Sajikan Teater Robot, Juarai Olimpiade di Malaysia
A
A
A
-
Drama berdurasi 3 menit 59 detik yang diperankan tiga siswa-siswi SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto, Jawa Timur dan dua robot buatan mereka itu terlihat unik.
Tokoh Doraemon diperankan boneka robot, begitu pula Kibo, yang merupakan robot pohon. Kedua robot dan beberapa robot tanaman ini menjadi pemain teater menemani tiga siswa kelas II SD itu. Sejumlah properti pendukung lainnya juga apik dipajang. Sementara tiga siswa SD ini memerangkan tiga tokoh dalam film kartun Jepang Doraemon.
Emirza Islami Al Husein berperan sebagai Nobita, Nikmatun Naschikah memerankan tokoh Joiko, serta Kirana Anissa Sholikha sebagai Sizuka. Dengan musik dan lip sync, robot dan manusia ini memainkan drama singkat berjudul Keep Everlasting The Forest secara bersama. Teater ini terasa unik lantaran dua robot yang berperan, yakni Doraemon dan Kibo, berjalan tanpa ada remote kontrol.
Kedua robot ini berjalan dengan menggunakan roda mengikuti gerak setiap pemeran manusia. Kendati tanpa remote kontrol, kedua robot tersebut bisa berperan dengan baik dan tepat momen. “Robot ini menggunakan kompas untuk berpindah tempat. Menggunakan timer yang sudah diprogram, sehingga mereka berjalan tanpa remote,” papar Juli Indra Wati, Kasek SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Mojokerto.
Kreasi pelajar berumur delapan tahun itu cukup gemilang. Mereka menyabet medali emas dalam helatan International Islamic School Robot Olympiad yang digelar di Johor Baru, Malaysia pada 24-26 Desember 2014 lalu. “Karena menyabet juara pertama di antara 250 peserta antarnegara, tanggal 27 Januari nanti kami diundang dalam olimpiade Singapore Robotic Game,” papar Juli.
Untuk menyiapkan teater robot ini, mereka membutuhkan waktu sebulan. Cukup singkat memang. Namun dengan waktu singkat itu, para siswa ini mampu menyelesaikan dengan sempurna. Selain membuat dua robot tokoh dan tumbuhan, juga sejumlah properti lainnya yang berbahan styrofoam.
“Ada beberapa yang dibantu guru-guru karena waktu persiapannya memang singkat,” ucapnya. Saat pelaksanaan lomba, Juli mengaku tiga siswanya itu tak mengalami kesulitan. Penampilan mereka cukup membuat dewan juri terpukau. Terlebih, drama berbahasa Inggris yang mereka sajikan itu cukup fasih dan tema yang diambil serta tokoh yang diperankan cukup familier.
“Kita ambil tokoh Doraemon karena memang tokoh kartun dari Jepang ini sudah banyak dikenal anak-anak di Asia bahkan dunia,” papar Juli. Dalam cerita itu, siswa mengajak untuk menjaga kelestarian hutan. Salah satunya dengan tidak mencorat- coret pepohonan. Pesan ini cukup simpel tapi bermakna.
Karena dalam lingkup anakanak, mereka tak menyadari jika mencorat-coret pohon adalah tindakan yang salah. “Makanya dalam drama disampaikan, robot pohon bisa marah jika mereka dicoratcoret. Pesan ini yang kami sampaikan,” katanya.
Soal keahlian siswanya membuat robot, Juli menyebut jika mereka sejak awal memang mendapatkan pembelajaran dasar-dasar membuat robot. Karena itu. siswa tak banyak menemukan kesulitan membuat robot jenis transporter seperti yang dilombakan. “Mereka ikut ekstrakurikuler mengenal dan membuat robot.
Jadi tak ada kesulitan,” tandasnya. Emirza Islami Al Husein, salah satu pembuat sekaligus pemeran dalam teater robot ini, mengaku puas dengan hasil yang diraih timnya. Menyabet juara pertama dalam event antarnegara menjadi kebanggaan tersendiri baginya. “Bangga. Saya berharap kami bisa berlomba lagi di luar negeri,” ujarnya.
