Empat Perampok Bacok Karyawati
A
A
A
JAKARTA - Para perampok makin sadis dalam melakukan aksi. Mereka tidak segan-segan menganiaya bahkan membunuh korban demi mendapatkan barang jarahannya.
Biasanya mereka berjumlah lebih dari dua orang, mencari sasaran secara acak, dan berbekal senjata tajam hingga senjata api (senpi). Komplotan perampok yang kerap beraksi di jalanan ini juga tidak takut dengan keramaian massa, terlebih lagi di lokasi yang sepi. Seperti dialami Ayu Riska Purnamasari, 20, karyawati swasta yang dirampok di Jalan Raya Manggarai Utara I, Tebet, Jakarta Selatan, dini hari kemarin.
Warga Jalan Rawasari Timur I Dalam RT 11/02, Jakarta Pusat itu dibacok dengan celurit oleh empat orang dari belakang hingga terluka parah di bagian kepalanya. Korban terjatuh dan tidak sadarkan diri. “Sepeda motor Honda Beat putih B 3340 UDK dibawa kabur. Korban dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tebet Iptu Mudiran.
Imam, tukang rokok yang berada di lokasi, mengaku melihat ada seorang wanita tergeletak lemah di pinggir jalan. “Waktu didekati saya pikir sudah meninggal, enggak tahunya pas diperiksa masih hidup,” katanya. Setelah itu dengan dibantu warga sekitar, korban langsung dibawa ke rumah sakit.
Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa menilai pelaku yang membacok karyawati sebagai pelaku baru. Hal itu dilatarbelakangi modus yang dilakukan tergolong kasar (dengan membacok) dan dilakukan berkelompok. "Kalau pemain lama dia akan lebih halus (modusnya) dan tidak sampai ramai-ramai," ujarnya.
Aksi pembacokan tersebut untuk memastikan bahwa korbannya tidak berdaya. Dengan begitu, pelaku bisa membawa hasil kejahatannya. Pelaku ingin memastikan secara betul-betul aksinya berhasil. "Dan pelaku akan selalu mengincar sasaran yang dianggap lemah," katanya. Untuk itu, pengendara yang melintas pada malam hari sangat perlu meningkatkan kewaspadaan mengingat risiko menjadi korban kejahatan sangat tinggi.
"Jangan berkendara seorang diri. Kalau ada yang searah lebih baik pulang bersama-sama," ujar Mustofa. Pengendara juga jangan mudah terpengaruh oleh pengendara lain di jalan yang seolah berpura- pura kenal. Jika ada yang berusaha mendekat, upayakan menghindar. "Jangan terpengaruh karena itu hanya modus," ucapnya.
Peristiwa perampokan juga pernah dialami Ryo Hardiansa, 23, pengendara Kawasaki Ninja RR yang dirampok di Jalan Abdullah Syafei, tepatnya di flyover Tebet, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Saat itu korban melintasdilokasimenujurumahnya seusai berkumpul bersama teman-temannya. Di flyover, korban dipepet oleh dua sepeda motor Suzuki Satria F.
Tanpa banyak bicara, seorang pelaku melayangkan balok kayu ke bahu korban. Korban terkejut dan sempat goyang, tapi beruntung tak sampai terjatuh. Namun, satu pelaku langsung mencabut kunci motor dan motor pun berhenti. Seorang pelaku lainnya mengeluarkan sebilah golok berukuran kecil dari jaketnya. Dia langsung menyabetkannya ke arah punggung Ryo.
Korban sempat menghindar, lalu melarikan diri. Pelaku dengan leluasa membawa kabur motor milik korban. Modus perampokan dengan memepet korban juga pernah terjadi di wilayah Bekasi. Saifullah, 25, pedagang yang mengendarai Suzuki Satria, tengah melintasi Jalan Narogong menuju Cileungsi, Kabupaten Bogor. Korban dipepet tiga orang menggunakan dua sepeda motor.
Salah satu pelaku langsung menodongkan senjata api ke arah wajah korban. Akibat todongan tersebut, warga Kampung Wates, Kedung Jaya, Babelan, Kabupaten Bekasi itu menyerahkan sepeda motornya. Kasus pencurian dengan kekerasan (curas) dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di wilayah hukum Polda Metro Jaya terjadi setiap 10 menit 50 detik pada 2014, dengan jumlah kasus tindak pidana 48.503 kasus.
Sedangkan pada 2013, perhitungan crime clock ini 365x24x60x60:51.444 kasus sehingga didapat angka 10 menit 13 detik. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono mengatakan, untuk jam rawan atau waktu yang berpotensi terjadinya kejahatan antara pukul 22.00–24.00 WIB. Pada jam tersebut, kasus kejahatan yang terjadi mayoritas adalah perampokan.
”Tetapisianghari punbisaterjadikarena pelaku kejahatan sekarang melihat kesempatan. Di mana ada kesempatan, saat itu juga pelaku akan beraksi,” ujarnya beberapa waktu lalu. Untuk lokasi rawan kejahatan merata di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Meski kemungkinan ada pergeseran lokasi paling rawan kejahatan, semua wilayah berpotensi terjadi kriminalitas.
”Pemetaan daerah rawan kejahatan masih sama, hanya sifatnya fluktuatif, seperti antara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Paling banyak pusat karena banyak kegiatan perekonomian di pusat,” kata Unggung.
