Dunia Usaha Cemaskan Rupiah

Kamis, 18 Desember 2014 - 10:42 WIB
Dunia Usaha Cemaskan...
Dunia Usaha Cemaskan Rupiah
A A A
JAKARTA - Kalangan dunia usaha mulai mencemaskan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selain berharap nilai tukar rupiah segera stabil, mereka juga menuntut pemerintah segera merealisasikan berbagai insentif yang mendukung dunia bisnis.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia Azis Pane mengaku khawatir pelemahan kurs rupiah akan mengganggu bisnis. Meski berorientasi ekspor, kandungan impor untuk industri ban tinggi. ”Industri ban konten impornya 62%, tinggi juga. Jadi gak nutup,” ujar Azis Pane ketika dihubungi KORAN SINDO tadi malam.

Apalagi saat ini kinerja ekspor juga sedang tertekan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor utama seperti China dan Eropa. Harga komoditas juga sedang lemah. Karena itu, pengusaha ban berharap pemerintah merealisasikan insentif yang dijanjikan berupa taxallowance.

”Kami akan kesulitan karena kami impor bahan baku dan industri padat modal. Kalau (nilai tukar Rupiah) Rp13.000, kami repot,” ungkapnya. Berharap besarnya volume ekspor tidak mungkin karena kondisi Eropa dan China sedang merosot. Menurut dia, pengusaha ban berharap nilai tukar rupiah stabil di kisaran Rp11.000 hingga Rp11.400.

Sebelumnya Asosiasi Pengusaha Indonesia( Apindo) memintakepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) agar mengantisipasi pelemahan rupiah. Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, jika pelemahan rupiah dibiarkan, sesuatu yang luar biasa akan menimpa perekonomian Indonesia.

”Mudah-mudahan waktu ke depan bisa diantisipasi. Kalau terus-terusan begini, dampaknya akan luar biasa,” tegas dia. Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai gejolak perekonomian global yang mengakibatkan pelemahan rupiah tidak perlu terlalu dikhawatirkan selama fundamental ekonomi Indonesia dalam kondisi baik.

”Sentimen di negara emerging market memang sedang buruk, namun itu sifatnya temporer. Nanti begitu orang lihat fundamentalnya baik, rupiah akan lebih stabil,” ucap dia di Jakarta kemarin. Mirzamenegaskan, saat inipenguatan nilai tukar dolar seiring membaiknya perekonomian AS, yang kemudian berimbas pada melemahnya mata uang negara kawasan.

”Namun, pemerintah dan BI juga sudah melakukan kebijakan moneter dan fiskal yang prudent, investasi dengan satu pintu, ekspor hasil perikanan. Itu kan semua positif,” ungkap dia. Menurut Mirza, kondisi gejolak ekonomi saat ini masih jauh bila dibandingkan krisis ekonomi 1998. BI akan terus berada di pasar dan siap melakukan intervensi bila diperlukan.

”Memang kita tidak bisa lepas dari turbulensi, tapi habis itu membaik. Selama fundamentalnya membaik situasinya akan cepat pulih. Jadi jangan terlalu khawatir,” ungkap dia. Kendati rupiah mengalami depresiasi akibat dolar AS menguat, lanjut Mirza, itu juga tidak perlu disoroti secara berlebihan. Hampir semua negara mata uangnya mengalami pelemahan dan rupiah relatif lebih baik karena tidak terdepresiasi secara mendalam.

”Apa yang terjadi di emerging market satu, terjadi di emerging market lainnya memang tidak bisa dibantah. Tapi yang fundamentalnya bagus akan mendapat poin. Namun, tentunya tidak bisa lepas dari fluktuasi karena kita masih defisit kan,” tutur Mirza. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kemarin sore bergerak menguat sebesar 73 poin menjadi Rp12.652 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.725 per dolar AS.

Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra mengatakan, pergerakan mata uang rupiah di kisaran Rp12.600-12.700 per dolar AS cukup stabil. ”Nilai tukar rupiah memang masih dalam tren pelemahan, namun dapat dimanfaatkan untuk mendorong ekspor. Dengan begitu, dapat mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia ke depan,” katanya.

