Badai Salju Renggut 11 Nyawa
A
A
A
TOKYO - Badai salju yang melanda Jepang sejak beberapa hari terakhir memakan korban. Jumlah korban tewas hingga kemarin dikabarkan mencapai 11. Ini meningkat dari laporan sebelumnya, Kamis (18/12), berjumlah lima orang.
Korban tewas, sebagaimana dilaporkan NHK, memiliki beragam penyebab. Di antaranya pengendara mobil mengalami kecelakaan. Kendaraan yang dikemudikannya menabrak tiang listrik karena cuaca buruk. Korban lain, nenek 74 tahun, terjebak di bawah atap rumah yang ambruk karena tidak sanggup menahan beban salju.
Kasus paling fatal terjadi di Hiroshima saat seorang pengendara mobil yang baru saja keluar ditabrak mobil lainnya karena jarak pandang yang terbatas. Sumber lain, News Australia, melaporkan, perempuan dewasa tewas saat dihantam alat pembajak salju di Hokkaido. Selanjutnya seorang pria berusia 68 tahun tewas karena terjatuh dari atap rumahnya di Niigata saat membersihkan salju.
The Japan Times juga melaporkan, seorang lelaki 58 tahun dari Shikaoi, Hokkaido, meninggal karena serangan jantung saat berkendara menuju ke rumah. Jenazahnya ditemukan di dalam mobil yang sudah tertutup salju. Tambahan enam korban, dengan lima lainnya dilaporkan meninggal pada Kamis, membuat total korban tewas mencapai 11 orang. Besar kemungkinan korban akan meningkat jika cuaca terus memburuk.
Buruknya cuaca di seantero Jepang diungkapkan ahli meteorologi Weather.com , Jon Erdman. Seperti yang melanda wilayah Tsunan, Distrik Nakauonuma, Prefektur Niigata. Ketebalan salju di wilayah itu hingga Kamis malam disebutkan mencapai 207 sentimeter (cm). Tujuh lokasi lain di barat Honshu dilaporkan mencapai 150 cm seperti dikabarkan Badan Meteorologi Jepang (JMA).
“Sistem frontal kuat lain pekan ini kemungkinan akan mengaktifkan kembali efek laut mesin salju di Jepang hingga Senin meski efek laut salju semestinya cenderung menurun pada Jumat,” kata Erdman. “Pekan depan curah salju bakal sangat impresif sebagaimana tipe keras efek hantaman area laut.
” Selain memakan korban, badai salju juga mengganggu transportasi, terutama jadwal penerbangan dan kereta api. Layanan antara ibu kota kepulauan Sapporo dan wilayah lain hingga kemarin masih ditutup, termasuk kereta di wilayah barat laut Honshu. Lebih dari 100 penerbangan domestik, terutama di Hokkaido, juga dibatalkan sejak Kamis.
Wilayah Hokkaido, yang paling parah diterjang badai, juga terpaksa meliburkan sekolah. Lebih dari 1.200 sekolahan ditutup, bersamaan dengan sejumlah jalan bebas hambatan. Menurut JMA, apa yang terjadi saat ini kemungkinan adalah badai terparah yang menghantam kepulauan utara Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
JMA meminta warga terus waspada dan memerhatikan sistem peringatan. Terkait penanganan korban lebih banyak, otoritas juga telah mengevakuasi sekitar 150 orang yang terjebak salju. Dampak badai semakin luas ketika sekitar 20.000 rumah warga sejak Selasa hingga Rabu mengalami pemadaman. JMA juga mengeluarkan tanda peringatan bagi wilayah utara, tengah, dan barat Jepang demi mengantisipasi bencana.
Otoritas mengingatkan bahwa angin kencang dan salju yang masih akan turun bisa berisiko menyebabkan longsor, banjir, dan salju runtuh.
Sugeng wahyudi
Korban tewas, sebagaimana dilaporkan NHK, memiliki beragam penyebab. Di antaranya pengendara mobil mengalami kecelakaan. Kendaraan yang dikemudikannya menabrak tiang listrik karena cuaca buruk. Korban lain, nenek 74 tahun, terjebak di bawah atap rumah yang ambruk karena tidak sanggup menahan beban salju.
Kasus paling fatal terjadi di Hiroshima saat seorang pengendara mobil yang baru saja keluar ditabrak mobil lainnya karena jarak pandang yang terbatas. Sumber lain, News Australia, melaporkan, perempuan dewasa tewas saat dihantam alat pembajak salju di Hokkaido. Selanjutnya seorang pria berusia 68 tahun tewas karena terjatuh dari atap rumahnya di Niigata saat membersihkan salju.
The Japan Times juga melaporkan, seorang lelaki 58 tahun dari Shikaoi, Hokkaido, meninggal karena serangan jantung saat berkendara menuju ke rumah. Jenazahnya ditemukan di dalam mobil yang sudah tertutup salju. Tambahan enam korban, dengan lima lainnya dilaporkan meninggal pada Kamis, membuat total korban tewas mencapai 11 orang. Besar kemungkinan korban akan meningkat jika cuaca terus memburuk.
Buruknya cuaca di seantero Jepang diungkapkan ahli meteorologi Weather.com , Jon Erdman. Seperti yang melanda wilayah Tsunan, Distrik Nakauonuma, Prefektur Niigata. Ketebalan salju di wilayah itu hingga Kamis malam disebutkan mencapai 207 sentimeter (cm). Tujuh lokasi lain di barat Honshu dilaporkan mencapai 150 cm seperti dikabarkan Badan Meteorologi Jepang (JMA).
“Sistem frontal kuat lain pekan ini kemungkinan akan mengaktifkan kembali efek laut mesin salju di Jepang hingga Senin meski efek laut salju semestinya cenderung menurun pada Jumat,” kata Erdman. “Pekan depan curah salju bakal sangat impresif sebagaimana tipe keras efek hantaman area laut.
” Selain memakan korban, badai salju juga mengganggu transportasi, terutama jadwal penerbangan dan kereta api. Layanan antara ibu kota kepulauan Sapporo dan wilayah lain hingga kemarin masih ditutup, termasuk kereta di wilayah barat laut Honshu. Lebih dari 100 penerbangan domestik, terutama di Hokkaido, juga dibatalkan sejak Kamis.
Wilayah Hokkaido, yang paling parah diterjang badai, juga terpaksa meliburkan sekolah. Lebih dari 1.200 sekolahan ditutup, bersamaan dengan sejumlah jalan bebas hambatan. Menurut JMA, apa yang terjadi saat ini kemungkinan adalah badai terparah yang menghantam kepulauan utara Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
JMA meminta warga terus waspada dan memerhatikan sistem peringatan. Terkait penanganan korban lebih banyak, otoritas juga telah mengevakuasi sekitar 150 orang yang terjebak salju. Dampak badai semakin luas ketika sekitar 20.000 rumah warga sejak Selasa hingga Rabu mengalami pemadaman. JMA juga mengeluarkan tanda peringatan bagi wilayah utara, tengah, dan barat Jepang demi mengantisipasi bencana.
Otoritas mengingatkan bahwa angin kencang dan salju yang masih akan turun bisa berisiko menyebabkan longsor, banjir, dan salju runtuh.
Sugeng wahyudi
(ars)