Dua Polisi New York Tewas Ditembak
A
A
A
NEW YORK - Kasus pembunuhan kembali mengguncang Amerika Serikat (AS). Sabtu (20/12) sore, dua anggota New York Police Department (NYPD) tewas setelah ditembak dari jarak dekat saat berada di dalam mobil patrolinya.
Dua petugas NYPD yang menjadi korban adalah Rafael Ramos dan Wenjian Liu. Ramos diketahui duduk di belakang kemudi dan Liu duduk di sampingnya saat tengah melakukan tugas di wilayah dengan tingkat kriminalitas tinggi, Brooklyn.
Komisioner Polisi New York William Bratton dalam konferensi pers seusai insiden, Sabtu petang, membeberkan kronologi kejadian. Dari keterangan saksi yang dihimpun, diketahui, pelaku pembunuhan tiba-tiba mendekat ke samping mobil patroli kedua polisi dan langsung melepaskan tembakan.
“Dia (pelaku) menembakkan pistolnya beberapa kali, mengarahkan ke kepala petugas Peristiwa terjadi begitu cepat. Pelaku menembak begitu saja, membunuh petugas tanpa sebelumnya mengeluarkan peringatan atau adanya provokasi. Ini murni pembunuhan,” terang Bratton, dilansir CNN.
Keluarga, anggota kepolisian, dan puluhan warga yang mengetahui peristiwa larut dalam suasana duka dan berkumpul di Woodhull Medical Center, tempat kedua polisi yang tewas mendapatkan perawatan sebelumnya. Mereka berusaha menguatkan satu sama lain. Ramos diketahui akan menginjak usia 40 tahun bulan ini dan Liu baru saja menikah dua bulan yang lalu.
Bratton mengungkap, insiden tersebut memukul institusi kepolisian. Lebih-lebih, petugas kepolisian saat ini seperti tengah menjadi incaran kelompok kriminal AS, menyusul terbunuhnya warga kulit hitam baru-baru ini. Sejumlah analisis mengaitkan adanya keterkaitan pembunuhan dua anggota polisi ini dengan tewasnya dua warga kulit hitam, Michael Brown dan Eric Garner.
Ini semacam aksi balasan terhadap peristiwa sebelumnya. Ironisnya, pelaku ditemukan tewas di dekat stasiun bawah tanah. Polisi mengidentifikasi pelaku bernama Ismaaiyl Brinsley. Pelaku disebutkan datang ke New York dari Baltimore. Warga kulit hitam itu diketahui tinggal di wilayah pinggiran Atlanta, Union City, Georgia. Bratton mengatakan, Brinsley kemungkinan memiliki hubungan dengan kelompok gang Brooklyn.
Namun, tidak diterangkan lebih jauh apa bentuk keterikatannya. Polisi tengah menginvestigasi beberapa posting yang diduga dibuat Brinsley pada akun jejaring sosial. Ada satu posting yang berisi ancaman pembunuhan polisi di akun Instagram miliknya. Akun tersebut juga memuat gambar pistol dan sebuah pesan yang mengatakan bahwa itu sebagai pesan terakhirnya.
Munculnya pesan ancaman dalam akun terduga pelaku beberapa jam sebelum eksekusi lantas mengundang kritik dari sejumlah pengguna media sosial di AS. Mereka berpendapat, media sosial semestinya bisa melakukan tindakan yang lebih untuk ikut mencegah aksi kriminalitas.
“Mengapa tak satu pun yang menangkap ini (pesan) dan ini padahal tiga jam sebelum aksi penembakan,” tulis pengguna Instagram dengan akun jen_knee_fur89. Meski demikian, sejumlah pengguna lainnya berpendapat sangat tidak mungkin mengharapkan operator media sosial mengamati jutaan pesandan posting secara real-time dan secara sepihak melakukan aksi menghapus pesan.
Risikonya adalah dianggap melanggar kebebasan bicara di dunia online. Terlebih, sejumlah media sosial, contohnya Twitter , memosisikan sebagai sebuah platform atau kanal konten, ketimbang sebagai penerbit. Posisi tersebut yang membuat media sosial berada dalam situasi sulit dalam mengambil sikap. Peristiwa ini mendapat perhatian serius dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. “Mereka (petugas polisi) pantas mendapat respek dan ucapan terima kasih selamanya.”
