Pilih Ketua Umum Baru, PAN, PKS, Gerindra Tetap Solid
A
A
A
JAKARTA - Tiga partai politik (parpol) anggota Koalisi Merah Putih (KMP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Gerindra, akan memilih ketua umum yang baru pada 2015.
Berbeda dengan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tiga parpol ini diprediksi akan melewati momentum kongres dan musyawarah nasional (munas) dengan mulus. Pengamat politik Universitas Mercu Buana, Jakarta, Heri Budianto menilai PAN tidak mudah digoyah karena sosok Amien Rais masih sangat kuat dan berpengaruh.
“PAN, PKS, Gerindra dan juga Demokrat tidak menjadi target untuk diajak pemerintah masuk dalam pemerintahan. Berbeda dengan Golkar dan PPP. Jadi, kecil kemungkinan partai-partai tersebut akan pecah. Kalaupun ada friksi, tidak besar,” ujarnya kemarin. Dengan demikian, parpol tersebut tidak perlu khawatir berlebihan akan diintervensi pemerintah sehingga membuka peluang terjadinya perpecahan.
“Meski tidak mudah melihat adanya intervensi, namun indikasi intervensi dalam kasus PPP sangat jelas. Orang lihat pemerintah mendukung Romahurmuziy (Romi),” tuturnya. Heri menjelaskan, jika dukungan politik kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) belum maksimal maka beberapa hal memang berpeluang untuk dilakukan. Hal itu diduga sudah terjadi dibalik kisruh PPP dan Partai Golkar.
“Apa yang dialami PPP karena situasi kegamangan partai tersebut sejak awal. Begitu juga dengan Golkar yang dimainkan karena memang ada amunisinya. Apalagi ada Jusuf Kalla (JK),” katanya. Jika PPP dan Golkar mengalihkan dukungannya ke pemerintah, KMP diprediksi akan bubar. Pemerintah pun tidak memerlukan lagi dukungan partai lain karena dukungan politik di parlemen dinilai sudah cukup. “Pemerintah berhitung tentunya, PPP sudah, tinggal Golkar.
Namun, persoalannya Golkar tidak bisa selesai dalam waktu dekat sebab banyak kelompok yang bermain baik internal maupun eksternal,” kata Heri. Menurut Heri, konstelasi politik pada 2015 akan tetap dinamis. Selain parpol KMP, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Hanura yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mendukung pemerintahan Jokowi-JK juga akan memilih ketua umum yang baru.
Khusus Partai Demokrat (PD), Heri juga melihat sulit terjadi perpecahan karena figur Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat kuat. Sejauh ini, belum ada sosok yang mampu mengimbangi mantan presiden RI tersebut. “Demokrat tetap akan menjadi penyeimbang selama Megawati dan SBY tidak ketemu,” ucapnya.
Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf menegaskan, seluruh kader PKS solid dan tidak mudah untuk dipecah belah pada munas yang digelar April 2015. “PKS merupakan partai kader, tidak masalah. Kita tetap solid,” katanya. Berbeda dengan Golkar dan PPP, sambung Muzammil, sebagaipartaikadertidakmudah bagi seseorang untuk duduk pada posisi tertentu.
“Posisi orang di partai bukan karena kedekatan kepada si A atau B, tapi muncul dari bawah,” ujarnya. Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay yakin soliditas dan persatuan partai tetap kuat pada kongres nanti. “Kader PAN tidak akan mungkin mau terjebak. Apalagi, sudah ada contoh yang terlihat sebelumnya. Tentu masing-masing sudah mengerti apa yang mesti dilakukan demi kebesaran partai,” tuturnya.
Aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah ini menjabarkan, adatigahalyangharusdilakukan para kader menjelang kongres. Pertama, semua pihak diharapkan bersama-sama menjaga dinamika politik internal menjelang kongres. Kedua, menjaga suasana dan komunikasi antarcalon ketua umum yang sangat cair dan tidak ada hambatan. Ketiga, mempertahankan isu yang dibangun bahwa kongres digelar untuk membesarkan partai, bukan sekadar untuk merebut kursi ketua umum.
