Muhammadiyah Dorong Elite Golkar Islah
A
A
A
JAKARTA - PP Muhammadiyah mendorong terjadinya islah Partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan kubu Agung Laksono.
Jika dualisme terus terjadi, maka Golkar sendiri yang akan rugi karena, status Golkar akan mengambang.
"Karena sebagai organisasi, Muhammadiyah tidak etis memasuki wilayah domestik partai lain termasuk Partai Golkar. Kecuali kalau dari segi agama, Muhammadiyah mendorong adanya islah," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin saat menerima kunjungan Agung Laksono di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/1/2014).
Din mengatakan, sebagai pribadi yang kebetulan pernah aktif sebagai fungsionaris DPP Partai Golkar, dirinya prihatin karena Partai besar Golkar dilanda oleh perpecahan.
Oleh karena itu, sangat baik sekali untuk mencari jalan keluar. ‪Karena, partai ini punya pengalaman yang panjang dan menghasilkan sejumlah politisi yang kini sudah ke partai lain.
"Paling tidak mereka alumni Partai Golkar. Saat ini perlu sekali ditegakkan ideologi ke-Golkaran," jelasnya.
Karena menurut Din, menjadi sangat pragmatis, partai menjadi kurang berfungsi sebagai agen perubahan kehidupan politik. Sehingga, perlu dikembalikan semangat kekuatan organik.
Din mengingatkan Agung, agar janganlah perbedaan kepentingan dan orientasi politik selama pilpres itu terlestarikan dalam bentuk dikotomis menjadi partai pemerintah dan partai oposisi.
"Terus terang kondisi ini merugikan bangsa. Sampai pada dualisme kepemimpinan DPR. Pada hemat saya, kalau ini berlanjut Kita mengalami defisit demokrasi," terangnya.
Oleh karena itu lanjutnya, Golkar jangan terjebak dalam cara pandang yang demikian. Menurutnya, Partai Golkar punya tanggung jawab sejarah, dan kekuatan Golkar itu ada pada pendirinya. Jangan pernah melupakan hal itu, jangan pernah meninggalkan itu.
"Sekali mereka meninggalkan (keluar dari Golkar) maka Golkar akan menjadi partai mengambang. Mudah-mudahan ada jalan terbaik," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar kubu Agung mengatakan, maksud kedatangannya ke PP Muhammadiyah yakni untuk memberikan wejangan kepada Golkar dalam menghadapi permasalahannya.
"Saya tegaskan Pak Din bukan sebagai mediator. Kami akan selesaikan sendiri. Kita anggap, Pak Din memberikan tausiah dan pandangannya. Karena itu beliau tidak akan berada di dalam lagi," ujar Agung di kesempatan yang sama.
Agung menjelaskan, pihaknya tidak berbicara soal personalia. Tapi, lebih kepada pandangan politik dan visi. Karena, sudah saatnya untuk menyatukan dua kubu di parlemen karena, tidak mungkin pemerintah tidak diawasi jika Golkar keluar dari KMP (Koalisi Merah Putih).
"Jadi, kita keluar dari KMP. Kami mendukung Pemerintahan yang sah. Yaitu Jokowi-JK. Meskipun kita itu loyal namun kritis. Kita tak persoalkan duduk di dalam atau di luar," tandasnya.
Jika dualisme terus terjadi, maka Golkar sendiri yang akan rugi karena, status Golkar akan mengambang.
"Karena sebagai organisasi, Muhammadiyah tidak etis memasuki wilayah domestik partai lain termasuk Partai Golkar. Kecuali kalau dari segi agama, Muhammadiyah mendorong adanya islah," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin saat menerima kunjungan Agung Laksono di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/1/2014).
Din mengatakan, sebagai pribadi yang kebetulan pernah aktif sebagai fungsionaris DPP Partai Golkar, dirinya prihatin karena Partai besar Golkar dilanda oleh perpecahan.
Oleh karena itu, sangat baik sekali untuk mencari jalan keluar. ‪Karena, partai ini punya pengalaman yang panjang dan menghasilkan sejumlah politisi yang kini sudah ke partai lain.
"Paling tidak mereka alumni Partai Golkar. Saat ini perlu sekali ditegakkan ideologi ke-Golkaran," jelasnya.
Karena menurut Din, menjadi sangat pragmatis, partai menjadi kurang berfungsi sebagai agen perubahan kehidupan politik. Sehingga, perlu dikembalikan semangat kekuatan organik.
Din mengingatkan Agung, agar janganlah perbedaan kepentingan dan orientasi politik selama pilpres itu terlestarikan dalam bentuk dikotomis menjadi partai pemerintah dan partai oposisi.
"Terus terang kondisi ini merugikan bangsa. Sampai pada dualisme kepemimpinan DPR. Pada hemat saya, kalau ini berlanjut Kita mengalami defisit demokrasi," terangnya.
Oleh karena itu lanjutnya, Golkar jangan terjebak dalam cara pandang yang demikian. Menurutnya, Partai Golkar punya tanggung jawab sejarah, dan kekuatan Golkar itu ada pada pendirinya. Jangan pernah melupakan hal itu, jangan pernah meninggalkan itu.
"Sekali mereka meninggalkan (keluar dari Golkar) maka Golkar akan menjadi partai mengambang. Mudah-mudahan ada jalan terbaik," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar kubu Agung mengatakan, maksud kedatangannya ke PP Muhammadiyah yakni untuk memberikan wejangan kepada Golkar dalam menghadapi permasalahannya.
"Saya tegaskan Pak Din bukan sebagai mediator. Kami akan selesaikan sendiri. Kita anggap, Pak Din memberikan tausiah dan pandangannya. Karena itu beliau tidak akan berada di dalam lagi," ujar Agung di kesempatan yang sama.
Agung menjelaskan, pihaknya tidak berbicara soal personalia. Tapi, lebih kepada pandangan politik dan visi. Karena, sudah saatnya untuk menyatukan dua kubu di parlemen karena, tidak mungkin pemerintah tidak diawasi jika Golkar keluar dari KMP (Koalisi Merah Putih).
"Jadi, kita keluar dari KMP. Kami mendukung Pemerintahan yang sah. Yaitu Jokowi-JK. Meskipun kita itu loyal namun kritis. Kita tak persoalkan duduk di dalam atau di luar," tandasnya.
(maf)