Sugeng wahyudi
Dua petugas NYPD yang menjadi korban adalah Rafael Ramos dan Wenjian Liu. Ramos diketahui duduk di belakang kemudi dan Liu duduk di sampingnya saat tengah melakukan tugas di wilayah dengan tingkat kriminalitas tinggi, Brooklyn.
Komisioner Polisi New York William Bratton dalam konferensi pers seusai insiden, Sabtu petang, membeberkan kronologi kejadian. Dari keterangan saksi yang dihimpun, diketahui, pelaku pembunuhan tiba-tiba mendekat ke samping mobil patroli kedua polisi dan langsung melepaskan tembakan.
“Dia (pelaku) menembakkan pistolnya beberapa kali, mengarahkan ke kepala petugas Peristiwa terjadi begitu cepat. Pelaku menembak begitu saja, membunuh petugas tanpa sebelumnya mengeluarkan peringatan atau adanya provokasi. Ini murni pembunuhan,” terang Bratton, dilansir CNN.
Keluarga, anggota kepolisian, dan puluhan warga yang mengetahui peristiwa larut dalam suasana duka dan berkumpul di Woodhull Medical Center, tempat kedua polisi yang tewas mendapatkan perawatan sebelumnya. Mereka berusaha menguatkan satu sama lain. Ramos diketahui akan menginjak usia 40 tahun bulan ini dan Liu baru saja menikah dua bulan yang lalu.
Bratton mengungkap, insiden tersebut memukul institusi kepolisian. Lebih-lebih, petugas kepolisian saat ini seperti tengah menjadi incaran kelompok kriminal AS, menyusul terbunuhnya warga kulit hitam baru-baru ini. Sejumlah analisis mengaitkan adanya keterkaitan pembunuhan dua anggota polisi ini dengan tewasnya dua warga kulit hitam, Michael Brown dan Eric Garner.
Ini semacam aksi balasan terhadap peristiwa sebelumnya. Ironisnya, pelaku ditemukan tewas di dekat stasiun bawah tanah. Polisi mengidentifikasi pelaku bernama Ismaaiyl Brinsley. Pelaku disebutkan datang ke New York dari Baltimore. Warga kulit hitam itu diketahui tinggal di wilayah pinggiran Atlanta, Union City, Georgia. Bratton mengatakan, Brinsley kemungkinan memiliki hubungan dengan kelompok gang Brooklyn.
Namun, tidak diterangkan lebih jauh apa bentuk keterikatannya. Polisi tengah menginvestigasi beberapa posting yang diduga dibuat Brinsley pada akun jejaring sosial. Ada satu posting yang berisi ancaman pembunuhan polisi di akun Instagram miliknya. Akun tersebut juga memuat gambar pistol dan sebuah pesan yang mengatakan bahwa itu sebagai pesan terakhirnya.
Munculnya pesan ancaman dalam akun terduga pelaku beberapa jam sebelum eksekusi lantas mengundang kritik dari sejumlah pengguna media sosial di AS. Mereka berpendapat, media sosial semestinya bisa melakukan tindakan yang lebih untuk ikut mencegah aksi kriminalitas.
“Mengapa tak satu pun yang menangkap ini (pesan) dan ini padahal tiga jam sebelum aksi penembakan,” tulis pengguna Instagram dengan akun jen_knee_fur89. Meski demikian, sejumlah pengguna lainnya berpendapat sangat tidak mungkin mengharapkan operator media sosial mengamati jutaan pesandan posting secara real-time dan secara sepihak melakukan aksi menghapus pesan.
Risikonya adalah dianggap melanggar kebebasan bicara di dunia online. Terlebih, sejumlah media sosial, contohnya Twitter , memosisikan sebagai sebuah platform atau kanal konten, ketimbang sebagai penerbit. Posisi tersebut yang membuat media sosial berada dalam situasi sulit dalam mengambil sikap. Peristiwa ini mendapat perhatian serius dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. “Mereka (petugas polisi) pantas mendapat respek dan ucapan terima kasih selamanya.”
Sugeng wahyudi
(bbg)