Diduga Jatuh di Laut

Senin, 29 Desember 2014 - 11:25 WIB
Diduga Jatuh di Laut
Diduga Jatuh di Laut
A A A
JAKARTA - Dunia penerbangan kembali berduka. Pesawat AirAsia dengan rute Surabaya-Singapura hilang kontak setelah sekitar 1,5 jam lepas landas. Hingga tadi malam, pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 7 kru tersebut belum diketahui keberadaannya.

Pesawat bernomor penerbangan QZ8501 itu berangkat dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timurpukul05.36WIBmenujuSingapura. Sebelum hilang, pesawat jenis Airbus A320-200 yang berada di ketinggian 32.000 kaki tersebut sempat melaporkan kepada petugas air traffic control (ATC) untuk menyimpang dari rute penerbangan pada pukul 06.12 WIB guna menghindari awan. (Selengkapnya lihat infografis)

Setelah diizinkan, pesawat meminta lagi untuk menambah ketinggian 6.000 kaki menjadi 38.000 kaki. “Namun belum sempat diizinkan karena harus melihat kondisi pesawat yang ada di atasnya sesuai traffic. Pada saat itu pesawat sudah kehilangan kontak. Yang jelas kondisi awan memang cukup bertebaran, terutama awan culumonimbus,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin.

Pencarian dilakukan tim SAR terpadu melibatkan pesawat TNI AU, pesawat CN235 callsign P860, pesawat Patmar CN235 callsign P861, heli Dauphin SAR HOUR 3601, pesawat A 1323, pesawat kalibrasi King Air, serta heli HT 3310. Pesawat maupun heli yang dikerahkan tersebut menuju Pontianak, Pangkal Pinang, serta Tanjung Pandan.

Djoko menjelaskan saat ini tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan tim Airnav melakukan ploting dan analisis perkiraan posisi terakhir pesawat kehilangan kontak, yakni pada koordinat 03.36.31 selatan, 109.41.46 east. “Kami akan melakukan pencarian pada titik lokasi di mana pesawat kehilangan kontak terakhir dengan petugas ATC dan berkoordinasi dengan pihak-pihak tim Basarnas maupun KNKT,” ujar dia.

Selain itu, dalam rangka pencarian di laut, pemerintah melalui koordinasi bersama TNI Angkatan Laut juga mengerahkan empat kapal, yaitu KRI Sutedi Senaputra, KRI Todak, KRI Pattimura, serta KRI Sultan Hasanuddin. Kementerian Perhubungan juga mengerahkan dua kapalnya, Kapal KPLP dan Kapal Navigasi. Pemerintah, menurut Djoko, juga menyatakan telah menerima tawaran dari sejumlah negara, yakni Singapura, Australia, Inggris, Korea Selatan, serta Malaysia.

“Tapi kami tegaskan akan memanfaatkan kapasitas yang ada dulu,” ujar dia. Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) meminta semua pihak terkait untuk mencari keberadaan pesawat AirAsia tersebut. “Pemerintahmemerintahkanke Basarnas, TNI, dan kepolisian dengan menggerakkan semua kemampuan dan peralatan untuk mencari dan menemukan pesawat ini,” ujarnya di Kantor Basarnas, Jakarta, kemarin.

JK melanjutkan, Indonesia mendapatkan bantuan untuk mencari AirAsia yang hilang dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Australia. “Presiden (Joko Widodo) memerintahkan untuk melaksanakan secepat-cepatnya,” lanjut dia. Menurutnya, komando utama pencarian pesawat tetap ada pada Basarnas. “Ini pesawat kita. AirAsia memang memiliki hubungan dengan Malaysia, tetapi ini pesawat yang register di Indonesia milik perusahaan Indonesia, bukan milik Malaysia,” tegasnya.

Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan, tahap pertama pencarian AirAsia QZ-8501 akan dilakukan selama tujuh hari. “Ketika ada info hilang kontak, kita menggerakkan unsur-unsur yang ada di wilayah perkiraan kejadian dengan koordinat yang ditentukan untuk melakukan pencarian,” ujarnya. Setelah itu nanti hasilnya akan dievaluasi sesuai dengan perkembangan situasi di lapangan.

“Saya tidak akan lelah untuk bisa mencari pesawat kita. Mudah-mudahan bisa kita temukan,” sebutnya. Lokasi pencarian dilakukan sekitar 270 nautical mile dari Pulau Bangka Belitung. Dari titik itu AirAsia QZ-8501 tertangkap radar ATC pertama kali. “Besok (hari ini) kita mengatur struktur komando kendali pencarian dan pertolongan. Posko utamanya ada di Basarnas dan posko taktisnya ada di Pangkal Pinang supaya lebih dekat dengan sasaran dan mengendalikan langsung teknik unsur udara maupun laut,” jelasnya.

Dia menambahkan, tantangan yang dihadapi adalah cuaca dan keterbatasan alat. Selain itu ketidakpastian dari lokasi jatuhnya pesawat. “Cuaca kalau kurang mendukung sulit untuk mencari unsur-unsur udara. Kalau misalkan jatuhnya ada di bawah permukaan air laut, alat kita yang sekarang kita punya di Basarnas belum bisa, apalagi jika kedalamannya lebih dari 200 meter.

Namun itu bisa kita perhitungkan dengan berbagai evaluasi sehingga perkiraan area pencarian bisa kita prediksikan,” jelasnya. Kepala Basarnas Jakarta Sutrisno menduga AirAsia jatuh di perairan. “Dicurigai hilang di laut, maka kita ke sana,” jelasnya. Saat ini, kata Sutrisno, pihaknya masih melakukan pemantauan udara, belum melakukan pencarian.

Menurut dia, pihaknya belum memastikan penyebab hilangnya kontak Air Asia. Jika jatuh, emergency locator transmitter (ELT) pesawat tersebut seharusnya berbunyi. Kalaupun tidak, pihaknya akan mencari tempat terdekat yang bisa dijadikan tempat pesawat tersebut mendarat. “Tapi (ELT) sampai sekarang tidak terdeteksi. Kalau pesawat itu tidak landing di Singapura, kita cari ke mana? Jadi kita belum berasumsi apa-apa,” ujar Surtisno.

Sementara itu, CEO AirAsia Tony Fernandes langsung datang ke Bandara Juanda dan tiba pukul 19.15 WIB. Dia pun langsung menemui keluarga penumpang di dalam posko informasi. Yang turut mendampinginya diantaranya Presiden Direktur Air Asia Indonesia Sunu Widiatmoko dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Di dalam posko, mereka berdialog dengan keluarga penumpang yang masih menantikan informasi terkini dan tertutup bagi wartawan.

Tony memberikan informasi bahwa pesawat buatan 2008 tersebut layak terbang dan tidak mengalami kendala apa pun sebelum lepas landas. “Pesawat dalam kondisi baik dan selalu dilakukan pengecekan berkala. Kami sangat prihatin atas kejadian ini,” katanya saat konferensi pers di Crisis Centre AirAsia di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo.

Ia mengatakan insiden ini merupakan kali pertama terjadi di maskapainya. Lebih jauh, dia menjelaskan insiden pesawat AirAsia QZ8501 yang mengalami hilang kontak dengan ATC tidak memengaruhi penerbangan lainnya. “Operasional berjalan seperti biasanya,” ujar dia. Saat ini pihaknya fokus memikirkan kondisi penumpang dan kru pesawat serta berharap kepada petugas investigasi di Indonesia.

Isak Tangis Keluarga

Keluarga penumpang AirAsia QZ 8501 sudah memenuhi Bandara Juanda sejak pagi kemarin. Isak tangis keluarga hingga pukul 22.00 WIB tadi malam belum berhenti. Suaranya seolah menusuk hati siapa pun yang mendengarnya. Mereka bertahan di Posko Crisis Centre Terminal-2 Bandara Internasional Juanda demi sekeping kabar penenang jiwa. Mereka berharap cepat mendapatkan kabar keluarga mereka.

