Sofyan Basir Dirut Baru PLN
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhirnya mengangkat Sofyan Basir sebagai direktur utama (dirut) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk periode 2014-2019. Dia menggantikan posisi Nur Pamudji yang habis masa tugasnya pada 23 Desember 2014.
Mendampingi Sofyan, pemerintah mengangkat tujuh direktur. Mereka adalah Sarwono Sudarto, Nicke Widyawati, Murtaqi Syamsuddin, Supangkat Iwan Santoso, Amin Subekti, Nasyir Sebayang, dan Amir Rosidin. Adapun jajaran komisaris adalah Chandra M Hamzah sebagai komisaris utama serta Budiman dan Hasan Bisri sebagai komisaris.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, proses penunjukan dirut baru PLN tersebut melalui tim penilai akhir (TPA) yang terdiri atas Menteri BUMN, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, dan diputuskan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
“Proses assessment sama seperti sebelumnya, yang paling utama yaitu komunikasi mendalam dengan menteri teknis. Jadi tidak ada perintah dari Bapak Presiden, ini proses mencari putra-putri bangsa terbaik,” kata Rini dalam jumpa persnya di Kementerian BUMN tadi malam. Rini menjelaskan, Sofyan ditunjuk sebagai orang nomor satu di perusahaan kelistrikan milik pemerintah tersebut karena rekam jejaknya di BRI.
Sofyan dinilai andal dalam mengelola BRI sebagai bank untuk rakyat yang mampu menjangkau masyarakat hingga pelosok dan wilayah perbatasan. “Sama seperti BRI, PLN memiliki tujuan untuk menjangkau seluruh rakyat Indonesia. Jika BRI bisa mendorong perbankan hingga pelosok, PLN diharapkan bisa memberikan jasa kelistrikan dan tidak ada lagi wilayah yang padam listriknya,” harap Rini.
Rini mengakui tugas Sofyan tidak mudah, salah satunya bagaimana mengelola utang perseroan dan mencari pendanaan baru. Dengan pengalaman Sofyan menjabat sebagai orang nomor satu di perusahaan perbankan selama kurun waktu kurang lebih satu periode, hal tersebut dapat diatasi melalui pengelolaan keuangan yang baik.
“Latar belakang Pak Sofyan bisa mendorong BRI sebagai bank terbesar, diharapkan bisa juga dilakukan di PLN. BRI memiliki sumber daya manusia sebanyak 125.000 orang, sama banyaknya seperti PLN,” ungkapnya. Menteri ESDM Sudirman Said berharap susunan direksi dan komisaris baru di PLN mampu menjawab tantangan ke depan.
Pasalnya, sumber daya kelistrikan menjadi ujung tombak pembangunan infrastruktur ataupun ekonomi nasional. Dia meyakini kemampuan Sofyan untuk mewujudkan harapan tersebut. “Sebagai pemimpin, Pak Sofyan terbukti di bidang masing-masing akan menjadi penguat tantangan ke depan,” kata Sudirman.
Berdasarkan data, banyak tantangan yang menyambut Sofyan. Beberapa tantangan antara lain menyelesaikan program 35.000 megawatt (MW) yang telah ditetapkan presiden, meningkatkan ratio elektrifikasi (kelistrikan) mendekati 100% di 2020, menyelesaikan proyek pembangkit tepat waktu. Tugas tidak kalah berat adalah menyelesaikan utang.
Untuk diketahui, dalam laporan keuangan PLN hingga akhir September 2014 utang pinjaman bank dan obligasi jangka panjang perseroan mencapai Rp70,7 triliun. Sedangkan jika digabung dengan utang lainnya, hingga akhir kuartal III/2014 tercatat Rp471,06 triliun. Sementara itu, Sofyan Basir mengatakan bahwa langkah awal yang akan dikerjakannya di perseroan yaitu mengejar beberapa kekurangan sumber daya listrik di wilayah yang masih kekurangan.
