Teror Berlanjut, Polisi Buru Pelaku Penembakan Charlie Hebdo

Jum'at, 09 Januari 2015 - 09:42 WIB
Teror Berlanjut, Polisi Buru Pelaku Penembakan Charlie Hebdo
Teror Berlanjut, Polisi Buru Pelaku Penembakan Charlie Hebdo
A A A
PARIS - Prancis kembali diguncang aksi kekerasan. Sehari setelah serangan terhadap kantor mingguan Charlie Hebdo, kemarin seorang polisi wanita tewas dan pegawai mengalami luka kritis setelah ditembak pria bersenjata dengan senapan otomatis di pinggiran Kota Paris.

Pada saat hampir bersamaan, terjadi pula ledakan sebuah toko kebab. Tidak ada konfirmasi adanya korban jiwa pada peristiwa kedua tersebut. Polisi belum memastikan apakah kedua insiden itu terkait dengan serangan terhadap Kantor Charlie Hebdo (7/1) yang menewaskan 12 orang.

Terhadap aksi terorisme di Charlie Hebdo, kepolisian Prancis kemarin telah mengumumkan dua kakak beradik Cherif, 34, dan Said Kouachi, 32, sebagai tersangka. Foto mereka telah disebar sebagai peringatan kepada warga Prancis bahwa keduanya merupakan orang yang bersenjata dan berbahaya.

Selain kedua orang tersebut, polisi juga mengincar Hamyd Mourad, 18. Namun yang bersangkutan telah menyerahkan diri ke polisi setelah melihat namanya muncul di media sosial. Kantor berita AFP, yang mengutip sebuah sumber, menyatakan Hamyd Mourad telah menyerahkan diri kepada polisi pada Rabu malam (7/1), pukul 23.00 waktu setempat.

”Dia telah ditahan dan diamankan,” kata sumber tersebut. Mourad merupakan saudara ipar salah satu tersangka utama. Media-media Prancis melaporkan, saat penembakan terjadi, dia berada di sekolah. Selepas penembakan Kantor Charlie Hebdo , polisi antiteror Prancis pada Rabu (7/1) malam waktu setempat melancarkan operasi penggerebekan di Kota Reims, 140 km dari Paris.

Reuters melaporkan, tujuh orang telah ditangkap. Beberapa orang yang ditangkap termasuk pria dan wanita yang memiliki hubungan keluarga dan pertemanan. Mereka telah diinterogasi polisi untuk mengetahui keterlibatan mereka. ”Orang yang ditangkap itu merupakan orang yang dekat dengan kedua tersangka,” tutur sumber kepolisian. Nama Cherif Kouachi ternyata tidak asing di kalangan intelijen Prancis.

Cherif pernah dijebloskan ke penjara pada 2008 selama tiga tahun karena menjadi anggota sebuah kelompok yang berafiliasi dengan gerilyawan di Irak. Dia juga pernah dipenjara selama 18 bulan karena terkait dengan tindakan terorisme pada 2005. Namanya juga masuk dalam daftar warga Prancis yang ikut pergi ke Irak.

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls memastikan dua saudara yang menjadi tersangka itu memang telah masuk daftar pengawasan pihak keamanan. Namun dia mengungkapkan terlalu dini untuk menyalahkan aparat keamanan yang tidak mewaspadai aksi kedua orang itu.

”Karena mereka (tersangka) dikenal, mereka pasti diikuti,” kata Valls kepada radio RTL . Sebelumnya, penyerangan ke Kantor Redaksi Charlie Hebdo dilakukan ketika sejumlah redaktur menggelar rapat editorial mingguan. Kartunis Corinne Rey mengatakan priapria bersenjata tersebut memasuki gedung setelah memaksanya menekan kode untuk membuka pintu gedung.

”Mereka mengaku dari Al-Qaeda,” ujar Rey. Dia mengungkapkan, para penyerang berbahasa Prancis dengan fasih. Sejumlah saksi mata mengaku mendengar paling tidak 50 tembakan dihamburkan para penyerang di dalam Kantor Charlie Hebdo dan di luar gedung. Mereka tertangkap kamera video amatir yang memperlihatkan mereka tengah menembak seorang polisi yang terluka dari jarak dekat di trotoar.

Kepolisian mengatakan mereka kabur ke bagian utara Prancis, meninggalkan mobil mereka, dan membajak mobil lain. Sebelumnya, sejumlah analis menduga serangan dilakukan gerilyawan ISIS. Sebab tweet terakhir Charlie Hebdo memuat kartun pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.

