Efisiensi Berbuah Manis

Senin, 29 Desember 2014 - 13:53 WIB
Efisiensi Berbuah Manis
Efisiensi Berbuah Manis
A A A
Penurunan harga batu bara dalam beberapa tahun terakhir membuat perusahaan batu bara mengencangkan ikat pinggang. Berbagai strategi mereka lakukan agar bisa bertahan bahkan untuk tetap bisa membukukan keuntungan.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) salah satu perusahaan yang terkena dampak penurunan batu bara melakukan efisiensi untuk tetap menghasilkan laba. Hasilnya, pada kuartal III/2014 laba bersih perseroan naik 8% menjadi USD169 juta (Rp2,106 triliun) dari USD156 juta (Rp1,944 triliun) pada kurun yang sama tahun lalu.

Hasil ini sekaligus mempertahankan kinerja positif dari pencapaian kenaikan laba bersih secara signifikan pada paruh pertama yakni sebesar 41% menjadi USD148 juta (Rp1,84 triliun) dari sebelumnya USD105 juta (Rp1,306 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.

Dari rilis resmi yang dikeluarkan perusahaan yang didirikan 1987 ini, di sembilan bulan pertama tahun ini perusahaan mencatat kenaikan volume penjualan sebesar 1% menjadi 21,7 juta ton dibanding kurun waktu yang sama tahun lalu (21,4 juta ton). Adapun pasar utama ITMG adalah China (5 juta ton), Jepang (4,5 juta ton), Indonesia (2,7 juta ton), India (2,6 juta ton) dan negaranegara lain di Asia Timur dan Tenggara.

Pada periode ini perusahaan telah memperoleh kontrak penjualan sebesar 29 juta ton. Dengan demikian, target penjualan tahun ini telah terpenuhi. Pada periode ini perusahaan menghasilkan 21,7 juta ton. Besaran produksi ini sejalan dengan target untuk tahun 2014, yaitu 29,5 juta ton.

Kendati harga batu bara masih lemah, yakni harga jual rata-rata pada sembilan bulan pertama tahun ini USD68,7 (Rp856.000) per ton atau turun 10% dari USD 76,4 (Rp952.000) per ton pada kurun yang sama tahun lalu, namun perusahaan terus mengupayakan banyak hal.

Seperti diketahui, faktor utama penurunan harga jual batu bara dunia disebabkan pasokan berlebih di pasar dunia sebagai akibat perlambatan ekonomi dunia. Terutama China sebagai penggerak utama. ITMG berdiri pada 1987 sebagai Perseroan Terbatas (PT), kemudian pada 2007 diakuisisi oleh Grup Banpu Thailand kemudian pada Desember 2007 menjadi perusahaan terbuka.

Banpu melalui PT Centralink Wisesa International memiliki 77,60% saham, PT Sigma Buana Cemerlang 2,40% dan selebihnya merupakan saham masyarakat. Pada 2008, saham PT Centralink Wisesa International dialihkan ke Banpu Minerals (Singapore) Pte Ltd. Sebesar 73,72% dan porsi saham publik menjadi 26,28%.

Pada 2010 lalu, Banpu Minerals (Singapore) PTe Ltd. Menjual sahamnya sebesar 8,72% kepada publik dan mempertahankan kepemilikan mayoritas sebesar 65% dan selebihnya dimiliki masyarakat dengan jumlah rendah lebih dari 5% masing-masing. Lingkup usaha ITM mencakup operasi penambangan batu bara, pengolahan dan logistik yang terintegrasi di Indonesia.

Perusahaan menguasai kepemilikan saham mayoritas di tujuh anak perusahaan yakni PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston dan PT Kitadin (Embalut), PT Bharinto Ekatama dan PT Kitadin (Tandung Mayang), PT ITM Indonesia dan PT Tambang Raya Usaha Tama.

Tak hanya itu, ITMG juga mengoperasikan enam konsesi tambang di pulau Kalimantan, meliputi Provinsi Kalimantan Timur, Tengah dan Selatan. ITM juga memiliki dan mengoperasikan Terminal Batu Bara Bontang (BoCT), tiga pelabuhan muat dan Pembangkit Listrik Bontang.

Susi Susanti
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7486 seconds (0.1#10.140)