Maraton Menuju Kesuksesan
A
A
A
Dedikasi dan komitmen Lisa untuk mewujudkan kedigdayaan sumber pangan tak hanya membawanya berkeliling di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Dari setiap perjalanan tersebut tertoreh berbagai kisah dan pengalaman yang terus membekas dalam diri Lisa.
Perjalanan yang tak hanya mengukir kenangan, tetapi juga inspirasi bagi Lisa sebagai seorang individu dan profesional. Segudang pengalaman yang membawanya menuju hidup penuh makna dari hal sederhana yang ia lakukan.
“Menyadari bahwa kehadiran saya bisa memberikan manfaat bagi orang lain dan negara,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 5 September 1981 ini. Pada 2012, Lisa mewakili Indonesia untuk menghadiri acara internasional bertajuk Salone del Gusto di Turin, Italia. Di ajang ini, Lisa juga didaulat menjadi pembicara dalam sebuah workshop bertema Indigeneous Rice of Asia bersama tiga delegasi dari negara Asia lain.
Dalam acara tersebut, Lisa sempat bertemu dengan idolanya, Vandana Shiva, seorang aktivis asal India yang memperjuangkan hak petani atas benih. “Lebih dari lima tahun saya mendambakan bisa menghadiri acara Salone del Gusto. Saya bersyukur bisa terpilih secara aklamasi oleh Slow Food International untuk mewakili Indonesia,” ujar perempuan yang dinobatkan sebagai Most Inspiring Woman 2013 oleh majalah Her World Indonesia.
Dari sederet perjalanan yang dilakukan, akhirnya membawa Lisa ke Bumi Langit Institute di Imogiri, Yogyakarta, Juli 2013. Sejak saat itu, Lisa memutuskan untuk “mengasingkan diri” dari hiruk-pikuk Ibukota. Ia memilih menetap di Imogiri untuk bertani dengan belajar langsung dari para produsen pangan berkualitas.
Produsen yang tegas menolak penggunaan bahan kimia dan kebergantungan bahan impor. Di sini ia belajar bahwa diperlukan kerja sama antara manusia dan alam untuk menata sarana kehidupan. “Saya merasa seperti menemukan surga, di mana cita rasa dirayakan secara suka cita setiap hari,” ucap peraih L’Oreal Paris Women of Worth Indonesia 2014.
Dengan segala upaya yang telah dilakukan, Lisa merasa masih jauh dari katasukses. Saat iniia merasabelumbisa menemukan makanan berkualitas dan pangan artisanal Indonesia di tingkat mondial. Ia juga belum bisa membuat para petani, peternak, nelayan, serta pembuat makanan artisanal tersenyum bangga melihat produknya digunakan oleh warga dunia.
Lisa mengatakan, ia akan merasa sukses dan dapat beristirahat tenangbila masyarakat Indonesia sudah memiliki kedigdayaan dalam sumber pangan. “Saya masih maraton menuju kesuksesan,” pungkas Lisa.
Ema malini
Perjalanan yang tak hanya mengukir kenangan, tetapi juga inspirasi bagi Lisa sebagai seorang individu dan profesional. Segudang pengalaman yang membawanya menuju hidup penuh makna dari hal sederhana yang ia lakukan.
“Menyadari bahwa kehadiran saya bisa memberikan manfaat bagi orang lain dan negara,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 5 September 1981 ini. Pada 2012, Lisa mewakili Indonesia untuk menghadiri acara internasional bertajuk Salone del Gusto di Turin, Italia. Di ajang ini, Lisa juga didaulat menjadi pembicara dalam sebuah workshop bertema Indigeneous Rice of Asia bersama tiga delegasi dari negara Asia lain.
Dalam acara tersebut, Lisa sempat bertemu dengan idolanya, Vandana Shiva, seorang aktivis asal India yang memperjuangkan hak petani atas benih. “Lebih dari lima tahun saya mendambakan bisa menghadiri acara Salone del Gusto. Saya bersyukur bisa terpilih secara aklamasi oleh Slow Food International untuk mewakili Indonesia,” ujar perempuan yang dinobatkan sebagai Most Inspiring Woman 2013 oleh majalah Her World Indonesia.
Dari sederet perjalanan yang dilakukan, akhirnya membawa Lisa ke Bumi Langit Institute di Imogiri, Yogyakarta, Juli 2013. Sejak saat itu, Lisa memutuskan untuk “mengasingkan diri” dari hiruk-pikuk Ibukota. Ia memilih menetap di Imogiri untuk bertani dengan belajar langsung dari para produsen pangan berkualitas.
Produsen yang tegas menolak penggunaan bahan kimia dan kebergantungan bahan impor. Di sini ia belajar bahwa diperlukan kerja sama antara manusia dan alam untuk menata sarana kehidupan. “Saya merasa seperti menemukan surga, di mana cita rasa dirayakan secara suka cita setiap hari,” ucap peraih L’Oreal Paris Women of Worth Indonesia 2014.
Dengan segala upaya yang telah dilakukan, Lisa merasa masih jauh dari katasukses. Saat iniia merasabelumbisa menemukan makanan berkualitas dan pangan artisanal Indonesia di tingkat mondial. Ia juga belum bisa membuat para petani, peternak, nelayan, serta pembuat makanan artisanal tersenyum bangga melihat produknya digunakan oleh warga dunia.
Lisa mengatakan, ia akan merasa sukses dan dapat beristirahat tenangbila masyarakat Indonesia sudah memiliki kedigdayaan dalam sumber pangan. “Saya masih maraton menuju kesuksesan,” pungkas Lisa.
Ema malini
(bbg)