Dia juga siap menggenjot tiga tantangan PLN ke depan, yaitu pemadaman, efisiensi biaya produksi, dan ketersediaan pasokan listrik. “Ini yang menjadi tahap awal. Bersama dengan direksi lama, kami bersinergi untuk membangun PLN dalam periode sesuai dengan rencana,” ujarnya.
Untuk persoalan utang, Sofyan menandaskan lebih tertantang untuk meningkatkan pendapatan ketimbang menurunkan rasio utang. “Rasio utang dalam kisaran tertentu tidak menjadi masalah. Berutang itu juga tidak dosa, asalkan hasilnya bisa lebih baik. Jangan sampai saya bilang perusahaan tidak boleh berutang, tetapi listrik mati terus,” katanya. Dia mengakui utang PLN saat ini cukup besar mencapai Rp471 triliun.
Namun, dia memandang perusahaan apa pun itu boleh berutang, tapi di sisi lain perusahaan harus bisa memperbesar pendapatan serta efisiensi biaya. Menurut dia, fasilitas kredit yang diterima PLN tentunya untuk meningkatkan performa perusahaan, khususnya meningkatkan elektrifikasi serta memperbaiki infrastruktur.
Sofyan lantas menuturkan, untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, dia menekankan perlunya kebersamaan tim kerja di perusahaan agar setiap program kerja dapat berjalan dengan baik. Secara garis besar, dia juga akan meneruskan program yang sudah ada. “Kami tinggal meneruskan saja apa yang sudah dilakukan oleh pendahulu kami, karena Pak Nur Pamudji (mantan dirut PLN) sudah melakukannya dengan baik,” ujarnya.
Tiga Nama
Munculnya nama direktur utama BRI sebagai dirut PLN bisa dibilang mengejutkan. Sebelumnya, Sesmen BUMN Imam A Putro menuturkan, Senin (22/12) malam tiga nama sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo sebagai ketua tim penilai akhir (TPA) calon direksi BUMN.
Saat itu isu yang beredar di kalangan wartawan, namanya muncul sebagai salah satu kandidat bersama Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma dan Direktur Perencanaan dan Afiliasi PLN Murtaqi. Saat itu Sofyan enggan berkomentar saat dikonfirmasi wartawan. Sofyan yang sudah dua hari berturut-turut mendatangi Kementerian BUMN berkilah tak ada pembahasan tentang PLN.
Kedatangannya ke Kementerian BUMN untuk bertemu Sahala, staf ahli menteri, dan hanya membahas tentang rencana Rapat Umum Pemegang Saham BRI. “Siapa? Saya? Saya tak tahu. Hanya ikut RUPS BRI. Nanti saya kabari lagi,” ujar Sofyan yang buru-buru masuk ke dalam mobil.
Kehadiran Sofyan memimpin PLN tentu membawa ekspektasi tinggi mengingat rekam jejaknya. Seperti diketahui, Sofyan sebelumnya telah menjabat sebagai dirut PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk selama dua periode, yaitu dari 2005-2010 dan terpilih lagi pada 2010 yang seharusnya habis tahun depan. Sebelum di BRI, dia malangmelintang di Bank Duta dan Bank Bukopin.
Peraih gelar diploma dari STAK Trisakti, Jakarta (1980), gelar sarjana ekonomi dari STIE Ganesha, Jakarta (2010), dan gelar doktor kehormatan dari Universitas Trisakti, Jakarta (2012) tersebut pernah mengikuti berbagai pendidikan serta pelatihan di bidang perbankan baik di dalam maupun luar negeri.
Seminar dan pelatihan yang pernah diikutinya antara lain Seminar Risk Management Certification Refreshment Program (Frankfurt); Eksekutif Manajemen Risiko, ABN Amro (Denpasar); Islamic Finance Forum(Swiss); SeminarBusiness Continuity Planning, Ernst & Young; SESPIBANK (Jakarta); Strategy Development Session, IBM; dan Structuring Loans & Short Term, The Institute Banking & Finance.