Helmi syarif/R ratna purnama
Biasanya mereka berjumlah lebih dari dua orang, mencari sasaran secara acak, dan berbekal senjata tajam hingga senjata api (senpi). Komplotan perampok yang kerap beraksi di jalanan ini juga tidak takut dengan keramaian massa, terlebih lagi di lokasi yang sepi. Seperti dialami Ayu Riska Purnamasari, 20, karyawati swasta yang dirampok di Jalan Raya Manggarai Utara I, Tebet, Jakarta Selatan, dini hari kemarin.
Warga Jalan Rawasari Timur I Dalam RT 11/02, Jakarta Pusat itu dibacok dengan celurit oleh empat orang dari belakang hingga terluka parah di bagian kepalanya. Korban terjatuh dan tidak sadarkan diri. “Sepeda motor Honda Beat putih B 3340 UDK dibawa kabur. Korban dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tebet Iptu Mudiran.
Imam, tukang rokok yang berada di lokasi, mengaku melihat ada seorang wanita tergeletak lemah di pinggir jalan. “Waktu didekati saya pikir sudah meninggal, enggak tahunya pas diperiksa masih hidup,” katanya. Setelah itu dengan dibantu warga sekitar, korban langsung dibawa ke rumah sakit.
Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa menilai pelaku yang membacok karyawati sebagai pelaku baru. Hal itu dilatarbelakangi modus yang dilakukan tergolong kasar (dengan membacok) dan dilakukan berkelompok. "Kalau pemain lama dia akan lebih halus (modusnya) dan tidak sampai ramai-ramai," ujarnya.
Aksi pembacokan tersebut untuk memastikan bahwa korbannya tidak berdaya. Dengan begitu, pelaku bisa membawa hasil kejahatannya. Pelaku ingin memastikan secara betul-betul aksinya berhasil. "Dan pelaku akan selalu mengincar sasaran yang dianggap lemah," katanya. Untuk itu, pengendara yang melintas pada malam hari sangat perlu meningkatkan kewaspadaan mengingat risiko menjadi korban kejahatan sangat tinggi.
"Jangan berkendara seorang diri. Kalau ada yang searah lebih baik pulang bersama-sama," ujar Mustofa. Pengendara juga jangan mudah terpengaruh oleh pengendara lain di jalan yang seolah berpura- pura kenal. Jika ada yang berusaha mendekat, upayakan menghindar. "Jangan terpengaruh karena itu hanya modus," ucapnya.
Peristiwa perampokan juga pernah dialami Ryo Hardiansa, 23, pengendara Kawasaki Ninja RR yang dirampok di Jalan Abdullah Syafei, tepatnya di flyover Tebet, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Saat itu korban melintasdilokasimenujurumahnya seusai berkumpul bersama teman-temannya. Di flyover, korban dipepet oleh dua sepeda motor Suzuki Satria F.
Tanpa banyak bicara, seorang pelaku melayangkan balok kayu ke bahu korban. Korban terkejut dan sempat goyang, tapi beruntung tak sampai terjatuh. Namun, satu pelaku langsung mencabut kunci motor dan motor pun berhenti. Seorang pelaku lainnya mengeluarkan sebilah golok berukuran kecil dari jaketnya. Dia langsung menyabetkannya ke arah punggung Ryo.
Korban sempat menghindar, lalu melarikan diri. Pelaku dengan leluasa membawa kabur motor milik korban. Modus perampokan dengan memepet korban juga pernah terjadi di wilayah Bekasi. Saifullah, 25, pedagang yang mengendarai Suzuki Satria, tengah melintasi Jalan Narogong menuju Cileungsi, Kabupaten Bogor. Korban dipepet tiga orang menggunakan dua sepeda motor.
Salah satu pelaku langsung menodongkan senjata api ke arah wajah korban. Akibat todongan tersebut, warga Kampung Wates, Kedung Jaya, Babelan, Kabupaten Bekasi itu menyerahkan sepeda motornya. Kasus pencurian dengan kekerasan (curas) dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di wilayah hukum Polda Metro Jaya terjadi setiap 10 menit 50 detik pada 2014, dengan jumlah kasus tindak pidana 48.503 kasus.
Sedangkan pada 2013, perhitungan crime clock ini 365x24x60x60:51.444 kasus sehingga didapat angka 10 menit 13 detik. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono mengatakan, untuk jam rawan atau waktu yang berpotensi terjadinya kejahatan antara pukul 22.00–24.00 WIB. Pada jam tersebut, kasus kejahatan yang terjadi mayoritas adalah perampokan.
”Tetapisianghari punbisaterjadikarena pelaku kejahatan sekarang melihat kesempatan. Di mana ada kesempatan, saat itu juga pelaku akan beraksi,” ujarnya beberapa waktu lalu. Untuk lokasi rawan kejahatan merata di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Meski kemungkinan ada pergeseran lokasi paling rawan kejahatan, semua wilayah berpotensi terjadi kriminalitas.
”Pemetaan daerah rawan kejahatan masih sama, hanya sifatnya fluktuatif, seperti antara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Paling banyak pusat karena banyak kegiatan perekonomian di pusat,” kata Unggung.
Helmi syarif/R ratna purnama
(bbg)