Badan Pesawat di Dasar Laut

Jum'at, 02 Januari 2015 - 10:10 WIB
Badan Pesawat di Dasar...
Badan Pesawat di Dasar Laut
A A A
PANGKALAN BUN - Proses pencarian badan pesawat AirAsia QZ8501, yang hilang di Selat Karimata, Laut Jawa, pada Minggu (28/12) lalu, kemarin sudah mulai menemukan titik terang.

Diduga kuat badan pesawat berada di dasar laut. Karena itu, tim Basarnas akan mengumpulkan dan mendatangkan peralatan untuk mempercepat penemuan pesawat dan para penumpangnya. ”Kita akan lakukan percepatan satu sampai dua hari. Penerjunan alat akan digelar, termasuk peralatan yang akan berdatangan,” ujar Mission SAR Coordinator atau Deputi Potensi Basarnas Pangkalan Bun Marsda Sunarbowo Sandi di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin.

Gelar peralatan tersebut dilakukan karena adanya informasi mengenai tandatanda keberadaan pesawat. ”Mungkin mereka sudah melihat tanda-tanda itu, makanya ada rumor dari Pak Tony (CEO AirAsia Tony Fernandes) bahwa itu (tanda lokasi pesawat) sudah ada. Tapi kami belum rilis ke pers bahwa itu memang ada, sabarlah ya,” katanya.

Disinggung apakah tanda-tanda yang dimaksud adalah bayangan hitam, Sunarbowo tidak membantahnya. ”Iya, itu tandatandanya. Kita harus positif pertimbangannya, hari ini atau kemarin kita sudah menemukan bodi pesawat,” katanya. Dia mengungkapkan banyaknya permintaan dari negara-negara asing yang ingin membantu evakuasi, misalnya dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan masih banyak lagi.

Semuanya sedang diproses karena sangat banyak negara yang bersedia membantu Indonesia. Menurut sumber di Basarnas, lokasi yang diduga kuat sebagai tempat jatuhnya pesawat AirAsia tersebut masih belum bisa ditembus. Penyebab utamanya cuaca yang sangat tidak bersahabat. Selain soal kedalamannya, arus juga sangat deras, apalagi kemarin gelombang di perairan tersebut cukup tinggi, mencapai 4 meter.

Untuk membantu proses evakuasi, satu pesawat Hercules dari Singapura mendarat di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun. Pesawat tersebut mengangkut tujuh personel dan dilengkapi sejumlah peralatan otomatis untuk memastikan posisi bangkai AirAsia di bawah laut. Pesawat Hercules berbendera Singapura tersebut tiba pukul 10.15 WIB, dipimpin Mayor Tank Tek Hong. ”Alat tersebut merupakan alat pendeteksi sonar yang bisa digerakkan otomatis dari kapal mereka,” ucap Sunarbowo.

Dia menjelaskan, kedatangan pesawat Singapura itu membawa alat Autonomous Underwater Vehicle (AUV). Alat tersebut berfungsi mendeteksi sinyal lemah Emergency Locator Transmitter (ELT) di bawah laut hingga kedalaman 100 meter dan lebar 100 meter. ”Kita berharap alat ini bisa mendeteksi sinyal beacon ELT, bisa lewat pantulan maupun getaran, sehingga bisa membantu memastikan lokasi pesawat.

Pesawat Baruna milik BPPT juga seperti itu, hasil tangkapannya seperti grafis dan kalau ada logam warnanya jadi berbeda. Itu juga sudah difungsikan sejak kemarin,” katanya. Kapal-kapal KRI juga mempunyai alat dengan fungsi sama sebagai penyapu ranjau sehingga bisa diandalkan untuk mendeteksi logam.

”Nanti Prancis bergabung bersama KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) untuk membawa alat yang sama. Semua tim pendeteksi kini dikomandoi Laksamana Pertama Rasyid yang sekarang di KRI Banda Aceh,” ucapnya. Berdasarkan informasi terakhir, sejumlah bagian pesawat berhasil ditemukan, ada peluncur emergency exit , kemudian emergency exit doors, koper, dan tas.

Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo menambahkan, hari ini timnya akan lebih fokus mencari keberadaan badan pesawat. Dengan mengerahkan sejumlah kapal dan pesawat yang dilengkapi sistem sonar, proses penemuan bangkai pesawat yang diduga berada di dasar laut diharapkan bisa segera ada titik terang.

”Besok (hari ini) kita akan mendapatkan bantuan alat-alat dari Singapura untuk mendeteksi objek di bawah air,” katanya di kantornya Jalan Angkasa, Jakarta, kemarin. Upaya itu menjadi salah satu langkah optimalisasi pencarian badan pesawat. Selain itu, Basarnas tetap mengerahkan kapal dan pesawat milik mereka sendiri, TNI, serta lembaga lain seperti kapal Baruna Jaya milik BPPT.

”Sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, kapal Geo Survei juga akan sampai pada titik lokasi. Nanti mereka akan bergabung mencari objek, ” kata Soelistyo. Kapal Geo Survey merupakan bantuan dari Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia. Dalam beberapa hari terakhir, proses pencarian badan pesawat AirAsia rute Surabaya- Singapura tersebut memang selalu mengalami kendala cuaca.