Heru febrianto/Ant
Mendampingi Sofyan, pemerintah mengangkat tujuh direktur. Mereka adalah Sarwono Sudarto, Nicke Widyawati, Murtaqi Syamsuddin, Supangkat Iwan Santoso, Amin Subekti, Nasyir Sebayang, dan Amir Rosidin. Adapun jajaran komisaris adalah Chandra M Hamzah sebagai komisaris utama serta Budiman dan Hasan Bisri sebagai komisaris.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, proses penunjukan dirut baru PLN tersebut melalui tim penilai akhir (TPA) yang terdiri atas Menteri BUMN, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, dan diputuskan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
“Proses assessment sama seperti sebelumnya, yang paling utama yaitu komunikasi mendalam dengan menteri teknis. Jadi tidak ada perintah dari Bapak Presiden, ini proses mencari putra-putri bangsa terbaik,” kata Rini dalam jumpa persnya di Kementerian BUMN tadi malam. Rini menjelaskan, Sofyan ditunjuk sebagai orang nomor satu di perusahaan kelistrikan milik pemerintah tersebut karena rekam jejaknya di BRI.
Sofyan dinilai andal dalam mengelola BRI sebagai bank untuk rakyat yang mampu menjangkau masyarakat hingga pelosok dan wilayah perbatasan. “Sama seperti BRI, PLN memiliki tujuan untuk menjangkau seluruh rakyat Indonesia. Jika BRI bisa mendorong perbankan hingga pelosok, PLN diharapkan bisa memberikan jasa kelistrikan dan tidak ada lagi wilayah yang padam listriknya,” harap Rini.
Rini mengakui tugas Sofyan tidak mudah, salah satunya bagaimana mengelola utang perseroan dan mencari pendanaan baru. Dengan pengalaman Sofyan menjabat sebagai orang nomor satu di perusahaan perbankan selama kurun waktu kurang lebih satu periode, hal tersebut dapat diatasi melalui pengelolaan keuangan yang baik.
“Latar belakang Pak Sofyan bisa mendorong BRI sebagai bank terbesar, diharapkan bisa juga dilakukan di PLN. BRI memiliki sumber daya manusia sebanyak 125.000 orang, sama banyaknya seperti PLN,” ungkapnya. Menteri ESDM Sudirman Said berharap susunan direksi dan komisaris baru di PLN mampu menjawab tantangan ke depan.
Pasalnya, sumber daya kelistrikan menjadi ujung tombak pembangunan infrastruktur ataupun ekonomi nasional. Dia meyakini kemampuan Sofyan untuk mewujudkan harapan tersebut. “Sebagai pemimpin, Pak Sofyan terbukti di bidang masing-masing akan menjadi penguat tantangan ke depan,” kata Sudirman.
Berdasarkan data, banyak tantangan yang menyambut Sofyan. Beberapa tantangan antara lain menyelesaikan program 35.000 megawatt (MW) yang telah ditetapkan presiden, meningkatkan ratio elektrifikasi (kelistrikan) mendekati 100% di 2020, menyelesaikan proyek pembangkit tepat waktu. Tugas tidak kalah berat adalah menyelesaikan utang.
Untuk diketahui, dalam laporan keuangan PLN hingga akhir September 2014 utang pinjaman bank dan obligasi jangka panjang perseroan mencapai Rp70,7 triliun. Sedangkan jika digabung dengan utang lainnya, hingga akhir kuartal III/2014 tercatat Rp471,06 triliun. Sementara itu, Sofyan Basir mengatakan bahwa langkah awal yang akan dikerjakannya di perseroan yaitu mengejar beberapa kekurangan sumber daya listrik di wilayah yang masih kekurangan.
