Riset dan Bisnis Segera Disinergikan

Senin, 22 Desember 2014 - 11:55 WIB
Riset dan Bisnis Segera...
Riset dan Bisnis Segera Disinergikan
A A A
JAKARTA - Pemerintah akan mulai menyinergikan riset dengan bisnis. Pasalnya dunia industri belum memakai pe nelitian yang hingga kini sudah ada 11.000 riset.

Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Men ristek dikti) Muhammad Nasir ber harap ada satu media yang bisa mempertemukan riset dan bisnis dengan pemerintah sebagai fasilitatornya. Nasir menilai pu blikasi atas riset-riset selama ini sudah bagus, tetapi yang men jadi masalah adalah pemanfaatannya.

“Riset yang dilakukan diharapkan dapat mem perbaiki sektor yang sudah ada misalnya riset dibidang kesehatan,” katanya selepas acara Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa di Gedung Dikti kemarin. Nasir menjelaskan, ada dua macam riset, yakni dalam bentuk teknologi dan inovasi.

Jika dalam tahap inovasi bisa dihilirkan. Dia mencontohkan adanya penelitian mengenai bahan pokok pengganti makanan. Beras diganti dengan paduan wortel dicampur ubi yang kom posisi nya setara dengan beras. Berdasarkan data, jumlah riset yang dilakukan Kemenristek se panjang 2008-2014 sebanyak 671 riset, tetapi yang sudah diterapkan baru 106 riset.

Sementara di Dikti mencapai 11.000, tetapi belum ada laporan mengenai riset yang sudah diterapkan. Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Dikti Kemenristekdikti Agus Subekti mengakui, masih banyak penelitian yang belum dilirikindustri. Diapunber harap pihak-pihak yang mem pu nyai kemampuan untuk mengindustrikan dan meng investasikan dananya untuk hasil-hasil penelitian itu dapat menampungnya.

Disebutkan, pihak nya memberikan alokasi dana hibah kepada perguruan tinggi yang diperuntukkan melakukan kegiatan penelitian. “Kalau yang didanai dari Dikti, yang sudah menghasilkan proto tipe laboratorium, teknologi tepat guna, tidak kurang dari 400 penelitian pertahun, itu bisa kita publikasikan,” ungkapnya.

Chief Political Analyst in the Global Business Environment team Shell International Cho Oon Khong mengatakan, Shell melakukan riset terhadap kelayakan kota. Riset tersebut mem prediksi pada 2050, sekitar tiga perempat dari populasi didunia yang diperkirakan men capai 9 miliar akan tinggal di perkotaan. Dia mengatakan, dari segi ekonomi kondisi ini bisa menjadi peluang.

Namun di sisi lain menjadi tantangan berat bagi sistem dan sumber daya karena perkotaan dunia sudah tidak layak huni. “Ber tambahnya jumlah penduduk yang terus meningkat mem buat layanan kota akan semakin tidak efektif,” katanya dalam Pers Conference tentang hasil riset Shell tentang Kota Layak Huni dengan Energi Ramah Lingkungan.

Cho-Oon menyebutkan, kota tidak layak huni karena tak dapat menyediakan fasilitas layanan infrastruktur untuk mewadahi aktivitasmasyarakat sehari-hari dikota yang semakin padat. Jadi, kedepan akan makin banyak masyarakat kota yang tidak merasanyamanlagi tinggaldikota karena kepadatan penduduk.

Nneng zubaidah
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6631 seconds (0.1#10.140)