Keinginan tim untuk mendeteksi kapal berpenumpang 162 orang itu pun selalu gagal karena tinggi gelombang yang sulit untuk ditembus. ”Sampai detik ini secara formal belum ada laporan (keberadaan pesawat). Dan saya konfirmasi ke satuan di bawah, memastikan, memang belum,” ujar Soelistyo.

Melibatkan Penyelam

Puluhan penyelam dari Basarnas dan TNI AL juga akan dikerahkan untuk mencari objek pesawat yang tenggelam di dasar laut berkedalaman puluhan meter itu. Namun, operasi mereka sangat ditentukan kondisi cuaca yang harus baik selama proses pencarian berlangsung. ”Tim penyelam sekarang ada di KM Purworejo, ada 47 dari Kopaska dan 12 penyelam Basarnas,” kata Soelistyo.

Tim yang telah diberangkatkan sejak Rabu (31/12) lalu memang belum bisa memberikan sumbangsihnya. Percobaan yang mereka lakukan selalu kandas karena gelombang yang tinggi. ”Besok (hari ini) akan diulangi lagi untuk penyelaman ke lokasi,” ungkap Soelistyo. Dia pun membantah gagalnya tim penyelam ke lokasi dikarenakan ketidaksiapan tim KNKT untuk ikut dalam operasi tersebut.

Semua tim telah berada di Pangkalan Bun untuk mencari korban dan bangkai pesawat. ”Tim KNKT sudah berada di Pangkalan Bun dan mereka besok kita berangkatkan dengan peralatan, untuk mencoba menemukan blackbox,” tambahnya. Meski begitu, Soelistyo menegaskan penyelaman dapat menjadi sektor terdepan dalam proses pencarian. ”Dengan gelombang seperti itu kapal memang masih bisa bergerak. Alat masih bisa bekerja, tapi yang sulit mengevakuasi dan mengambil korban dari air,” katanya.

Sembilan Jenazah

Pada hari kelima proses evakuasi Basarnas berhasil lagi menemukan dua jenazah di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Keduanya diketahui berjenis kelamin perempuan. Satu korban sudah berhasil dibawa ke RSUD Imanuddin Pangkalan Bun, satu lainnya masih berada di KRI Yos Sudarso karena cuaca buruk.

”Total jenazah sampai detik ini (tadi malam) yang sudah saya pastikan jumlahnya ada 9,” ucap Soelistyo. Ada temuan lain, yitu barang berupa dua buah tas hitam dan satu tas berwarna abu-abu. Kemudian ada juga potongan tangga, tabung selam, serta serpihan logam. Beberapa di antaranya telah dijemput menggunakan kapal polisi 1017 dari kapal Malaysia KD Lekiu.

”Tas dibawa dengan heli Basarnas dari kapal KD Lekiu,” ujar Soelistyo. Dalam pencarian di hari kelima ini Basarnas memperluas area operasi, mencakup panjang 90 nautical miles dan lebar 150 nautical miles atau sekitar 12.500 m2. Armada yang dikerahkan juga cukup besar, mencakup 19 kapal (gabungan dari unsur Basarnas, TNI dan negara asing), sedangkan jalur udara mengerahkan 4 heli dan 5 pesawat fix wing.

”Tenaga asing yang membantu berasal dari Malaysia, Singapura, dan Amerika,” lanjutnya. Meski begitu pada operasi kemarin kendala cuaca masih menghambat proses pencarian dan evakuasi korban. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga tiga hari ke depan, sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

”Kesulitannya kondisi cuaca yang kurang bersahabat, gelombang di lokasi tinggi antara 3-4 meter. Kondisi seperti itu yang masih akan kita hadapi setidaknya hingga 4 Januari ke depan,” urai Soelistyo. Karena itu, hingga 4 Januari ke depan ada zona merah di sekitar Selat Karimata, tempat proses evakuasi berlangsung. Basarnas pun telah diingatkan untuk berhati-hati terhadap kondisi tersebut.

”Kalau zona merah itu berarti tinggi gelombang 3 sampai 4 meter,” lanjutnya. Antisipasi yang bisa dilakukan adalah melaksanakan evakuasi secara taktis dan pertolongan secepatnya. ”Seperti mengambil jenazah dari KRI Yos Sudarso, mengapa tidak kami ambil sekaligus dua (hanya 1 yang dibawa), karena sewaktu mengambil jenazah heli kita tidak bisa mendarat. Akhirnya jenazah dibawa dengan tali, dengan tim rescue yang harus turun,” paparnya.

Sementara itu, kebutuhan logistik kapal yang besar menuntut Basarnas meminta bantuan SKK Migas mengirimkan tankernya ke lokasi pencarian. Dengan pola penjemputan, diharapkan kapal-kapal yang tengah melakukan operasi pencarian di titik-titik tersebut tidak disibukkan untuk bersandar.

Mereka hanya akan difokuskan untuk menyisir dan mencari jenazah dan objek pesawat yang hilang. ”Besok saya akan berangkatkan kapal tanker dari SKK Migas untuk mendukung operasional supaya mereka tidak harus ke pantai,” kata Soelistyo.

Sucipto/Dian ramdhani
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0840 seconds (0.1#10.140)