Pelaku Teror di Prancis Tewas

Sabtu, 10 Januari 2015 - 14:13 WIB
Pelaku Teror di Prancis...
Pelaku Teror di Prancis Tewas
A A A
PARIS - Sepak terjang dua pelaku penyerangan Kantor Charlie Hebdo di Prancis berakhir sudah. Setelah melalui baku-tembak dengan aparat kepolisian dibantu militer, Cherif dan Said Kouachia dipastikan tewas.

Merekatewasdalam pengepungan di sebuah percetakan di Kota Dammartin-en-Goele. Sumber di kepolisian juga menyebutkan, pelaku penyanderaan di sebuah supermarket di Paris timur telah dilumpuhkan. Keberhasilan aparat Prancis tersebut sekaligus mengakhiridrama terorisme yang mengguncang negeri mode tiga hari terakhir.

Seperti diberitakan, teror di Prancis berlanjut pascaserangan di Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang. Kemarin, seorang pria bersenjata menyandera beberapa orang di supermarket. Penyerang di supermarket itu diperkirakan pria bersenjata yang menewaskan polisi wanita di Montrouge, Paris selatan, Kamis lalu.

Seorang sumber polisi mengungkapkan kepada AFP, penyerang terkait dengan tersangka penembakan Cherif dan Said Kouachi yang menewaskan 12 orang di Kantor Charlie Hebdo. Penyandera sebelumnya mengancam akan tetap menyandera korban hingga saudaranya yang tengah diburu di Prancis utara dibebaskan. Polisi Prancis mengidentifikasi tersangka penyandera bernama Amedy Coulibaly, 33.

Dia dibantu Hayat Boumeddiene, 26, yang juga diduga terlibat dalam penyanderaan. Amedy merupakan teman dekat Kouachi bersaudara. Dia dikenal sebagai orang yang memiliki pemahaman radikal. Polisi menyatakan Amedy dan Kouachi bersaudara terkait dengan organisasi teror dan tidak bekerja sendiri. Itu terbukti karena mereka melakukan aksi teror di saat bersamaan.

Saat itu, dua tersangka penembakan Charlie Hebdo juga terpojok dan terkepung polisi di Dammartin-en-Goele, 35 km dari Paris. Dua tersangka penembakan di Charlie Hebdo itu juga melakukan aksi penyanderaan. Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, aparat langsung memerintahkan untuk mengosongkan sekolah-sekolah di kota Prancis utara, yang letaknya berdekatan dengan tempat persembunyian dua tersangka.

Ada sekitar seribu murid sekolah di Kota Dammartin- en-Gole. ”Petugas sudah mengosongkan sekolah terdekat dari tempat penyanderaan dan kini mulai mengungsikan para murid di sekolah yang lain,” kata Wakil Wali Kota Thierry Chavelier kepada Reuters. Sebelumnya Cherif dan Said Kouachi, pada Kamis pagi dilaporkan melakukan perampokan di stasiun pengisian bahan bakar di Villers-Cotterets, Picardy, sekitar 80 km Paris pada Kamis lalu.

Dua bersaudara tersebut merampok gas dan makanan, kemudian langsung melarikan dengan mengendarai mobil. Mereka sepertinya mempersiapkan itu semua dengan matang, termasuk persediaan logistik untuk mendukung pelarian mereka. Manajer stasiun pengisian bahan bakar mengungkapkan, mereka menggunakan senapan Kalashnikov dan membawa peluncur granat.

Kedua tersangka penembakan itu juga mengendarai mobil Renault Clio. Mobil itu sama seperti mobil yang mereka bajak setelah serangan di Paris. Dalam melakukan perburuan, aparat menutup sebuah desa di Longpont dan melakukan pencarian dari rumah ke rumah. Sayangnya otoritas keamanan tidak berkomentar apa pun.

