2015: (Still) Tough, Yet Challenging
A
A
A
Tak terasa kita sudah sampai di pengujung tahun 2014. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kini waktunya saya berbagi analisis mengenai prospek pemasaran di tahun 2015.
Saya surprise luar biasa begitu melihat tulisan saya persis setahun lalu “Marketing Outlook 2014: Menyalip di Tikungan”. Surprise karena prognosis tersebut rupanya banyak nyambungnya. Saya katakan di situ bahwa tahun 2014 adalah tahun berat, sehingga pemain harus jeli memanfaatkan “tikungan” yang ada untuk memenangkan persaingan.
Memang tahun 2014 adalah tahun berat karena pelaku bisnis “wait and see “ alias tiarap oleh Pemilu, rupiah masih loyo karena akutnya defisit transaksi berjalan, sementara ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai menggeliat sehingga dolar kian kokoh (ingat kebijakan tapering off ). Sebulan terakhir saya banyak bertemu dengan para pemimpin perusahaan di berbagai industri.
Banyak dari mereka mengeluhkan miss the target karena iklim bisnis yang masih belum bersahabat di tahun ini. Pertanyaannya, bagaimana dengan tahun 2015? Memang tahun 2015 tak akan seburuk tahun 2014, namun ranjau-ranjau masih banyak bertebaran sehingga para pelaku bisnis masih harus berpikir keras dan mengencangkan ikat pinggang.
Kondisi yang belum sepenuhnya baik tersebut tecermin dari prediksi Bank Dunia, IMF, dan ADB mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015. Berbagai lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi kita di kisaran 5,1% sampai 5,5%, naik tipis dari posisi tahun ini. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 sebesar 5,5% dan 2015 sebesar 5,8%.
Bank Dunia menyebut perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,1% dan 2015 sebesar 5,2%. IMF memproyeksikan perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,4% dan 2015 sebesar 5,1%. Adapun ADB memprediksi perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,3% dan 2015 sebesar 5,8%. Untuk mengurai lanskap pemasaran 2015, saya membaginya dalam tiga bagian: macro landscape , smart strategy , dan killing tactics .
Macro Landscape: “Jokowinomics”
Di tingkat makro, beberapa perubahan mewarnai karut marut lanskap bisnis di tahun 2015. Di bidang politik saya meyakini bahwa turbulensi politik pascapemilu akan terus berlanjut dengan destruktifnya rivalitas antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Tahun lalu saya memperkirakan bahwa ontran-ontran politik pemilu akan menemukan “happy-ending “begitu Jokowi terpilih sebagai presiden di tengah tahun 2014.
Namun seperti kita lihat hingga sekarang, perseteruan itu terus berlanjut bahkan kian tajam. Masamasa “bulan madu” perseteruan tersebut masih akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir tahun 2015 sehingga ketidakmenentuan politik akan tetap terjadi. Di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi- JK (sebut saja dengan istilah seksi: “Jokowinomics “) bakal mewarnai lanskap ekonomi Indonesia di tahun 2015.
Perlu diingat, di tahun pertama pemerintahannya, Jokowi-JK perlu “cari muka” untuk memikat hati rakyat. Beberapa kata kunci akan mewarnai pembangunan ekonomi di bawah pemerintahan baru seperti: revolusi mental, pengembangan sektor maritim, pembangunan infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi distribusi/logistik nasional, kemandirian pangan dan energi, dan lain-lain.
Kenaikan harga BBM berikut implikasi lanjutannya (tarif listrik, ongkos transportasi, dan harga barang-barang yang ikutan terdongkrak naik) akan benar-benar terasa impact -nya di tahun depan. Bagi konsumen, kita ini menjadi semakin berat karena diikuti tren kian melemahnya rupiah yang hampir menembus angka psikologis Rp13.000 akhir tahun ini.