Pihak bandara bekerja sama dengan Air Asia sebenarnya sudah menyiapkan hotel untuk tempat beristirahat sambil menunggu kabar terbaru pesawat. Namun mereka lebih memilih bertahan di posko. Bahkan, saking banyaknya keluarga yang datang, pihak bandara terpaksa menyiapkan dua tenda darurat di depan posko. “Bagaimana kami bisa beristirahat Mas, bila kabar dari pesawat belum jelas. Lebih baik kami menunggu di sini,”ujar Gunawan ditemani istri dan tiga anaknya.

Ya, empat anggota keluarga Gunawan ikut dalam pesawat itu. Mereka terdiri atas anak, menantu, serta dua cucu. Pagi kemarin, mereka terbang bersama AirAsia QX 8501 untuk bertemu dengan ibu mertua di Singapura. “Sudah lima tahun mereka tidak bertemu. Libur Natal ini mereka baru sempat. Tapi yang ada malah kabar duka ini,” tutur Gunawan sambil menitikkan air mata.

Dia mengaku tidak ada firasat apa pun atas kejadian ini. Dini hari itu, dia hanya membantu menyiapkan bekal untuk anak dan cucunya sebelum berangkat. “Karena berangkat pagi, saya menawarkan diri untuk mengantar. Tapi anak saya tidak mau dan memilih naik taksi,” katanya. Kini Gunawan hanya pasrah menunggu kabar.

Dia berharap petugas segera menemukan keberadaan pesawat dan menyampaikannya kepada keluarga. Sebab sampai tadi malam tidak ada perkembangan apa pun mengenai keberadaan pesawat tersebut. Pihak bandara dan manajemen Air Asia hanya menyatakan bahwa pesawat hilang kontak saat berada di atas Teluk Kumai. Itulahyangmengundang kekecewaan para keluarga korban. Sebab selain tidak ada perkembangan informasi, kabar simpang-siur justru muncul mengenai pesawat nahas tersebut.

Sebagian menyebut bahwa pesawat mendarat darurat di Batam. Sebagian lagi ada yang menyebut pesawat terlihat mengapung di perairan Belitung Timur. Situasi ini pula yang membuat para keluarga panik. Mereka yang percaya lantas mendesak petugas bertindak cepat dan menyelamatkan para penumpang. Namun tak sedikit pula yang pesimistis dan tetap tertunduk lesu menunggu kabar terbaru.

Adityas misalnya. Perempuan paruh baya ini hanya mampu menyeka air mata yang terus mengalir. Tak ada ucapan atau kalimat apa pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan dia tidak menghiraukan kabar apa pun yang disampaikan petugas. Begitu juga pertanyaan wartawan.

“Kakak saya masih shock Mas, mohon jangan diganggu dulu. Suaminya ada dalam pesawat itu,” tutur seorang ibu yang sedari pagi mendekapnya. Bambang Andreas juga tak kalah bersedih. Sebab, anaknya, Onik, juga berada di dalam pesawat itu. Pagi itu Onik membawa 24 turis untuk berwisata ke Singapura.

“Hari ini anak saya sebenarnya sedang libur. Tapi karena guide yang lain berhalangan, dia yang terpaksa mendampingi. Tak tahunya malah seperti ini,”tuturnya. Gunawan, Adityas dan Bambang adalah tiga dari ratusan keluarga penumpang AirAsia QZ 8501 yang kini berharap cemas menunggu kabar atas kondisi terakhir pesawat tersebut.

Doa dan harapan mereka panjatkan agar pesawat segera ditemukan dan seluruh penumpang bisa kembali dengan selamat. Semoga.

Ichsan amin/Oktiani endarwati/Ihya ulumuddin/Abdul rouf/ Denny irawan/Okezone
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3639 seconds (0.1#10.140)