3 Anak Tewas Diterjang Banjir Filipina

Rabu, 31 Desember 2014 - 09:47 WIB
3 Anak Tewas Diterjang Banjir Filipina
3 Anak Tewas Diterjang Banjir Filipina
A A A
MANILA - Badai tropis Jangmi menerjang Filipina kemarin. Badai memperburuk kondisi setelah sehari sebelumnya dilanda banjir besar. Banjir sendiri menewaskan sedikitnya tiga anak.

Dua remaja laki-laki tewas tersengat listrik ketika mencoba mengarungi air banjir di Loon, Provinsi Bohol. Satu korban lainnya anak perempuan berusia delapan tahun yang tewas tenggelam di Ronda, Provinsi Cebu. Banjir masuk kategori berbahaya, karena selain mencapai ketinggian 130 cm, beberapa titik memiliki aliran listrik.

Menurut Allen Cabaron, petugas pertahanan sipil regional Filipina, arus air banjir cukup kencang. Warga perlu hati-hati dan memerhatikan anak mereka dengan baik. Apalagi, air banjir diperkirakan belum akan surut menyusul curah hujan masih tinggi. Bahkan, Jangmi bisa membuat hujan semakin deras dan lebat.

Ketinggian banjir di Filipina beragam karena ketinggian relief di setiap area berbeda-beda. Namun, beberapa orang melaporkan ketinggian rata-rata air banjir di Filipina setinggi 50- 130 cm. “Enam perempuan juga dilaporkan hilang. Sampai saat ini, mereka belum bisa kami temukan,” ujar Cabaron dikutip AFP.

Upaya pencarian, penyelamatan, dan evakuasi sangat menantang setelah Jangmi menerjang Filipina. Badai yang bisa membawa hujan 15 milimeter per jam itu juga memaksa nelayan dan wisatawan asing di pantai sekitar Bohol dan Cebu menepi dan membatalkan jadwal. Sekitar 1.700 orang juga dievakuasi sebelum Jangmi tiba.

Hujan lebat membuat air sungai meluap dan menyebar luas ke wilayah di sekitar tepian sungai hingga menggenangi beberapa perumahan dan jalan raya. “Banjir di beberapa tempat bahkan sudah setinggi leher,” kata Cabaron. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa banjir kemungkinan akan meluas sampai ke Kepulauan Negros jika melihat arah Jangmi.

Sehari sebelumnya, tiga orang juga tewas setelah Jangmi, yang dikenal dengan sebutan Seniang di Filipina, menerjang wilayah tenggara karena menyebabkan banjir dan longsor. Sekitar 14.000 orang warga Surigao del Sur yang dievakuasi ke tempat aman akan kembali pulang sesegera mungkin apabila banjir sudah surut.

Cuaca buruk sepanjang kemarin juga membuat otoritas bandara Manila tidak ingin mengambil risiko dan membatalkan 10 penerbangan ke dan dari wilayah terdampak. Agenda penerbangan akan dikembalikan jika cuaca sudah membaik.

“Jangmi akan keluar dari ibu kota pada Rabu tengah malam (malam ini),” kata birokrasi cuaca. Sementara itu, di Malaysia, jumlah korban meninggal akibat banjir mencapai 21 orang, demikian lapor organisasi nonpemerintah (ONP) Malaysia. Malaysia dilanda banjir sejak 16 Desember yang lalu.

Ketua Polisi Malaysia Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan sekitar 10 orang dilaporkan hilang dan masih dalam tahap pencarian. Malaysia memang termasuk negara yang sering terkena banjir setiap tahun. Namun, menurut Wakil Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin, ini merupakan banjir terbesar sejak 30 tahun yang lalu.

“Jika sambungan listrik dan air bersih terputus atau jumlah pengungsi mencapai ratusan atau ribuan, kami akan mendeklarasikan status darurat,” ujarnya kepada Indiatimes. Hampir seperempat juta warga Malaysia meninggalkan rumah mereka dari tujuh negara bagian. Beberapa masyarakat mengeluhkan respons pemerintah yang dinilai lambat, meski beberapa kementerian terkait mengatakan sudah siap memberikan bantuan, baik dana ataupun barang yang diperlukan.

“Tidak masalah seberapa siap kami menanggulangi bencana, selalu saja ada bencana yang lebih besar dan menghancurkan. Hal itu menguji kemampuan negara,” bunyi pernyataan Dewan Keamanan Nasional (DKN). Sementara itu, anggota oposisi Tony Pua mengecam kelambatan pemerintah menyatakan status darurat.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0117 seconds (0.1#10.140)