Cuaca Buruk Ancam Indonesia
A
A
A
LEBAK - Beberapa wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami cuaca buruk dalam beberapa hari ke depan. Karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk tetap waspada.
BMKG Serang, Banten, misalnya, telah mengeluarkan larangan bagi wisatawan untuk berenang di pesisir perairan Banten bagian selatan dan utara. Mereka memprediksi cuaca akan memburuk sehingga bisa menimbulkan kecelakaan laut.
”Kami minta wisatawan tidak berenang di sekitar pesisir pantai Banten karena khawatir tersapu gelombang,” kata Koordinator Unit Analis Cuaca BMKG Stasiun Serang Halim Perdanakusumah kemarin. Halim menyebutkan, prakiraan tinggi gelombang di perairan Banten bagian selatan mencapai 3,5 meter dan utara 2,5 meter.
Tiupan angin berkecepatan rata-rata 50 kilometer per jam dan bergerak dari arah barat. Gelombang akan bergerak dari arah barat dengan jarak pandang empat sampai tujuh kilometer. Cuaca buruk itu dikhawatirkan menerjang pesisir pantai dan bisa berbahaya bagi wisatawan yang berenang di perairan itu.
”Kami berharap wisatawan yang mengunjungi objek wisata di pesisir pantai Banten tidak melakukan kegiatan berenang karena bisa menimbulkan kecelakaan laut,” tegasnya. Menurut dia, selama ini cuaca buruk menimpa perairan Banten bagian selatan dan utara.
Ketinggian gelombang laut mencapai 3,5 meter, juga tiupan angin kencang. Dia pun mengimbau wisatawan tidak berenang mulai Pantai Anyer, Carita, Ujung Kulon, Binuangeun, Bayah, hingga Sawarna. BMKG juga sudah menyampaikan informasi cuaca buruk tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah daerah, pemilik hotel, Polairud, TNI AL, tempat pelelangan ikan, dan kesyahbandaran.
Itu semua dilakukan untuk menghindari korban jiwa. Terkait edaran BMKG tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mulai melakukan langkah-langkah antisipasi. Menghadapi membeludaknya pengunjung tempat wisata di kawasan Pacet pada libur Tahun Baru hari ini, mereka bakal memberlakukan evakuasi paksa terhadap pengunjung.
Langkah ini dilakukan jika cuaca di kawasan pegunungan itu memburuk. Setiap Tahun Baru, dua lokasi wisata di Kecamatan Pacet yakni pemandian Ubalan dan Air Panas Padusan memang menjadi tujuan para wisatawan. Tak hanya dari Mojokerto, wisatawan dari luar daerah juga ikut membanjiri lokasi wisata berhawa dingin itu. Kemacetan menjadi masalah utama karena jumlah pengunjung mencapai puluhan ribu.
”Kami prediksi jumlah pengunjung mencapai 15.000 hingga 20.000 orang,” terang Kepala Disporabudpar Kabupaten Mojokerto Didik Chusnul Yaqin kemarin. Jumlah itu hasil dari prediksi peningkatan pengunjung dibanding tahun lalu yang mencapai 50%. Menurut Chusnul, Kawasan Air Panas Padusan dan Ubalan akan banyak didatangi pengunjung. Karena itu, pihaknya bakal memberlakukan evakuasi paksa jika cuaca buruk terjadi.
”Kalau hujan deras cukup lama, evakuasi paksa akan dilakukan. Ini demi keselamatan pengunjung,” katanya. Antisipasi yang dilakukan ini tak luput dari sejarah buruk pada 2002 silam. Puluhan pengunjung Air Panas Padusan tewas diterjang banjir bandang dan tanah longsor. Lokasi wisata andalan Kabupaten Mojokerto ini memang rawan terjadi tanah longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto Tanto Suhariyadi mengatakan, sistem evakuasi paksa bagi pengunjung dipusatkan pada objek wisata di Kecamatan Pacet dan Trawas, yakni wanawisata Air Panas Padusan, kolam renang Ubalan, serta air terjun Dlundung. Dua kecamatan itu tercatat sebagai kawasan zona merah yang rawan banjir bandang dan tanah longsor.
”Melihat kondisi cuaca, bila dirasa perlu pengunjung kami evakuasi paksa, dikeluarkan dari lokasi wisata,” ungkap Tanto kemarin. Sebelumnya, sistem ini sudah dikoordinasikan pemkab bersama forum pimpinan daerah (forpimda) dengan melibatkan TNI/Polri, Perhutani, dan Tahura Raden Soerjo Kabupaten Mojokerto. ”Kalau ada sesuatu hal yang mengkhawatirkan pengunjung, semua jajaran diminta turut menginstruksikan. Bila perlu lokasi wisatanya ditutup,” imbuhnya.
Pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan akan kondisi cuaca dan potensi bencana longsor atau banjir bandang. Lebih-lebih jika turun hujan dalam waktu lama, yakni dari pagi hingga malam hari. Khususnya di kawasan objek-objek wisata. ”Dalam kondisi seperti itu, pengunjung nanti kita warning untuk menghindari bencana longsor atau banjir bandang seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu,” tegasnya.
