Recovery dan Rekonstruksi Aceh Dinilai Berhasil
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memulai kunjungan kerja ke Aceh untuk menghadiri peringatan 10 tahun tsunami yang akan dipusatkan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), hari ini.
Berdasarkan keterangan Sekretariat Wapres kemarin, JK yang didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla berangkat ke Aceh dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma dengan menggunakan pesawat Kepresidenan TNI-AU Boeing 737-400. Selama berada di Kota Serambi Mekkah, dia akan melakukan sejumlah kegiatan kerja terkait peringatan 10 tahun tsunami di Aceh, termasuk berziarah ke makam massal Siron.
JK juga akan menghadiri peluncuran buku 10 Tahun Tsunami di Pendapa Gubernur NAD. Puncak peringatan 10 tahun tsunami akan berlangsung di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Agenda yang akan digelar dipastikan banyak untuk mengenang bencana tsunami. Salah satunya penayangan video rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, peninjauan pameran Expo Kebencanaan, serta mengunjungi Museum Tsunami Aceh.
Tsunami setinggi 10 meter yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 telah menyebabkan lebih dari 200.000 orang hilang dan meninggal dunia dan meratakan 800 km kawasan pesisir. Bencana itu didahului dengan gempa bumi berkekuatan 9,3 Skala Richter (SR) di kedalaman 10 km di bawah permukaan laut di Pulau Simeulue.
Tsunami ini bahkan melanda negara-negara lain di sepanjang Samudra Hindia. Karena itu, bencana ini dikenal sebagai yang terhebat di dunia. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Aceh melakukan recovery pascatsunami tersebut. Pemerintah telah menggelontorkan dana sekitar Rp30 triliun guna pembangunan infrastruktur sebagai pemulihan kondisi pascatsunami.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Muhammad Reza Pahlezi juga menyatakan bahwa sekitar 35 duta besar dan diplomat, pejabat negara sahabat, serta perwakilan 34 lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional akan hadir dalam refleksi 10 tahun bencana tsunami.
Menurut Reza, berbagai agenda dan pagelaran budaya memang telah disiapkan untuk mengenang bencana tsunami tersebut. “Kehadiran para tamu dari mancanegara bentuk terima kasih kami kepada mereka yang telah membantu Aceh pasca tsunami hingga masa rehabilitasi dan rekonstruksi,” sebut Reza.
Sementara itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Anak-anak (Unicef) memuji pencapaian pembangunan di Aceh dan upaya luar biasa setelah 10 tahun tsunami. Menurut Kepala Perwakilan Unicef di Indonesia Gunilla Olsson, rekonstruksi berdasarkan prinsip “Membangun dengan Lebih Baik” telah memberikan kesempatan lebih baik bagi anak-anak untuk tumbuh sehat dan mengembangkan potensi mereka.
“Upaya rakyat Aceh yang luar biasa dengan dukungan masyarakat internasional, untuk membangun kembali daerahnya setelah tsunami, telah memberikan hasil yang besar,” kata Olsson kemarin. Dia menambahkan, upaya tanggap darurat tsunami, terutama di Aceh, salah satu operasi kemanusiaan terbesar dalam sejarah Unicef.
Badan PB itu melakukan kegiatan tanggap darurat setelah tsunami untuk Aceh dengan bantuan keuangan dari donor senilai USD336 juta atau sekitar Rp4,2 triliun (kurs Rp12.500). Berbagai upaya dilakukan dalam menyelamatkan anak-anak dari kematian dan penyakit, membantu mereka untuk bangkit dari pengalaman yang membuat trauma, membawa mereka kembali bersekolah, serta menyatukan mereka kembali dengan orang tua atau wali mereka.
M ridwan/Ant
Berdasarkan keterangan Sekretariat Wapres kemarin, JK yang didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla berangkat ke Aceh dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma dengan menggunakan pesawat Kepresidenan TNI-AU Boeing 737-400. Selama berada di Kota Serambi Mekkah, dia akan melakukan sejumlah kegiatan kerja terkait peringatan 10 tahun tsunami di Aceh, termasuk berziarah ke makam massal Siron.
JK juga akan menghadiri peluncuran buku 10 Tahun Tsunami di Pendapa Gubernur NAD. Puncak peringatan 10 tahun tsunami akan berlangsung di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Agenda yang akan digelar dipastikan banyak untuk mengenang bencana tsunami. Salah satunya penayangan video rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, peninjauan pameran Expo Kebencanaan, serta mengunjungi Museum Tsunami Aceh.
Tsunami setinggi 10 meter yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 telah menyebabkan lebih dari 200.000 orang hilang dan meninggal dunia dan meratakan 800 km kawasan pesisir. Bencana itu didahului dengan gempa bumi berkekuatan 9,3 Skala Richter (SR) di kedalaman 10 km di bawah permukaan laut di Pulau Simeulue.
Tsunami ini bahkan melanda negara-negara lain di sepanjang Samudra Hindia. Karena itu, bencana ini dikenal sebagai yang terhebat di dunia. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Aceh melakukan recovery pascatsunami tersebut. Pemerintah telah menggelontorkan dana sekitar Rp30 triliun guna pembangunan infrastruktur sebagai pemulihan kondisi pascatsunami.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Muhammad Reza Pahlezi juga menyatakan bahwa sekitar 35 duta besar dan diplomat, pejabat negara sahabat, serta perwakilan 34 lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional akan hadir dalam refleksi 10 tahun bencana tsunami.
Menurut Reza, berbagai agenda dan pagelaran budaya memang telah disiapkan untuk mengenang bencana tsunami tersebut. “Kehadiran para tamu dari mancanegara bentuk terima kasih kami kepada mereka yang telah membantu Aceh pasca tsunami hingga masa rehabilitasi dan rekonstruksi,” sebut Reza.
Sementara itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Anak-anak (Unicef) memuji pencapaian pembangunan di Aceh dan upaya luar biasa setelah 10 tahun tsunami. Menurut Kepala Perwakilan Unicef di Indonesia Gunilla Olsson, rekonstruksi berdasarkan prinsip “Membangun dengan Lebih Baik” telah memberikan kesempatan lebih baik bagi anak-anak untuk tumbuh sehat dan mengembangkan potensi mereka.
“Upaya rakyat Aceh yang luar biasa dengan dukungan masyarakat internasional, untuk membangun kembali daerahnya setelah tsunami, telah memberikan hasil yang besar,” kata Olsson kemarin. Dia menambahkan, upaya tanggap darurat tsunami, terutama di Aceh, salah satu operasi kemanusiaan terbesar dalam sejarah Unicef.
Badan PB itu melakukan kegiatan tanggap darurat setelah tsunami untuk Aceh dengan bantuan keuangan dari donor senilai USD336 juta atau sekitar Rp4,2 triliun (kurs Rp12.500). Berbagai upaya dilakukan dalam menyelamatkan anak-anak dari kematian dan penyakit, membantu mereka untuk bangkit dari pengalaman yang membuat trauma, membawa mereka kembali bersekolah, serta menyatukan mereka kembali dengan orang tua atau wali mereka.
M ridwan/Ant
(bbg)