Menurut dia, tren pelemahan rupiah saat ini juga dinilai wajar menyusul permintaan dolar AS menjelang akhir tahun cukup tinggi. Di sisi lain juga ada aksi jual obligasi pemerintah menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed Rate ). ”Ke depan mata uang rupiah akan kembali stabil ke level Rp12.000 per dolar AS,” ujarnya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, meski fluktuasi nilai tukar rupiah masih cukup normal saat ini, sikap kehati-hatian tetap perlu dijaga di tengah sentimen dari neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia masih mengalami defisit.

”Defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia masih cukup besar. Maka, yang harus dilakukan pemerintah adalah berusaha menaikkan ekspor dan menurunkan impor,” kata Ito di Jakarta kemarin. Ito menambahkan, pelemahan mata uang rupiah juga dialami oleh nilai tukar negara lain seperti yen Jepang, won Korea, dolar Australia, rupee India, dan lainnya.

Dalam menjaga mata uang rupiah, lanjut Ito, Bank Indonesia yang lebih berperan dalam menjaga volatilitasnya agar tetap stabil sehingga tidak membuat pasar khawatir. ”Tentu BI lebih tahu seberapa besar melakukan intervensi. Ini kan mekanisme pasar. BI juga harus membiarkan pasar bertindak secara rasional kecuali terjadi pelemahan rupiah yang terlalu dalam, BI bisa melakukan intervensi,” tuturnya.

Dia menyarankan perusahaan tercatat atau emiten di pasar modal domestik menyelaraskan pendapatan dengan utang dalam bentuk dolar AS sehingga tidak mengganggu kinerja keuangan di tengah pelemahan mata uang rupiah.

Mengenai kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG), Ito menilai, kinerjanya masih positif meski sempat mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir. ”Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, indeks BEI masih tumbuh ‘double digit’ tahun ini,” ujarnya. Dalam data BEI tercatat IHSG membukukan pertumbuhan sebesar 17,59% atau berada di level 5.026,03 poin per 16 Desember 2014.

Dorong Ekspor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kalangan pengusaha untuk memanfaatkan momentum fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar untuk mendorong peningkatan ekspor. ”Kesempatan seperti ini, dari sisi industri didorong diberi insentif sehingga industri yang berorientasi ekspor bisa bergerak lebih cepat sehingga mengambil keuntungan dari pelemahan rupiah ini,” kata Presiden saat membuka rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Presiden Jakarta kemarin.

Presiden mengatakan, pelemahan mata uang lokal terhadap dolar Amerika Serikat tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga dialami negara lain. ”Kita melihat negara kita dibandingkan dengan Jepang, Malaysia, dan Rusia, kita pada posisi yang sangat baik,” ucapnya. Meski demikian, komunikasi antara pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus dilakukan untuk mengelola fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Wapres Jusuf Kalla menegaskan, dengan pelemahan rupiah saat ini, impor Indonesia ke mancanegara yang menggunakan nilai dolar akan mengalami penurunan. Sedangkan nilai ekspor akan mengalami kenaikan yang signifikan.

”Nah, jadi karena itu, akan menyebabkan stabilitas ekonomi lebih cepat. Karena defisit akan cepat menurun, apalagi setelah kebijakan kita sebelumnya mendukung, kebijakan pengurangan subsidi, menaikkan BBM itu akan berlanjut sekaligus rupiah melemah dibanding dolar,” ucap Kalla di Kantor Presiden Jakarta.

Sejak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada Senin (15/12), pemerintah menilai ini sebagai sesuatu yang wajar. Terlebih nilai mata uang rupiah masih jatuh dalam kondisi yang wajar dibandingkan dengan mata uang asing lain seperti yen Jepang, won Korea, ringgit Malaysia, dolar Australia, dan sebagainya.

Dia menambahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang paling tepat bagi pemerintah berada di kisaran Rp12.000 sampai Rp12.500 per dolar. ”Stabilitas saya rasa ada di angka Rp12.000 per dolar. Itu cukup baguslah,” tambahnya.

Ria martati/Rarasati syarief/Kunthi fahmar sandy/Okezone/Ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9867 seconds (0.1#10.140)