Cabang Terbanyak di Luar Negeri
A
A
A
Didirikan pada 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia.
Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh BNI. BNI kembali mencatat sejarah dengan menjual saham perdananya kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1996.
Dalam sejarah perbankan nasional, BNI menjadi bank negara pertama yang go-public. Bersamaan dengan program divestasi saham pemerintah, BNI menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui Penawaran Umum Terbatas (right issue) dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40%. BNI kini dikenal sebagai Bank BUMN yang paling banyak mempunyai kantor cabang di luar negeri.
Selain memilik cabang di Singapura, BNI juga memiliki kantor di London, New York, Hongkong dan Tokyo. Saat ini perseroan digadanggadang untuk menjadi bank infrastruktur. Mengenai kinerja perseroan, hingga kuartal III/2014, BNI berhasil membukukan laba bersih Rp7,61 triliun atau tumbuh 16,4% lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2013.
Faktor utama penyumbang laba bersih adalah pendapatan operasional yang mencapai Rp23,68 triliun atau tumbuh 13% dibanding kuartal III/2013, dimana Rp 16,39 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih (net interest income/ NII) yang meningkat 18,6% lebih tinggi dibandingkan kuartal III- 2013.
Sumber Pendapatan Operasional lainnya berasal dari pendapatan nonbunga yang mencapai Rp7,29 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2013 atau mencapai Rp267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor Bisnis Banking dan 19,4% untuk sektor Konsumer & Ritel.
Dia menjelaskan, di sisi Bisnis Banking, distribusi kredit BNI mengarah ke 8 sektor unggulan, yaitu sektor minyak, gas, dan pertambangan, IT, kimia, pertanian, makanan, ritel dan perdagangan besar, kelistrikan, dan sektor konstruksi.
Rakhmat Baihaqi
Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh BNI. BNI kembali mencatat sejarah dengan menjual saham perdananya kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1996.
Dalam sejarah perbankan nasional, BNI menjadi bank negara pertama yang go-public. Bersamaan dengan program divestasi saham pemerintah, BNI menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui Penawaran Umum Terbatas (right issue) dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40%. BNI kini dikenal sebagai Bank BUMN yang paling banyak mempunyai kantor cabang di luar negeri.
Selain memilik cabang di Singapura, BNI juga memiliki kantor di London, New York, Hongkong dan Tokyo. Saat ini perseroan digadanggadang untuk menjadi bank infrastruktur. Mengenai kinerja perseroan, hingga kuartal III/2014, BNI berhasil membukukan laba bersih Rp7,61 triliun atau tumbuh 16,4% lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2013.
Faktor utama penyumbang laba bersih adalah pendapatan operasional yang mencapai Rp23,68 triliun atau tumbuh 13% dibanding kuartal III/2013, dimana Rp 16,39 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih (net interest income/ NII) yang meningkat 18,6% lebih tinggi dibandingkan kuartal III- 2013.
Sumber Pendapatan Operasional lainnya berasal dari pendapatan nonbunga yang mencapai Rp7,29 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2013 atau mencapai Rp267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor Bisnis Banking dan 19,4% untuk sektor Konsumer & Ritel.
Dia menjelaskan, di sisi Bisnis Banking, distribusi kredit BNI mengarah ke 8 sektor unggulan, yaitu sektor minyak, gas, dan pertambangan, IT, kimia, pertanian, makanan, ritel dan perdagangan besar, kelistrikan, dan sektor konstruksi.
Rakhmat Baihaqi
(ftr)