Sebelumnya, media tersebut juga pernah dilempar bom molotov pada November 2011 sehari setelah memuat kartun Nabi Muhammad SAW. Pada 2012 Charlie Hebdo kembali memublikasi kartun Nabi Muhammad dan memproduksi film berbiaya rendah berjudul Innocence of Muslims yang melecehkan Nabi Muhammad.

Akibat berbagai langkah kontroversial tersebut sekolah, konsulat, dan pusat budaya Prancis di 20 negara ditutup. Kedubes Prancis juga mengantisipasi adanya serangan balasan. Editor Charlie Hebdo , Stephane Charbonnier, pun mendapat ancaman pembunuhan dan harus mendapat perlindungan polisi.

Sementara itu polisi belum mengaitkan penembakan terbaru polisi wanita dan pegawai pemerintah itu dengan penembakan yang terjadi di kantor mingguan Charlie Hebdo pada Rabu (7/1) lalu. Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve langsung menuju lokasi penembakan di wilayah Malakoff, selatan Prancis. Dia ingin memastikan penyelidikan dan investigasi lebih detail.

Seperti dilansir Reuters , Wali Kota Montrouge Pierre Brossollette mengungkapkan polisi wanita dan seorang kawannya itu pergi ke lokasi tersebut setelah terjadi kecelakaan lalu lintas. Saat tiba di lokasi, sebuah mobil berhenti dan seorang pria keluar dari mobilnya. ”Pria bersenjata itu langsung menembak polisi wanita dan koleganya sebelum melarikan diri,” kata Brossollette.

Saksi mata lainnya mengungkapkan penembak itu melarikan diri dengan mengendarai mobil. Adapun sumber kepolisian mengungkapkan, pria bersenjata itu mengenakan rompi antipeluru serta membawa pistol dan senapan serbu. Kemudian seorang petugas kepolisian yang berada di lokasi kejadian mengungkapkan pria itu tidak tampak seperti para tersangka penembakan di Charlie Hebdo.

Di lokasi terpisah, ledakan bom terjadi pada Kamis dini hari di sebuah toko kebab di dekat masjid di wilayah Villefranchesur- Saone, timur Prancis. Tidak ada korban dalam insiden itu. ”Itu merupakan tindakan kriminal,” kata seorang petugas polisi lokal kepada AFP. Dia menambahkan, polisi tengah menyelidiki insiden itu apakah terkait dengan penembakan di Charlie Hebdo atau tidak.

Demonstrasi

Demonstrasi menentang insiden pembunuhan massal di Kantor Charlie Hebdo berlangsung dibeberapa kota Prancisdan Eropa lainnya. Di Paris, ribuan orang berkumpul di Alun-alun Place de la Republique di pusat kotaParispada Rabu(7/1) malam waktu setempat. Mereka membawa spanduk bertuliskan Je suis Charlie atau ”Saya Charlie”.

Puluhan ribu orang lainnya menggelar aksi serupa di sejumlah kota Prancis, antara lain di Lyon, Toulouse, dan Montpellier. Warga beberapa kota Eropa seperti London, Berlin, Madrid, dan Brussel juga menggelar acara serupa. Di Berlin, ribuan pengunjuk rasa mengungkapkan serangan di Paris sebagai serangan atas kebebasan berekspresi. Adapun di Belgia, ratusan warga juga berkumpul untuk mengungkapkan solidaritas.

Dalam aksi simpati, banyak harian di Eropa kemarin memublikasikan kartun yang pernah dipublikasikan Charlie Hebdo dan kartun yang mengejek para pembunuh. Harian Inggris Telegraph memuat kartun bergambar dua orang yang memakai senjata berada di luar pintu Charlie Hebdo.

”Hati-hati, mereka mungkin membawa pena,” demikian tulisan dalam kartun itu. Adapun kebanyakan media Jerman memublikasikan kembali kartun-kartun Charlie Hebdo . Sejumlah pemimpin dunia juga mengecam penyerangan ke Charlie Hebdo . Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott, misalnya, menyebut serangan di Kantor Charlie Hebdo sebagai kekejaman yang tidak terkatakan.

Menurut dia, serangan yang menewaskan 12 orang serupa dengan serangan di sebuah kafe di Sydney beberapa pekan lalu. Sinyal berbeda justru diungkapkan Iran. Media-media di negeri para mulah itu justru meminta Prancis mengkaji kebijakannya terhadap Timur Tengah dan dunia muslim menyusul serangan Charlie Hebdo.

Serangan itu terkait dengan sikap Prancis mendukung koalisi internasional melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak dan Suriah. Kemudian stasiun televisi milik Pemerintah Iran menyebutkan, aksi diam Pemerintah Prancis terhadap Islamofobia yang berkembang mempunyai andil menciptakan rasa isolasi mendalam yang dialami warga muslim di Prancis.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4924 seconds (0.1#10.140)