Tugas Berat Pemerintahan Baru
A
A
A
TUNIS - Presiden terpilih Tunisia, Caid Essebsi, memiliki tugas berat setelah memenangi pemilihan dengan raihan 55,68% kemarin. Dia dituntut membawa Tunisia keluar dari kemerosotan ekonomi dan ancaman kekerasan dari militan.
Dalam pemilihan, Essebsi mengalahkan pesaing utamanya, Mocef Marzouki. Ini sekaligus menggenapi langkah mulus Essebsi menjadi orang nomor satu di Tunisia. Sebelumnya Essebsi sudah memimpin pemungutan suara pada putaran pertama, November silam, dengan meraih 39%.
Politisi 88 tahun tersebut juga sudah terlebih dulu memenangkan pemilihan parlemen pada Oktober bersama partainya, Nidaa. Essebsi berjanji akan segera memulai proses pembentukan pemerintahan. “Saya berjanji akan menjadi presiden semua masyarakat Tunisia. Kampanye telah berakhir dan kita semua harus melihat ke masa depan,” seru Essebsi dalam pidatonya dilansir Channelnewasia.
Semangat Essebsi ini diharapkan bisa membawa Tunisia keluar dari masalah ekonomi. Saat ini ekonomi Tunisia sedang berjuang untuk pulih dari pergolakan revolusi dan ada kekhawatiran bahwa pengangguran yang semakin meluas akan menyebabkan kerusuhan sosial.
Bahkan sesaat setelah pengumuman hasil suara, ratusan warga diketahui melakukan demonstrasi menolak kemenangan Essebsi. Pemerintahan Essebsi juga diprediksi akan mendapat gangguan berupa gerakan militan dan serangan dari lawan politiknya. Semua tak lepas dari karakter Essebsi.
Selama berkecimpung dalam dunia politik, Essebsi yang pernah mengemban profesi pengacara ini dikenal kontroversial. Penunjukannya sebagai Perdana Menteri (PM) Tunisia 2011 dianggap sebagai keputusan sepihak. Kala itu ratusan anak muda turun ke jalan meminta penunjukan Essebsi dengan alasan Essebsi bukan sosok yang pantas menjadi PM.
Tapi, pemerintah berpandangan lain. Essebsi disebutkan sebagai sosok dengan politik dan pribadi sempurna. Ayah empat anak tersebut dikenal karena patriotisme yang mendalam, kesetiaan dan pengorbanan diri dalam melayani negaranya. Namun tak lama menjabat, Essebsi meninggalkan kantornya pada pengunjung 2011.
Langkah itu ditempuh setelah Moncef Marzouki ditunjuk menjadi presiden interim baru. Essebsi mengatakan, dirinya tidak memiliki kesamaan visi dan misi dengan Marzouki. Kemenangan kali ini pun seakan menjadi obat kekecewaan Essebsi terhadap penunjukan Marzouki dua tahun lalu.
Rini agustina
Dalam pemilihan, Essebsi mengalahkan pesaing utamanya, Mocef Marzouki. Ini sekaligus menggenapi langkah mulus Essebsi menjadi orang nomor satu di Tunisia. Sebelumnya Essebsi sudah memimpin pemungutan suara pada putaran pertama, November silam, dengan meraih 39%.
Politisi 88 tahun tersebut juga sudah terlebih dulu memenangkan pemilihan parlemen pada Oktober bersama partainya, Nidaa. Essebsi berjanji akan segera memulai proses pembentukan pemerintahan. “Saya berjanji akan menjadi presiden semua masyarakat Tunisia. Kampanye telah berakhir dan kita semua harus melihat ke masa depan,” seru Essebsi dalam pidatonya dilansir Channelnewasia.
Semangat Essebsi ini diharapkan bisa membawa Tunisia keluar dari masalah ekonomi. Saat ini ekonomi Tunisia sedang berjuang untuk pulih dari pergolakan revolusi dan ada kekhawatiran bahwa pengangguran yang semakin meluas akan menyebabkan kerusuhan sosial.
Bahkan sesaat setelah pengumuman hasil suara, ratusan warga diketahui melakukan demonstrasi menolak kemenangan Essebsi. Pemerintahan Essebsi juga diprediksi akan mendapat gangguan berupa gerakan militan dan serangan dari lawan politiknya. Semua tak lepas dari karakter Essebsi.
Selama berkecimpung dalam dunia politik, Essebsi yang pernah mengemban profesi pengacara ini dikenal kontroversial. Penunjukannya sebagai Perdana Menteri (PM) Tunisia 2011 dianggap sebagai keputusan sepihak. Kala itu ratusan anak muda turun ke jalan meminta penunjukan Essebsi dengan alasan Essebsi bukan sosok yang pantas menjadi PM.
Tapi, pemerintah berpandangan lain. Essebsi disebutkan sebagai sosok dengan politik dan pribadi sempurna. Ayah empat anak tersebut dikenal karena patriotisme yang mendalam, kesetiaan dan pengorbanan diri dalam melayani negaranya. Namun tak lama menjabat, Essebsi meninggalkan kantornya pada pengunjung 2011.
Langkah itu ditempuh setelah Moncef Marzouki ditunjuk menjadi presiden interim baru. Essebsi mengatakan, dirinya tidak memiliki kesamaan visi dan misi dengan Marzouki. Kemenangan kali ini pun seakan menjadi obat kekecewaan Essebsi terhadap penunjukan Marzouki dua tahun lalu.
Rini agustina
(bbg)