Menjaga, Merawat, dan Memopulerkan Candi
A
A
A
Sekelompok pemuda tampak duduk bersila di bawah pohon rindang di pelataran Candi Borobudur. Mereka memperhatikan PanggahArdiansyah, Koordinator Pemanfaatan dan Layanan Masyarakat di Balai Konservasi Borobudur, yang sedang memberikan instruksi kegiatan pada hari itu (Kamis, 18 Desember 2014).
Panasnya cuaca Borobudur justru menjadi kobaran semangat untuk melestarikan candi yang menjadi situs warisan budaya Indonesia itu. Kegiatan ini merupakan kampanye pelestarian Candi Borobudur yang mengikutsertakan anak muda. Kegiatan ini diikuti para siswa sekolah menengah di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kegiatan ini dibidani UNESCO Panasonic Program yang berhubungan dengan youth activities. Tujuannya memberdayakan anak muda untuk melestarikan Borobudur,” tutur Diana Setiawati sebagai Project Coordinator for Borobudur Culture Unit perwakilan dari UNESCO. Diana menuturkan UNESCO bersama Panasonicmenggandeng pemerintah daerah lewat Balai Konservasi Borobudur untuk merawat dan melestarikan Candi.
Program kemitraan ini berlangsung dengan harapan memberikan edukasi kepada anak muda, sekaligus mengajak mereka berperan menjaga dan merawat Candi Borobudur. Tahun lalu sudah ada program serupa. Bedanya pada tahun ini sasarannya adalah anak muda. Beberapa peserta juga datang dari mahasiswa arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Turut berpartisipasi pula lembagalembaga lain seperti komunitas Bina Remaja Jogja dan komunitas Seribu Cinta Satu Indonesia. “Lewat kerja sama ini, kami ingin mengingatkan remaja yang ada di sekitar Magelang dan Yogyakarta untuk lebih peduli kepada pelestarian Borobudur,” jelas Panggah.
Menyebarkan Edukasi dan Ide
Program yang berlangsung satu hari ini diisi dengan beberapa kegiatan. Salah satunya mengajak peserta membersihkan batu-batuan Candi Borobudur. Para peserta diberikan materi singkat tentang teknik membersihkan batuan candi dari lumut. Nilai edukasi dengan cara yang menyenangkan juga coba diajarkan lewat gamesTreasure Hunting.
Peserta diajak mengenal nama-nama stupa, jumlah stupa, dan relief candi. Peserta dibagi ke dalam kelompokkelompok untuk kemudian menyebar mengelilingi candi. Mereka diwajibkan mengunjungi 10 pos yang ada. Setiap pos yang disambangi akan membe-rikan pertanyaan seputar Candi Borobudur.
Salah satu pertanyaan di pos tujuh adalah ada berapa stupa di tiga lantai teratas Candi Borobudur? Peserta tampak bersemangat sekali. Miftah, siswa kelas XII, mengatakan perasaan senangnya lantaran bisa mengenal Candi Borobudur secara dekat. “Saya senang karena baru pertama kalinya mempelajari stupa-stupa dan susunannya. Saya belajar kekompakan.
Tadi pagi saya dan teman-teman membersihkan batu candi menggunakan lidi. Kalau yang gede pakai sikat,” tutur pelajar SMA 1 Muntilan ini. “Faktanya pemuda kita itu acuh dengan budaya. Contoh nyata banyak pemuda suka budaya luar negeri. Inilah fungsi permainan yang dibuat funberkaitan dengan jiwa anak muda. Maksudnya supaya mereka cinta budaya kita, terutama Borobudur,” ucap Panggah serius.
Panggah mengharapkan ada suarasuara dari para pemuda untuk paham dan peduli pada Borobudur. Diakhiri dengan kegiatan diskusi, para peserta banyak membicara tentang bagaimana memanfaatkan media sosial untuk promosi nilai-nilai budaya Borobudur sebagai wisata yang baik. Salah satunya idenya dengan memopulerkan peraturan-peraturan untuk berkunjung ke Candi Borobudur.