Tak pelak lagi, produk/layanan bermuatan dolar yang menjadi konsumsi wajib konsumen kelas menegah kita (gadget , peralatan elektronik, furnitur, hingga liburan ke luar negeri) menjadi kian mahal. Ketika daya beli tersunat oleh kenaikan BBM dan pelemahan rupiah, dampaknya gampang ditebak, permintaan produk/layanan itu akan kian melemah.
Smart Value Strategy
Ketika daya beli konsumen melemah di tahun 2015 (oleh karena rupiah yang melemah, harga BBM naik, inflasi meninggi, sementara gaji jalan di tempat) maka marketer dituntut piawai memainkan value proposition dengan menawarkan best value ke konsumen. Dalam kondisi sulit seperti di atas konsumen dihadapkan pada pilihan-pilihan rasional dalam memilih produk/layanan dengan cara memaksimalkan manfaat yang diperoleh dan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.
Best value product ini sangat pas dengan karakteristik dan perilaku konsumen kelas menengah yang kini merupakan segmen pasar terbesar (mencapai 60%) di Indonesia. Ya, karena mereka adalah jenis konsumen yang sangat cerdas dan selalu mengulik fitur dan manfaat produk. Rule of tumb -nya: kualitas dipertahankan atau turun sedikit, tapi harga menjadi jauh lebih murah. Untuk mencapai best value, produk-produk dengan local content tinggi bisa mulai unjuk gigi melibas produk impor.
Cuma syaratnya satu: produk-produk tersebut harus tetap berkualitas dan memiliki brand image yang tak jauh beda (comparable ) dibanding produk impor. Di samping menawarkan best value offering , untuk mengeksplorasi peluang pasar baru, marketer bisa mulai menjajaki segmen yang saya prediksikan bersinar di tahun 2015 yaitu pasar muslim.
Seperti kita tahu, beberapa tahun terakhir pasar muslim di Indonesia menggeliat begitu dahsyat. Lihat misalnya fenomena maraknya pasar fashion hijab, makanan-minuman halal, kosmetik halal, bank dan asuransi syariah, investasi syariah/emas, haji/ umrah, pendidikan bermuatan Islam, hingga hotel syariah yang mulai menjamur di seluruh penjuru Tanah Air.
Marketers harus mulai berani menawarkan apa yang saya sebut spiritual benefit untuk menarget segmen pasar lukratif yang kini mencakup 87% dari total populasi Indonesia. Saya meramalkan di tahun 2015 akan semakin banyak pemain yang cerdas memanfaatkan spiritual benefit untuk menaklukkan pesaing incumbent seperti yang dilakukan Wardah di industri kosmetik.
Killing Marketing Tactics
Di level taktik saya melihat akan muncul beberapa pendekatan taktik pemasaran mematikan yang bakal seru diterapkan oleh para pemain. Saya sebut “mematikan” karena taktik-taktik tersebut berpotensi memandulkan teknikteknik marketing konvensional yang boring dan costly seperti iklan atau sales promotion . Coba kita tinjau satu persatu.
Nationalism Branding
Begitu Jokowi naik dalam pentas politik nasional serta-merta nasionalisme kita terbangkitkan. Puncak euforia terjadi saat Jokowi-JK dilantik sebagai presiden dan wakil presiden bulan lalu. Karena itu,saya memprediksi nationalism branding bakal marak di tahun 2015 baik melalui above the line (ATL), below the line (BTL), aktivasi komunitas, maupun kampanye berbasis digital yang bertujuan mengaduk-aduk rasa nasionalisme dan kebangsaan kita.
Akan banyak brand yang cerdas memanfaatkan rasa nasionalisme dan kebangsaan untuk menjalin emotional connection dan engagement dengan konsumennya. Saya prediksikan juga pendekatan “branding as a movement “melalui pelibatan konsumen dalam pemecahan persoalan bangsa dan negara akan kian masif dijalankan oleh pemilik brand.