Dia juga siap menggenjot tiga tantangan PLN ke depan, yaitu pemadaman, efisiensi biaya produksi, dan ketersediaan pasokan listrik. “Ini yang menjadi tahap awal. Bersama dengan direksi lama, kami bersinergi untuk membangun PLN dalam periode sesuai dengan rencana,” ujarnya.
Untuk persoalan utang, Sofyan menandaskan lebih tertantang untuk meningkatkan pendapatan ketimbang menurunkan rasio utang. “Rasio utang dalam kisaran tertentu tidak menjadi masalah. Berutang itu juga tidak dosa, asalkan hasilnya bisa lebih baik. Jangan sampai saya bilang perusahaan tidak boleh berutang, tetapi listrik mati terus,” katanya. Dia mengakui utang PLN saat ini cukup besar mencapai Rp471 triliun.
Namun, dia memandang perusahaan apa pun itu boleh berutang, tapi di sisi lain perusahaan harus bisa memperbesar pendapatan serta efisiensi biaya. Menurut dia, fasilitas kredit yang diterima PLN tentunya untuk meningkatkan performa perusahaan, khususnya meningkatkan elektrifikasi serta memperbaiki infrastruktur.
Sofyan lantas menuturkan, untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, dia menekankan perlunya kebersamaan tim kerja di perusahaan agar setiap program kerja dapat berjalan dengan baik. Secara garis besar, dia juga akan meneruskan program yang sudah ada. “Kami tinggal meneruskan saja apa yang sudah dilakukan oleh pendahulu kami, karena Pak Nur Pamudji (mantan dirut PLN) sudah melakukannya dengan baik,” ujarnya.
Tiga Nama
Munculnya nama direktur utama BRI sebagai dirut PLN bisa dibilang mengejutkan. Sebelumnya, Sesmen BUMN Imam A Putro menuturkan, Senin (22/12) malam tiga nama sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo sebagai ketua tim penilai akhir (TPA) calon direksi BUMN.
Saat itu isu yang beredar di kalangan wartawan, namanya muncul sebagai salah satu kandidat bersama Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma dan Direktur Perencanaan dan Afiliasi PLN Murtaqi. Saat itu Sofyan enggan berkomentar saat dikonfirmasi wartawan. Sofyan yang sudah dua hari berturut-turut mendatangi Kementerian BUMN berkilah tak ada pembahasan tentang PLN.
Kedatangannya ke Kementerian BUMN untuk bertemu Sahala, staf ahli menteri, dan hanya membahas tentang rencana Rapat Umum Pemegang Saham BRI. “Siapa? Saya? Saya tak tahu. Hanya ikut RUPS BRI. Nanti saya kabari lagi,” ujar Sofyan yang buru-buru masuk ke dalam mobil.
Kehadiran Sofyan memimpin PLN tentu membawa ekspektasi tinggi mengingat rekam jejaknya. Seperti diketahui, Sofyan sebelumnya telah menjabat sebagai dirut PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk selama dua periode, yaitu dari 2005-2010 dan terpilih lagi pada 2010 yang seharusnya habis tahun depan. Sebelum di BRI, dia malangmelintang di Bank Duta dan Bank Bukopin.
Peraih gelar diploma dari STAK Trisakti, Jakarta (1980), gelar sarjana ekonomi dari STIE Ganesha, Jakarta (2010), dan gelar doktor kehormatan dari Universitas Trisakti, Jakarta (2012) tersebut pernah mengikuti berbagai pendidikan serta pelatihan di bidang perbankan baik di dalam maupun luar negeri.
Seminar dan pelatihan yang pernah diikutinya antara lain Seminar Risk Management Certification Refreshment Program (Frankfurt); Eksekutif Manajemen Risiko, ABN Amro (Denpasar); Islamic Finance Forum(Swiss); SeminarBusiness Continuity Planning, Ernst & Young; SESPIBANK (Jakarta); Strategy Development Session, IBM; dan Structuring Loans & Short Term, The Institute Banking & Finance.
Heru febrianto/Ant
(bbg)