Pilpres Tunisia Tak Demokratis
A
A
A
TUNIS - Hasil exit poll pemilihan presiden (pilpres) Tunisia menunjukkan Beji Caid Essebsi keluar sebagai pemenang dengan capaian 55,5% suara. Dia mengalahkan kandidat utama lainnya Moncer Marzouki.
Dari exit poll, memperlihatkan kans besar Essebsi memenangi pilpres. Biasanya apa yang terjadi di exit poll tidak akan jauh berbeda dengan hasil resmi. Pengumuman resmi siapa pemenang Pilpres Tunisia sendiri akan dilakukan Senin malam waktu setempat.
Sebagai pemilihan yang menandai lahirnya demokrasi seusai penggulingan Presiden Zine el-Abedine Ben Ali pada 2011 lalu, warga sangat berharap pemilihan kali ini akan membawa kemajuan bagi Tunisia, dan lebih penting perkembangan demokrasi. Namun, harapan tersebut sepertinya masih jauh dari realitas.
Belum apa-apa Marzouki menuduh pilpres berjalan tidak demokratis. Pemangku jabatan presiden sementara Tunisia tersebut menginginkan pilpres secara bebas pertama negaranya sejak merdeka dari Prancis pada 1956 berjalan fair.
“Pengumuman kemenangan tidak demokratis dan kami harus menunggu jika ingin menjadi negara yang menghormati aturan hukum,” kata Marzouki dilansir BBC. Bagi Marzouki, kemungkinan kekalahannya memang bisa jadi tak bisa diterima. Sudah sejak 2011, dia memegang tampuk kekuasaan.
Alumnus University of Strasbourg tersebut juga memiliki perjuangan politik tak mudah. Beberapa kali kerap mendapat rintangan politik terutama dan kubu pendukung Ben Ali.
Rini agustina
Dari exit poll, memperlihatkan kans besar Essebsi memenangi pilpres. Biasanya apa yang terjadi di exit poll tidak akan jauh berbeda dengan hasil resmi. Pengumuman resmi siapa pemenang Pilpres Tunisia sendiri akan dilakukan Senin malam waktu setempat.
Sebagai pemilihan yang menandai lahirnya demokrasi seusai penggulingan Presiden Zine el-Abedine Ben Ali pada 2011 lalu, warga sangat berharap pemilihan kali ini akan membawa kemajuan bagi Tunisia, dan lebih penting perkembangan demokrasi. Namun, harapan tersebut sepertinya masih jauh dari realitas.
Belum apa-apa Marzouki menuduh pilpres berjalan tidak demokratis. Pemangku jabatan presiden sementara Tunisia tersebut menginginkan pilpres secara bebas pertama negaranya sejak merdeka dari Prancis pada 1956 berjalan fair.
“Pengumuman kemenangan tidak demokratis dan kami harus menunggu jika ingin menjadi negara yang menghormati aturan hukum,” kata Marzouki dilansir BBC. Bagi Marzouki, kemungkinan kekalahannya memang bisa jadi tak bisa diterima. Sudah sejak 2011, dia memegang tampuk kekuasaan.
Alumnus University of Strasbourg tersebut juga memiliki perjuangan politik tak mudah. Beberapa kali kerap mendapat rintangan politik terutama dan kubu pendukung Ben Ali.
Rini agustina
(ftr)