Sucipto
Berbeda dengan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tiga parpol ini diprediksi akan melewati momentum kongres dan musyawarah nasional (munas) dengan mulus. Pengamat politik Universitas Mercu Buana, Jakarta, Heri Budianto menilai PAN tidak mudah digoyah karena sosok Amien Rais masih sangat kuat dan berpengaruh.
“PAN, PKS, Gerindra dan juga Demokrat tidak menjadi target untuk diajak pemerintah masuk dalam pemerintahan. Berbeda dengan Golkar dan PPP. Jadi, kecil kemungkinan partai-partai tersebut akan pecah. Kalaupun ada friksi, tidak besar,” ujarnya kemarin. Dengan demikian, parpol tersebut tidak perlu khawatir berlebihan akan diintervensi pemerintah sehingga membuka peluang terjadinya perpecahan.
“Meski tidak mudah melihat adanya intervensi, namun indikasi intervensi dalam kasus PPP sangat jelas. Orang lihat pemerintah mendukung Romahurmuziy (Romi),” tuturnya. Heri menjelaskan, jika dukungan politik kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) belum maksimal maka beberapa hal memang berpeluang untuk dilakukan. Hal itu diduga sudah terjadi dibalik kisruh PPP dan Partai Golkar.
“Apa yang dialami PPP karena situasi kegamangan partai tersebut sejak awal. Begitu juga dengan Golkar yang dimainkan karena memang ada amunisinya. Apalagi ada Jusuf Kalla (JK),” katanya. Jika PPP dan Golkar mengalihkan dukungannya ke pemerintah, KMP diprediksi akan bubar. Pemerintah pun tidak memerlukan lagi dukungan partai lain karena dukungan politik di parlemen dinilai sudah cukup. “Pemerintah berhitung tentunya, PPP sudah, tinggal Golkar.
Namun, persoalannya Golkar tidak bisa selesai dalam waktu dekat sebab banyak kelompok yang bermain baik internal maupun eksternal,” kata Heri. Menurut Heri, konstelasi politik pada 2015 akan tetap dinamis. Selain parpol KMP, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Hanura yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mendukung pemerintahan Jokowi-JK juga akan memilih ketua umum yang baru.
Khusus Partai Demokrat (PD), Heri juga melihat sulit terjadi perpecahan karena figur Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat kuat. Sejauh ini, belum ada sosok yang mampu mengimbangi mantan presiden RI tersebut. “Demokrat tetap akan menjadi penyeimbang selama Megawati dan SBY tidak ketemu,” ucapnya.
Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf menegaskan, seluruh kader PKS solid dan tidak mudah untuk dipecah belah pada munas yang digelar April 2015. “PKS merupakan partai kader, tidak masalah. Kita tetap solid,” katanya. Berbeda dengan Golkar dan PPP, sambung Muzammil, sebagaipartaikadertidakmudah bagi seseorang untuk duduk pada posisi tertentu.
“Posisi orang di partai bukan karena kedekatan kepada si A atau B, tapi muncul dari bawah,” ujarnya. Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay yakin soliditas dan persatuan partai tetap kuat pada kongres nanti. “Kader PAN tidak akan mungkin mau terjebak. Apalagi, sudah ada contoh yang terlihat sebelumnya. Tentu masing-masing sudah mengerti apa yang mesti dilakukan demi kebesaran partai,” tuturnya.
Aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah ini menjabarkan, adatigahalyangharusdilakukan para kader menjelang kongres. Pertama, semua pihak diharapkan bersama-sama menjaga dinamika politik internal menjelang kongres. Kedua, menjaga suasana dan komunikasi antarcalon ketua umum yang sangat cair dan tidak ada hambatan. Ketiga, mempertahankan isu yang dibangun bahwa kongres digelar untuk membesarkan partai, bukan sekadar untuk merebut kursi ketua umum.
Sucipto
(bbg)