Meme Marketing
Tahun ini cukup banyak taktik pemasaran yang menggunakan medium meme untuk menggulirkan viral pesan ke khalayak target. Lihat misalnya kasus-kasus meme marketing fenomenal seperti Mastin dengan “Kabar gembira untuk kita semua. Kulit manggis, kini ada ekstraknya “; Line dengan retro film “Ada Apa dengan Cinta”, hingga kasus bullying Bekasi yang memicu viral luar biasa.
Nah, di tahun depan heboh meme marketing bakal terus berlanjut dengan intensitas yang jauh lebih besar. Kampanye meme yang sangat kreatif ala Line bakal menjadi model yang akan ditiru dan dielaborasi oleh brand -brand lain di tahun 2015.
Apps Marketing
Pemasaran secara personalized melalui smartphone akan menjadi the next big thing dalam dunia pemasaran tak hanya di tingkat global, tapi juga di tanah air. Ketika Anda menggunakan smartphone sebagai saluran promosi, maka apps menjadi pilihan paling pas dan efektif. Nah, tahun depan apps marketing akan mulai menggelinding ditandai munculnya para pemain sebagai early adopter pendekatan baru ini.
Dua bulan lalu misalnya, Dulux meluncurkan inovasi teranyarnya, Visualizer Apps, yang menggunakan teknologi augmented reality untuk membantu konsumennya melakukan simulasi sebelum melakukan pengecatan rumah. Saya yakin tahun depan apps marketing bakal banyak diadopsi oleh para marketers.
Peer Power
Khusus untuk inovasi produk baru, konsep produk baru, atau model bisnis baru, edukasi konsumen melalui pendekatan peer-to-peer (P2P) di dalam medium komunitas merupakan pendekatan pemasaran yang paling ampuh. Inovasi konsep “ritel tempat nongkrong” (7-Eleven), kosmetik halal (Wardah), atau fenomena revolusi hijab mengalami sukses luar biasa karena menggunakan pendekatan ini. Beberapa tahun ke depan pendekatan baru ini akan menjadi mainstream dan bibit-bibitnya akan tumbuh subur di tahun depan. Selamat tahun baru 2015. ItIts a tough, yet challenging year . ?
YUSWOHADY
Managing Partner Inventure
www.yuswohady.com
@yuswohady
Saya surprise luar biasa begitu melihat tulisan saya persis setahun lalu “Marketing Outlook 2014: Menyalip di Tikungan”. Surprise karena prognosis tersebut rupanya banyak nyambungnya. Saya katakan di situ bahwa tahun 2014 adalah tahun berat, sehingga pemain harus jeli memanfaatkan “tikungan” yang ada untuk memenangkan persaingan.
Memang tahun 2014 adalah tahun berat karena pelaku bisnis “wait and see “ alias tiarap oleh Pemilu, rupiah masih loyo karena akutnya defisit transaksi berjalan, sementara ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai menggeliat sehingga dolar kian kokoh (ingat kebijakan tapering off ). Sebulan terakhir saya banyak bertemu dengan para pemimpin perusahaan di berbagai industri.
Banyak dari mereka mengeluhkan miss the target karena iklim bisnis yang masih belum bersahabat di tahun ini. Pertanyaannya, bagaimana dengan tahun 2015? Memang tahun 2015 tak akan seburuk tahun 2014, namun ranjau-ranjau masih banyak bertebaran sehingga para pelaku bisnis masih harus berpikir keras dan mengencangkan ikat pinggang.
Kondisi yang belum sepenuhnya baik tersebut tecermin dari prediksi Bank Dunia, IMF, dan ADB mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015. Berbagai lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi kita di kisaran 5,1% sampai 5,5%, naik tipis dari posisi tahun ini. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 sebesar 5,5% dan 2015 sebesar 5,8%.
Bank Dunia menyebut perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,1% dan 2015 sebesar 5,2%. IMF memproyeksikan perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,4% dan 2015 sebesar 5,1%. Adapun ADB memprediksi perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,3% dan 2015 sebesar 5,8%. Untuk mengurai lanskap pemasaran 2015, saya membaginya dalam tiga bagian: macro landscape , smart strategy , dan killing tactics .