Namun berbagai persenjataan yang dibawa menunjukkan mereka siaga penuh untuk menangkap kedua tersangka, baik dalam keadaan hidup atau mati. ”Wilayah Picardy dalam status siaga penuh. Status itu sama dengan seluruh wilayah Prancis, termasuk Paris,” kata Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls seperti dikutip CNN . Demi menangkap kedua orang itu, Prancis juga mengerahkan helikopter untuk melakukan pencarian dari udara di wilayah Aisne dan Sungai Oise.

Helikopter yang dilengkapi dengan teknologi pencari panas yang dapat mendeteksi orang di tengah kegelapan tersebut menyusuri hutan lebat yang diduga menjadi lokasi persembunyian kedua tersangka. Perburuan besar- besaran itu membuat kekhawatiran tersendiri bagi penduduk lokal. ”Saya tinggal di dekat hutan,” ujar penduduk desa, Roseline, seorang nenek.

”Saya takut. Mereka bisa saja bersembunyi di hutan.” Sebelumnya ada indikasi Cherif dan Said Kouachi akan melarikan keluar Prancis dan menuju Belgia. Karena itu pasukan militer di seluruh perbatasan Prancis juga bersiaga mengantisipasi kedua tersangka melintasi perbatasan.

Sementara itu, komunitas muslim di Prancis kemarin mengutuk serangan mematikan di Charlie Hebdo. Kutukan itu disampaikan dalam khotbah salat Jumat diberbagai masjid diPrancis dan beberapa negara Eropa. Dewan Muslim Prancis menyerukan masyarakat untuk mengheningkan cipta.

”Kita meminta para imam untuk mengutuk kekerasan dan terorisme,” demikian keterangan Dewan Muslim Prancis. Adapun Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyebut Cherif dan Said Kouachi sebagai ”pahlawan”. Seruan itu disampaikan melalui stasiun radio Al- Bayan. Cherif Kouachi, 32, merupakan gerilyawan yang pernah berperang di Irak pada 2008 serta Said, 34, terdaftar dalam pengawasan orang yang terlibat tindakan kekerasan.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengungkapkan salah satu dari dua bersaudara itu pernah dilatih Al-Qaeda di Yaman. Keduanya juga masih dalam daftar pelaku teror selama bertahun-tahun oleh Pemerintah AS. Adapun Mourad Hamyd, 18, yang diduga ikut dalam serangan Charlie Hebdo telah menyerahkan diri.

Tapi belum jelas peranannya. Seperti diketahui sebelumnya, dua orang yang kemudian diidentifikasi sebagai Kouachi bersaudara menyerang Kantor Redaksi Charlie Hebdo hingga mengakibatkan 12 orang tewas. Sejumlah analis menduga serangan dilakukan gerilyawan ISIS. Sebab tweet terakhir Charlie Hebdo memuat kartun pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Sebelumnya, media tersebut juga pernah dilempari bom molotov pada November 2011 sehari setelah memuat kartun Nabi Muhammad SAW.

Pada 2012 Charlie Hebdo kembali memublikasi kartun Nabi Muhammad dan memproduksi film berbiaya rendah berjudul Innocence of Muslims yang melecehkan Nabi Muhammad. Akibat langkah kontroversial tersebut, sekolah, konsulat, dan pusat budaya Prancis di 20 negara ditutup. Kedubes Prancis juga mengantisipasi adanya serangan balasan.

Editor Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier, pun mendapat ancaman pembunuhan dan harus mendapat perlindungan polisi. Adapun Charlie Hebdo memutuskan akan tetap terbit pada edisi pekan depan. Menurut pengacara Charlie Hebdo, Richard Malka, majalah itu akan dicetak 60.000 eksemplar. Pernyataan itu juga dibenarkan Patrick Pelloux, kolumnis Charlie Hebdo. ”Isu yang akan dibahas difokuskan kepada keluarga korban,” tuturnya kepada harian Prancis Le Monde.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)