Paraguay Sarankan RI Beralih Gunakan Energi Terbarukan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki kandungan minyak, gas, dan batu bara yang cukup melimpah. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri, kebutuhan energi dalam negeri masih harus dipenuhi dari impor.
Hal ini karena sampai saat ini hampir 90% sumber energi di Indonesia masih bergantung pada energi konvensional yang terbatas dan akan habis pada masa tertentu. Duta Besar (Dubes) Paraguay untuk Indonesia H.E. Cesar Esteban Grillon mengimbau Pemerintah Indonesia untuk mengubah mindset penggunaan energi. ”Indonesia menggunakan sangat banyak energi konvensional.
Seharusnya sebaliknya, sebab Indonesia memiliki banyak air laut. Energi terbarukan lebih baik, cepat, dan lebih murah,” kata Grillon kepada KORAN SINDO di sela kuliah umum bertema ”Sustainability of Energy Resource in Indonesia” di Universitas Bhayangkara, Jakarta, kemarin.
Grillon menambahkan, Paraguay mampu melepaskan ketergantungan terhadap energi konvensional sejak membuka Dam Itaipu pada 1984. Damhydroelectric di Sungai Parana yang terletak antara Paraguay dan Brasil itu mampu membangkitkan energi sebesar 98,6 TWh pada 2013 dan menjadi hydroelectric terbesar di dunia.
”Energi terbarukan juga tidak menyebabkan polusi karena ramah lingkungan. Kami 100% menggunakan energi terbarukan. Kami tidak perlu mengimpor minyak lagi. Kami mampu menghasilkan banyak energi sehingga kami juga melakukan ekspor yang besar kepada Brasil dan Argentina,” ujarnya. Indonesia, kata Esteban, layaknya surga karena memiliki banyak sumber daya alam (SDA).
”Indonesia juga berpotensi memiliki dam terbesar di Asia,” katanya. Biaya yang diperlukan untuk memasang tidal di laut sekitar USD2,5-3 juta, sedangkan hydroelectric sekitar USD2 juta per satu megawatt. ”Meskipun tidal lebih mahal, biaya kembali juga lebih cepat,” pungkasnya.
Wakil Ketua I DPP LVRI Mayjen TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo dalam kesempatan yang sama mengatakan, Indonesia perlu memanfaatkan SDA secara maksimal. Menurutnya, SDA di Indonesia justru sering diperebutkan asing, baik secara langsung ataupun terselubung. “Karena itu, kita juga harus menjaga SDA dari kepemilikan asing,” katanya.
Berdasarkan data perusahaan listrik negara (PLN), konsumsi energi Indonesia cukup besar. PLN memperkirakan rata-rata pertumbuhan listrik di Indonesia untuk periode 2011–2020 ialah 8,46% per tahun. Kenaikan paling tinggi terjadi di wilayah Indonesia Timur (10,8%) dan Barat (10,2%). Sementara, kebutuhan listrik di Jawa-Bali diperkirakan hanya akan tumbuh 7,8% per tahun.
Muh shamil
Hal ini karena sampai saat ini hampir 90% sumber energi di Indonesia masih bergantung pada energi konvensional yang terbatas dan akan habis pada masa tertentu. Duta Besar (Dubes) Paraguay untuk Indonesia H.E. Cesar Esteban Grillon mengimbau Pemerintah Indonesia untuk mengubah mindset penggunaan energi. ”Indonesia menggunakan sangat banyak energi konvensional.
Seharusnya sebaliknya, sebab Indonesia memiliki banyak air laut. Energi terbarukan lebih baik, cepat, dan lebih murah,” kata Grillon kepada KORAN SINDO di sela kuliah umum bertema ”Sustainability of Energy Resource in Indonesia” di Universitas Bhayangkara, Jakarta, kemarin.
Grillon menambahkan, Paraguay mampu melepaskan ketergantungan terhadap energi konvensional sejak membuka Dam Itaipu pada 1984. Damhydroelectric di Sungai Parana yang terletak antara Paraguay dan Brasil itu mampu membangkitkan energi sebesar 98,6 TWh pada 2013 dan menjadi hydroelectric terbesar di dunia.
”Energi terbarukan juga tidak menyebabkan polusi karena ramah lingkungan. Kami 100% menggunakan energi terbarukan. Kami tidak perlu mengimpor minyak lagi. Kami mampu menghasilkan banyak energi sehingga kami juga melakukan ekspor yang besar kepada Brasil dan Argentina,” ujarnya. Indonesia, kata Esteban, layaknya surga karena memiliki banyak sumber daya alam (SDA).
”Indonesia juga berpotensi memiliki dam terbesar di Asia,” katanya. Biaya yang diperlukan untuk memasang tidal di laut sekitar USD2,5-3 juta, sedangkan hydroelectric sekitar USD2 juta per satu megawatt. ”Meskipun tidal lebih mahal, biaya kembali juga lebih cepat,” pungkasnya.
Wakil Ketua I DPP LVRI Mayjen TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo dalam kesempatan yang sama mengatakan, Indonesia perlu memanfaatkan SDA secara maksimal. Menurutnya, SDA di Indonesia justru sering diperebutkan asing, baik secara langsung ataupun terselubung. “Karena itu, kita juga harus menjaga SDA dari kepemilikan asing,” katanya.
Berdasarkan data perusahaan listrik negara (PLN), konsumsi energi Indonesia cukup besar. PLN memperkirakan rata-rata pertumbuhan listrik di Indonesia untuk periode 2011–2020 ialah 8,46% per tahun. Kenaikan paling tinggi terjadi di wilayah Indonesia Timur (10,8%) dan Barat (10,2%). Sementara, kebutuhan listrik di Jawa-Bali diperkirakan hanya akan tumbuh 7,8% per tahun.
Muh shamil
(bbg)