Macro Landscape: “Jokowinomics”
Di tingkat makro, beberapa perubahan mewarnai karut marut lanskap bisnis di tahun 2015. Di bidang politik saya meyakini bahwa turbulensi politik pascapemilu akan terus berlanjut dengan destruktifnya rivalitas antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Tahun lalu saya memperkirakan bahwa ontran-ontran politik pemilu akan menemukan “happy-ending “begitu Jokowi terpilih sebagai presiden di tengah tahun 2014.
Namun seperti kita lihat hingga sekarang, perseteruan itu terus berlanjut bahkan kian tajam. Masamasa “bulan madu” perseteruan tersebut masih akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir tahun 2015 sehingga ketidakmenentuan politik akan tetap terjadi. Di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi- JK (sebut saja dengan istilah seksi: “Jokowinomics “) bakal mewarnai lanskap ekonomi Indonesia di tahun 2015.
Perlu diingat, di tahun pertama pemerintahannya, Jokowi-JK perlu “cari muka” untuk memikat hati rakyat. Beberapa kata kunci akan mewarnai pembangunan ekonomi di bawah pemerintahan baru seperti: revolusi mental, pengembangan sektor maritim, pembangunan infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi distribusi/logistik nasional, kemandirian pangan dan energi, dan lain-lain.
Kenaikan harga BBM berikut implikasi lanjutannya (tarif listrik, ongkos transportasi, dan harga barang-barang yang ikutan terdongkrak naik) akan benar-benar terasa impact -nya di tahun depan. Bagi konsumen, kita ini menjadi semakin berat karena diikuti tren kian melemahnya rupiah yang hampir menembus angka psikologis Rp13.000 akhir tahun ini.
Tak pelak lagi, produk/layanan bermuatan dolar yang menjadi konsumsi wajib konsumen kelas menegah kita (gadget , peralatan elektronik, furnitur, hingga liburan ke luar negeri) menjadi kian mahal. Ketika daya beli tersunat oleh kenaikan BBM dan pelemahan rupiah, dampaknya gampang ditebak, permintaan produk/layanan itu akan kian melemah.
Smart Value Strategy
Ketika daya beli konsumen melemah di tahun 2015 (oleh karena rupiah yang melemah, harga BBM naik, inflasi meninggi, sementara gaji jalan di tempat) maka marketer dituntut piawai memainkan value proposition dengan menawarkan best value ke konsumen. Dalam kondisi sulit seperti di atas konsumen dihadapkan pada pilihan-pilihan rasional dalam memilih produk/layanan dengan cara memaksimalkan manfaat yang diperoleh dan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.
Best value product ini sangat pas dengan karakteristik dan perilaku konsumen kelas menengah yang kini merupakan segmen pasar terbesar (mencapai 60%) di Indonesia. Ya, karena mereka adalah jenis konsumen yang sangat cerdas dan selalu mengulik fitur dan manfaat produk. Rule of tumb -nya: kualitas dipertahankan atau turun sedikit, tapi harga menjadi jauh lebih murah. Untuk mencapai best value, produk-produk dengan local content tinggi bisa mulai unjuk gigi melibas produk impor.
Cuma syaratnya satu: produk-produk tersebut harus tetap berkualitas dan memiliki brand image yang tak jauh beda (comparable ) dibanding produk impor. Di samping menawarkan best value offering , untuk mengeksplorasi peluang pasar baru, marketer bisa mulai menjajaki segmen yang saya prediksikan bersinar di tahun 2015 yaitu pasar muslim.
Seperti kita tahu, beberapa tahun terakhir pasar muslim di Indonesia menggeliat begitu dahsyat. Lihat misalnya fenomena maraknya pasar fashion hijab, makanan-minuman halal, kosmetik halal, bank dan asuransi syariah, investasi syariah/emas, haji/ umrah, pendidikan bermuatan Islam, hingga hotel syariah yang mulai menjamur di seluruh penjuru Tanah Air.