“Dari program ini pula, kami berharap generasi muda itu untuk terus tertarik membicarakan atau membahas Borobudur, istilahnya kerennya menjadi trending topic,” kata Panggah optimistis.
Hadi setioko
Panasnya cuaca Borobudur justru menjadi kobaran semangat untuk melestarikan candi yang menjadi situs warisan budaya Indonesia itu. Kegiatan ini merupakan kampanye pelestarian Candi Borobudur yang mengikutsertakan anak muda. Kegiatan ini diikuti para siswa sekolah menengah di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kegiatan ini dibidani UNESCO Panasonic Program yang berhubungan dengan youth activities. Tujuannya memberdayakan anak muda untuk melestarikan Borobudur,” tutur Diana Setiawati sebagai Project Coordinator for Borobudur Culture Unit perwakilan dari UNESCO. Diana menuturkan UNESCO bersama Panasonicmenggandeng pemerintah daerah lewat Balai Konservasi Borobudur untuk merawat dan melestarikan Candi.
Program kemitraan ini berlangsung dengan harapan memberikan edukasi kepada anak muda, sekaligus mengajak mereka berperan menjaga dan merawat Candi Borobudur. Tahun lalu sudah ada program serupa. Bedanya pada tahun ini sasarannya adalah anak muda. Beberapa peserta juga datang dari mahasiswa arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Turut berpartisipasi pula lembagalembaga lain seperti komunitas Bina Remaja Jogja dan komunitas Seribu Cinta Satu Indonesia. “Lewat kerja sama ini, kami ingin mengingatkan remaja yang ada di sekitar Magelang dan Yogyakarta untuk lebih peduli kepada pelestarian Borobudur,” jelas Panggah.
Menyebarkan Edukasi dan Ide
Program yang berlangsung satu hari ini diisi dengan beberapa kegiatan. Salah satunya mengajak peserta membersihkan batu-batuan Candi Borobudur. Para peserta diberikan materi singkat tentang teknik membersihkan batuan candi dari lumut. Nilai edukasi dengan cara yang menyenangkan juga coba diajarkan lewat gamesTreasure Hunting.
Peserta diajak mengenal nama-nama stupa, jumlah stupa, dan relief candi. Peserta dibagi ke dalam kelompokkelompok untuk kemudian menyebar mengelilingi candi. Mereka diwajibkan mengunjungi 10 pos yang ada. Setiap pos yang disambangi akan membe-rikan pertanyaan seputar Candi Borobudur.
Salah satu pertanyaan di pos tujuh adalah ada berapa stupa di tiga lantai teratas Candi Borobudur? Peserta tampak bersemangat sekali. Miftah, siswa kelas XII, mengatakan perasaan senangnya lantaran bisa mengenal Candi Borobudur secara dekat. “Saya senang karena baru pertama kalinya mempelajari stupa-stupa dan susunannya. Saya belajar kekompakan.
Tadi pagi saya dan teman-teman membersihkan batu candi menggunakan lidi. Kalau yang gede pakai sikat,” tutur pelajar SMA 1 Muntilan ini. “Faktanya pemuda kita itu acuh dengan budaya. Contoh nyata banyak pemuda suka budaya luar negeri. Inilah fungsi permainan yang dibuat funberkaitan dengan jiwa anak muda. Maksudnya supaya mereka cinta budaya kita, terutama Borobudur,” ucap Panggah serius.
Panggah mengharapkan ada suarasuara dari para pemuda untuk paham dan peduli pada Borobudur. Diakhiri dengan kegiatan diskusi, para peserta banyak membicara tentang bagaimana memanfaatkan media sosial untuk promosi nilai-nilai budaya Borobudur sebagai wisata yang baik. Salah satunya idenya dengan memopulerkan peraturan-peraturan untuk berkunjung ke Candi Borobudur.
“Dari program ini pula, kami berharap generasi muda itu untuk terus tertarik membicarakan atau membahas Borobudur, istilahnya kerennya menjadi trending topic,” kata Panggah optimistis.
Hadi setioko
(bbg)