Tragedi AirAsia Mirip Kecelakaan Air France

Selasa, 30 Desember 2014 - 09:07 WIB
Tragedi AirAsia Mirip...
Tragedi AirAsia Mirip Kecelakaan Air France
A A A
LONDON - Hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 mirip dengan jatuhnya pesawat Air France AF447 di Samudra Atlantik pada 2009 dalam penerbangan dari Rio de Janeiro, Brasil, ke Paris, Prancis.

Para pakar penerbangan mengungkapkan, penyebab kecelakaan kedua pesawat itu sama terbang terlalu lambat saat menghadapi cuaca buruk. Geoffrey Thomas, pakar penerbangan dan editor airlineratings. com, menduga pilot QZ8501 menghindari cuaca buruk dengan terbang terlalu lambat.

”Pilot mencoba menghindari petir dengan meninggikan, kemudian mereka terbang terlalu lambat. Itu yang mengakibatkan pesawat itu terinduksi aerodynamic stall. Itu sama seperti kecelakaan hilangnya Air France AF447 pada 2009,” kata Thomas, dikutip Telegraph. Thomas memperkirakan, pesawat AirAsia QZ8501 terbang dengan kecepatan 100 knot atau sekitar 160 km per jam.

”Pada ketinggian itu, terbang (terlalu lambat) sangatlah berbahaya,” tutur Thomas. Prediksi itu diungkapkan setelah dia memiliki alur radar yang menunjukkan pesawat pada ketinggian 36.000 kaki dan menanjak dengan kecepatan 353 knot, yang kira-kira mendekati 100 knot, terlalu lambat. ”Jika radar itu benar, dia (pilot) terbang terlalu lambat untuk ketinggian di mana dia berada,” paparnya.

Menurut Thomas, terbang terlalu lambat pada ketinggian 36.000 kaki seharusnya tidak dilakukan oleh pilot pada pesawat A320 yang sudah tergolong canggih. ”Pilot terjebak dalam situasi updraft -udara bergerak ke atas. Tapi dia melakukan suatu hal yang salah,” tuturnya. Hal senada diungkapkan Robert Francis, mantan kepala Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat.

Dia mengungkapkan, hilangnya QZ8501 sepertinya sama seperti Air France. ”Saya bisa mengubah pendapat saya, tetapi saya tidak mengetahui bagaimana memeriksa kecelakaan pada pesawat komersial modern yang dibuat untuk menghadapi situasi turbulensi tanpa ada bagian (mesin) yang rusak,” kata Francis.

Seperti dilansir Wall Street Journal , Air France pada 2009 celaka karena pesawat Airbus A330 itu terbang pada ketinggian yang tinggi menyebabkan tabung pilot membeku dan menyebabkan indikator kecepatan terbang tidak bekerja. Ini menyebabkan pilot gagal merespons keadaan sehingga mengakibatkan pesawat jatuh ke Samudra Atlantik.

Insiden itu sama seperti pada ketinggian QZ8501 yang terdeteksi oleh radar. Sebelum menghilang, pilot QZ8501 yang terbang pada ketinggian 32.000 kaki meminta izin dari ATC Jakarta untuk bergerak ke kiri. Kemudian pilot meminta lagi pada petugas ATC untuk menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 untuk menghindari awan. Beberapa menit setelah meminta permohonan itu pesawat menghilang dari radar.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)