Marketers harus mulai berani menawarkan apa yang saya sebut spiritual benefit untuk menarget segmen pasar lukratif yang kini mencakup 87% dari total populasi Indonesia. Saya meramalkan di tahun 2015 akan semakin banyak pemain yang cerdas memanfaatkan spiritual benefit untuk menaklukkan pesaing incumbent seperti yang dilakukan Wardah di industri kosmetik.
Killing Marketing Tactics
Di level taktik saya melihat akan muncul beberapa pendekatan taktik pemasaran mematikan yang bakal seru diterapkan oleh para pemain. Saya sebut “mematikan” karena taktik-taktik tersebut berpotensi memandulkan teknikteknik marketing konvensional yang boring dan costly seperti iklan atau sales promotion . Coba kita tinjau satu persatu.
Nationalism Branding
Begitu Jokowi naik dalam pentas politik nasional serta-merta nasionalisme kita terbangkitkan. Puncak euforia terjadi saat Jokowi-JK dilantik sebagai presiden dan wakil presiden bulan lalu. Karena itu,saya memprediksi nationalism branding bakal marak di tahun 2015 baik melalui above the line (ATL), below the line (BTL), aktivasi komunitas, maupun kampanye berbasis digital yang bertujuan mengaduk-aduk rasa nasionalisme dan kebangsaan kita.
Akan banyak brand yang cerdas memanfaatkan rasa nasionalisme dan kebangsaan untuk menjalin emotional connection dan engagement dengan konsumennya. Saya prediksikan juga pendekatan “branding as a movement “melalui pelibatan konsumen dalam pemecahan persoalan bangsa dan negara akan kian masif dijalankan oleh pemilik brand.
Meme Marketing
Tahun ini cukup banyak taktik pemasaran yang menggunakan medium meme untuk menggulirkan viral pesan ke khalayak target. Lihat misalnya kasus-kasus meme marketing fenomenal seperti Mastin dengan “Kabar gembira untuk kita semua. Kulit manggis, kini ada ekstraknya “; Line dengan retro film “Ada Apa dengan Cinta”, hingga kasus bullying Bekasi yang memicu viral luar biasa.
Nah, di tahun depan heboh meme marketing bakal terus berlanjut dengan intensitas yang jauh lebih besar. Kampanye meme yang sangat kreatif ala Line bakal menjadi model yang akan ditiru dan dielaborasi oleh brand -brand lain di tahun 2015.
Apps Marketing
Pemasaran secara personalized melalui smartphone akan menjadi the next big thing dalam dunia pemasaran tak hanya di tingkat global, tapi juga di tanah air. Ketika Anda menggunakan smartphone sebagai saluran promosi, maka apps menjadi pilihan paling pas dan efektif. Nah, tahun depan apps marketing akan mulai menggelinding ditandai munculnya para pemain sebagai early adopter pendekatan baru ini.
Dua bulan lalu misalnya, Dulux meluncurkan inovasi teranyarnya, Visualizer Apps, yang menggunakan teknologi augmented reality untuk membantu konsumennya melakukan simulasi sebelum melakukan pengecatan rumah. Saya yakin tahun depan apps marketing bakal banyak diadopsi oleh para marketers.
Peer Power
Khusus untuk inovasi produk baru, konsep produk baru, atau model bisnis baru, edukasi konsumen melalui pendekatan peer-to-peer (P2P) di dalam medium komunitas merupakan pendekatan pemasaran yang paling ampuh. Inovasi konsep “ritel tempat nongkrong” (7-Eleven), kosmetik halal (Wardah), atau fenomena revolusi hijab mengalami sukses luar biasa karena menggunakan pendekatan ini. Beberapa tahun ke depan pendekatan baru ini akan menjadi mainstream dan bibit-bibitnya akan tumbuh subur di tahun depan. Selamat tahun baru 2015. ItIts a tough, yet challenging year . ?
YUSWOHADY
Managing Partner Inventure
www.yuswohady.com
@yuswohady
(bbg)