Tritus julan
Mojokerto
Drama berdurasi 3 menit 59 detik yang diperankan tiga siswa-siswi SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto, Jawa Timur dan dua robot buatan mereka itu terlihat unik.
Tokoh Doraemon diperankan boneka robot, begitu pula Kibo, yang merupakan robot pohon. Kedua robot dan beberapa robot tanaman ini menjadi pemain teater menemani tiga siswa kelas II SD itu. Sejumlah properti pendukung lainnya juga apik dipajang. Sementara tiga siswa SD ini memerangkan tiga tokoh dalam film kartun Jepang Doraemon.
Emirza Islami Al Husein berperan sebagai Nobita, Nikmatun Naschikah memerankan tokoh Joiko, serta Kirana Anissa Sholikha sebagai Sizuka. Dengan musik dan lip sync, robot dan manusia ini memainkan drama singkat berjudul Keep Everlasting The Forest secara bersama. Teater ini terasa unik lantaran dua robot yang berperan, yakni Doraemon dan Kibo, berjalan tanpa ada remote kontrol.
Kedua robot ini berjalan dengan menggunakan roda mengikuti gerak setiap pemeran manusia. Kendati tanpa remote kontrol, kedua robot tersebut bisa berperan dengan baik dan tepat momen. “Robot ini menggunakan kompas untuk berpindah tempat. Menggunakan timer yang sudah diprogram, sehingga mereka berjalan tanpa remote,” papar Juli Indra Wati, Kasek SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Mojokerto.
Kreasi pelajar berumur delapan tahun itu cukup gemilang. Mereka menyabet medali emas dalam helatan International Islamic School Robot Olympiad yang digelar di Johor Baru, Malaysia pada 24-26 Desember 2014 lalu. “Karena menyabet juara pertama di antara 250 peserta antarnegara, tanggal 27 Januari nanti kami diundang dalam olimpiade Singapore Robotic Game,” papar Juli.
Untuk menyiapkan teater robot ini, mereka membutuhkan waktu sebulan. Cukup singkat memang. Namun dengan waktu singkat itu, para siswa ini mampu menyelesaikan dengan sempurna. Selain membuat dua robot tokoh dan tumbuhan, juga sejumlah properti lainnya yang berbahan styrofoam.
“Ada beberapa yang dibantu guru-guru karena waktu persiapannya memang singkat,” ucapnya. Saat pelaksanaan lomba, Juli mengaku tiga siswanya itu tak mengalami kesulitan. Penampilan mereka cukup membuat dewan juri terpukau. Terlebih, drama berbahasa Inggris yang mereka sajikan itu cukup fasih dan tema yang diambil serta tokoh yang diperankan cukup familier.
“Kita ambil tokoh Doraemon karena memang tokoh kartun dari Jepang ini sudah banyak dikenal anak-anak di Asia bahkan dunia,” papar Juli. Dalam cerita itu, siswa mengajak untuk menjaga kelestarian hutan. Salah satunya dengan tidak mencorat- coret pepohonan. Pesan ini cukup simpel tapi bermakna.
Karena dalam lingkup anakanak, mereka tak menyadari jika mencorat-coret pohon adalah tindakan yang salah. “Makanya dalam drama disampaikan, robot pohon bisa marah jika mereka dicoratcoret. Pesan ini yang kami sampaikan,” katanya.
Soal keahlian siswanya membuat robot, Juli menyebut jika mereka sejak awal memang mendapatkan pembelajaran dasar-dasar membuat robot. Karena itu. siswa tak banyak menemukan kesulitan membuat robot jenis transporter seperti yang dilombakan. “Mereka ikut ekstrakurikuler mengenal dan membuat robot.
Jadi tak ada kesulitan,” tandasnya. Emirza Islami Al Husein, salah satu pembuat sekaligus pemeran dalam teater robot ini, mengaku puas dengan hasil yang diraih timnya. Menyabet juara pertama dalam event antarnegara menjadi kebanggaan tersendiri baginya. “Bangga. Saya berharap kami bisa berlomba lagi di luar negeri,” ujarnya.
Tritus julan
Mojokerto
(bbg)