Umat Harus Tumbuhkan Toleransi

Minggu, 04 Januari 2015 - 15:14 WIB
Umat Harus Tumbuhkan Toleransi
Umat Harus Tumbuhkan Toleransi
A A A
JAKARTA - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus menjadi landasan bagi umat Islam untuk menguatkan kesadaran berperilaku sesuai dengan teladan Rasulullah.

Maulid sekaligus momentum untuk mempererat persaudaraan antarsesama. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, Nabi Muhammad SAW adalah sumber inspirasi dan keteladanan. Rasulullah senantiasa memberikan petunjuk yang menuntun manusia menuju jalan kebaikan. Memperingati kelahiran Rasul (maulid) adalah refleksi bagi seluruh umat Islam untuk meneladani perilaku Nabi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Nabi Muhammad SAW adalah seorang pekerja keras. Maka dari itu kita pun harus meneladani beliau. Jika kita mau bekerja keras, kita akan menjadi negara yang sejahtera dan makmur,” kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 Hijriah di Silang Monas, Jakarta, kemarin.

Hadir dalam acara yang digelar Majelis Rasulullah ini antara lain Ibu Negara Iriana Widodo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Malam sebelumnya Jokowi menghadiri acara Maulid Nabi di Istana Negara. Jokowi menuturkan, di tengah kehidupan masyarakat yang demikian kompleks, mengaktualisasikan akhlak mulia Rasul menjadi sangat penting.

Sebagai pemimpin umat, Rasul tabah menghadapi setiap cobaan, rintangan, dan caci maki. Bahkan, Nabi SAW selalu mendoakan setiap orang yang menghina dan menghalangi dakwahnya. “Apakah kita sanggup berbuat demikian, dihina orang lalu kita membalasnya dengan doa?” katanya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengajak seluruh masyarakat menjunjung persaudaraan antarsesama muslim (ukhuwah Islamiah) dan persaudaraan antarumat manusia (ukhuwah insaniah) karena Rasul juga mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki kasih sayang antarsesama. Jokowi mengakui tidak mudah meneladani Nabi Muhammad SAW. Namun dengan kesabaran dan kesadaran terus-menerus, umat pasti mampu melakukannya.

Dia mengingatkan, sebagaimana tercatat dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW diutus ke tengah masyarakat yang kering dengan nilai-nilai peradaban. Nabi kemudian mengubah sejarah dengan menciptakan peradaban yang mulia. Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari lahir Rasulullah yang jatuh setiap 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah.

Peringatan Maulid juga digelar di berbagai penjuru negeri. Di Yogyakarta misalnya warga mengisi dengan acara zikir bersama. Selain itu digelar tradisi sekaten yang merupakan bagian meramaikan acara itu. Seperti sebelumnya, ribuan warga berebut gunungan dari Keraton Yogyakarta. Ada lima gunungan yang diperebutkan, yaitu Gunungan Wadon, Lanang, Darat, Gepak, dan Pawuhan.

Mereka rela berdesakan untuk mendapatkan isi gunungan yang terdiri atas berbagai hasil bumi itu. Warga Yogyakarta dan sekitarnya percaya bahwa gunungan dari keraton ini membawa berkah. Sejumlah turis asing pun ikut berpartisipasi. Gunungan Lanang dibawa dari Keraton Yogyakarta menuju Kantor Gubernuran Kepatihan Pemda DIY. Gunungan tersebut diperebutkan di depan Masjid Sulthoni yang berada kompleks Kepatihan.

Sedangkan, Gunungan Wadon diarak ke Puro Pakualaman dan diperebutkan di sekitar kadipaten. Gunungan lainnya diperebutkan di halaman Masjid Gedhe Kauman. Keluarnya gunungan dari keratonmerupakan puncak Perayaan Pasar Malam Sekaten (PPMS) 2015. PPMS digelar selama sebulanpenuhmulai28November 2014 di Alun-alun Lor Keraton Yogyakarta.

Zikir dan doa bersama juga diadakan di sejumlah daerah. Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Magelang Ahmad Madjidun mengungkapkan, perayaan Maulid Nabi berarti merayakan kelahiran utusan Tuhan yang membawa pencerahan, pesanpesan terang atau kebenaran kepada umat manusia.

“Nabi Muhammad SAW telah memberikan ajaran tentang berbagai nilai keteladanan hidup terkait dengan keberadaan manusia sebagai pribadi maupun tentang hubungan antarmanusia,” katanya. Sekjen PP Muhammadiyah AbdulMutimenjelaskanbeberapa pokok keteladanan Rasulullah yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini, di antaranya kesederhanaan Rasulullah saat menjadi pemimpin yang jauh dari kesan kemewahan dan jujur.

Selain itu mengenai akhlak Rasulullah dalam menyikapi perbedaan dan kerja keras disertai dengan keikhlasan. “Rasulullah seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan peduli terhadap rakyatnya. Dari kecil sudah menanamkan kejujuran sehingga dijuluki Al-Amin atau yang tepercaya,” kata Abdul Mu’ti.

Keteladanan itu, menurut dia, berbanding terbalik dengan watak kebanyakan para pemimpin dan pejabat publik di Tanah Air. Abdul Muti menilai banyak perilaku pejabat publik sangat jauh dari nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah. “Ini tantangan kita bersama, bagaimana menghasilkan pemimpin yang bisa meniru kepemimpinan Rasulullah. Pemimpin yang sederhana tapi bersahaja, suka melayani, dan tidak suka dilayani atau difasilitasi,” papar Muti.

Khoirul muzakki/Ridwan anshori
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4671 seconds (0.1#10.140)