panjang ini posisinya terbagi atas dua area, yaitu sisi sebelah kiri yang merupakan area publik dan sebelah kanan yang menjadi area privasi. Area publik terdiri dari ruang tamu, ruang koleksi Sutiyoso, ruang koleksi sang istri Rini Sutiyoso, musala, dan salon pribadi. Sementara, area privasi terdiri dari ruang keluarga, ruang makan, ruang kerja, kamar tidur utama, serta dua kamar tidur anak.

Hampir seluruh ruangan didesain bergaya tropis dengan permainan material kayu dan kaca. Sirkulasi cahaya dan udara pun sangat diperhatikan. Membuat rumah ini terasa nyaman dihuni dan dikunjungi. Interior rumah ditata oleh sang nyonya rumah. “Sebenarnya yang menata bagian dalam ini istri saya. Khususnya di ruang tamu, hampir semua dipenuhi oleh benda koleksinya,” sebut Sutiyoso.

Berkebun dan Binatang Peliharaan

Sutiyoso mengaku menjalani masa kecil di wilayah yang masih kental suasana pedesaannya. Karena itulah, sejak muda ia mendambakan memiliki rumah dengan pekarangan luas dan masih bisa mendengar kicauan burung ataupun kokokan ayam di pagi hari seperti di tempat tinggalnya dulu. Keinginan itu kini sudah terwujud.

Ayah dua anak ini bisa membangun rumah dan memelihara aneka binatang di pekarangan belakang rumah. Dengan demikian, ia mampu menciptakan suasana alami khas pedesaan sesuai idamannya. Kebetulan posisi lahan belakang rumah ini lebih rendah daripada lahan bagian depan.

“Saya ingin merefleksikan kembali rumah masa kecil saya di sini. Karena permukaannya yang landai, kalau dilihat dari halaman belakang, rumah ini seperti sebuah rumah mungil di atas bukit,” ujar Sutiyoso. Di halaman belakang ini pula Sutiyoso bisa menjalankan hobinya berkebun dan memelihara hewan.

Ada cukup banyak hewan yang ia pelihara seperti unggas, merak, kera, ikan, bahkan kanguru. “Saya memang senang memelihara binatang. Awalnya mengoleksi sendiri, lama-kelamaan banyak orang tahu kegemaran saya dan menyerahkan binatang mereka untuk dirawat di sini,” pungkas Sutiyoso.

Aprilia s andyna
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2215 seconds (0.1#10.140)