Tritus julan/Ant
BMKG Serang, Banten, misalnya, telah mengeluarkan larangan bagi wisatawan untuk berenang di pesisir perairan Banten bagian selatan dan utara. Mereka memprediksi cuaca akan memburuk sehingga bisa menimbulkan kecelakaan laut.
”Kami minta wisatawan tidak berenang di sekitar pesisir pantai Banten karena khawatir tersapu gelombang,” kata Koordinator Unit Analis Cuaca BMKG Stasiun Serang Halim Perdanakusumah kemarin. Halim menyebutkan, prakiraan tinggi gelombang di perairan Banten bagian selatan mencapai 3,5 meter dan utara 2,5 meter.
Tiupan angin berkecepatan rata-rata 50 kilometer per jam dan bergerak dari arah barat. Gelombang akan bergerak dari arah barat dengan jarak pandang empat sampai tujuh kilometer. Cuaca buruk itu dikhawatirkan menerjang pesisir pantai dan bisa berbahaya bagi wisatawan yang berenang di perairan itu.
”Kami berharap wisatawan yang mengunjungi objek wisata di pesisir pantai Banten tidak melakukan kegiatan berenang karena bisa menimbulkan kecelakaan laut,” tegasnya. Menurut dia, selama ini cuaca buruk menimpa perairan Banten bagian selatan dan utara.
Ketinggian gelombang laut mencapai 3,5 meter, juga tiupan angin kencang. Dia pun mengimbau wisatawan tidak berenang mulai Pantai Anyer, Carita, Ujung Kulon, Binuangeun, Bayah, hingga Sawarna. BMKG juga sudah menyampaikan informasi cuaca buruk tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah daerah, pemilik hotel, Polairud, TNI AL, tempat pelelangan ikan, dan kesyahbandaran.
Itu semua dilakukan untuk menghindari korban jiwa. Terkait edaran BMKG tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mulai melakukan langkah-langkah antisipasi. Menghadapi membeludaknya pengunjung tempat wisata di kawasan Pacet pada libur Tahun Baru hari ini, mereka bakal memberlakukan evakuasi paksa terhadap pengunjung.
Langkah ini dilakukan jika cuaca di kawasan pegunungan itu memburuk. Setiap Tahun Baru, dua lokasi wisata di Kecamatan Pacet yakni pemandian Ubalan dan Air Panas Padusan memang menjadi tujuan para wisatawan. Tak hanya dari Mojokerto, wisatawan dari luar daerah juga ikut membanjiri lokasi wisata berhawa dingin itu. Kemacetan menjadi masalah utama karena jumlah pengunjung mencapai puluhan ribu.
”Kami prediksi jumlah pengunjung mencapai 15.000 hingga 20.000 orang,” terang Kepala Disporabudpar Kabupaten Mojokerto Didik Chusnul Yaqin kemarin. Jumlah itu hasil dari prediksi peningkatan pengunjung dibanding tahun lalu yang mencapai 50%. Menurut Chusnul, Kawasan Air Panas Padusan dan Ubalan akan banyak didatangi pengunjung. Karena itu, pihaknya bakal memberlakukan evakuasi paksa jika cuaca buruk terjadi.
”Kalau hujan deras cukup lama, evakuasi paksa akan dilakukan. Ini demi keselamatan pengunjung,” katanya. Antisipasi yang dilakukan ini tak luput dari sejarah buruk pada 2002 silam. Puluhan pengunjung Air Panas Padusan tewas diterjang banjir bandang dan tanah longsor. Lokasi wisata andalan Kabupaten Mojokerto ini memang rawan terjadi tanah longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto Tanto Suhariyadi mengatakan, sistem evakuasi paksa bagi pengunjung dipusatkan pada objek wisata di Kecamatan Pacet dan Trawas, yakni wanawisata Air Panas Padusan, kolam renang Ubalan, serta air terjun Dlundung. Dua kecamatan itu tercatat sebagai kawasan zona merah yang rawan banjir bandang dan tanah longsor.
”Melihat kondisi cuaca, bila dirasa perlu pengunjung kami evakuasi paksa, dikeluarkan dari lokasi wisata,” ungkap Tanto kemarin. Sebelumnya, sistem ini sudah dikoordinasikan pemkab bersama forum pimpinan daerah (forpimda) dengan melibatkan TNI/Polri, Perhutani, dan Tahura Raden Soerjo Kabupaten Mojokerto. ”Kalau ada sesuatu hal yang mengkhawatirkan pengunjung, semua jajaran diminta turut menginstruksikan. Bila perlu lokasi wisatanya ditutup,” imbuhnya.
Pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan akan kondisi cuaca dan potensi bencana longsor atau banjir bandang. Lebih-lebih jika turun hujan dalam waktu lama, yakni dari pagi hingga malam hari. Khususnya di kawasan objek-objek wisata. ”Dalam kondisi seperti itu, pengunjung nanti kita warning untuk menghindari bencana longsor atau banjir bandang seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu,” tegasnya.
Tritus julan/Ant
(bbg)