Status Penyandera Dipertanyakan
A
A
A
SYDNEY - Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mempertanyakan kenapa penyandera Kafe Lindt tidak masuk dalam daftar orang yang diduga akan melakukan aksi terorisme.
Penyanderaan yang berlangsung selama 16 jam itu berakhir dengan penyerbuan polisi Australia sejak Senin (15/12) hingga Selasa (16/12) dini hari waktu setempat. Penyandera, Man Haron Monis,50, tewas ditembak polisi. Sedangkan, dua sandera lainnya juga meninggal dunia dalam penyerbuan.
“Bagaimana ketika seseorang yang memiliki sejarah panjang (kriminal) tidak masukdalamdaftar(teroris) dan bagaimana orang itu berada di dalam komunitas yang besar,” kata Abbott, dikutipAFP . Pemerintah Australia juga akan mengkaji kenapa Man Haron Monis mendapatkan jaminan. “Tingkat kontrol sangat diperlukan untuk mencegah orang (melakukan tindakan kriminal),” terangnya.
Selanjutnya, Abbott juga memberikan penghargaan kepada dua sandera yang meninggal pada penyergapan pada Senin malam. Adapun, kedua korban tewas adalah manajer kafe Tori Johnson, 34, dan seorang bernama Katrina Dawson, 38, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia memuji kedua sandera itu sebagai “orang baik”. Dua korban itu tewas ketika polisi menyerbu kafe di Martin Place pada Selasa dini hari waktu setempat untuk mengakhiri penyanderaan yang berlangsung selama 16 jam.
Pemerintah Negara Bagian New South Wales (NSW) akan memperketat penegakan hukum penyusul insiden Monis yang berhasil mendapatkan jaminan dan tidak masuk daftar pelaku kriminal. Mereka juga akan melakukan penyelidikan federal dan negara bagian untuk mengetahui kenapa Monis tidak masuk dalam jaringan sistem penegakan hukum.
“Kita sangat marah kenapa pria ini (Monis) bisa berada di jalanan. Warga berhak untuk kecewa. Saya sungguh sangat kecewa. Apakah kita akan memperbaikinya? Pastinya kita akan bekerjasama dengan Pemerintah Federal dalam beberapa pekan mendatang,” kata PM Negara Bagian Mike Baird, dikutip Sydney Morning Herald. Baird juga mengucapkan terima kasih kepada warga Sydney atas persatuan dalam menghadapi tragedi ini. “Sydney sungguh menakjubkan. Orangorangnya hebat,” pujinya.
Penyelidikan pun telah diluncurkan terhadap operasi penyerbuan dalam penyanderaan itu. Polisi juga menginvestigasi motif Monis, seorang pengungsi Iran yang dikenal sebagai ekstremis dan memiliki dakwaan kriminal dan bagaimana dia mampu mendapatkan senjata. Penyelidikan diperkirakan dapat memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
Dalam konferensi pers di depan ratusan jurnalis, Wakil Kepala Polisi NSW Catherine Burn tidak mengatakan apakah Monis yang menembak para sandera. Dia juga tidak mengonfirmasi laporan media bahwa manajer Tori Johnson tertembak ketika dia berkelahi dengan Monis yang membawa pistol.
Sementara, Pemerintah Indonesia mengecam terjadinya penyanderaan di Sydney. Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi memastikan, tidak ada korban warga negara Indonesia (WNI) dalam aksi tersebut. “Tidak ada korban WNI dalam insiden tersebut. Sudah kami konfirmasikan,” kata Retno. Selanjutnya Retno mengungkap, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah membuat hotline untuk tragedi tersebut, khususnya demi melindungi WNI.
“Saya kira kita perlu mempertegas bahwa apa yang dilakukan sama sekali tidak ada hubungannya dengan umat Islam,” ungkapnya.
Andika hendra m
Penyanderaan yang berlangsung selama 16 jam itu berakhir dengan penyerbuan polisi Australia sejak Senin (15/12) hingga Selasa (16/12) dini hari waktu setempat. Penyandera, Man Haron Monis,50, tewas ditembak polisi. Sedangkan, dua sandera lainnya juga meninggal dunia dalam penyerbuan.
“Bagaimana ketika seseorang yang memiliki sejarah panjang (kriminal) tidak masukdalamdaftar(teroris) dan bagaimana orang itu berada di dalam komunitas yang besar,” kata Abbott, dikutipAFP . Pemerintah Australia juga akan mengkaji kenapa Man Haron Monis mendapatkan jaminan. “Tingkat kontrol sangat diperlukan untuk mencegah orang (melakukan tindakan kriminal),” terangnya.
Selanjutnya, Abbott juga memberikan penghargaan kepada dua sandera yang meninggal pada penyergapan pada Senin malam. Adapun, kedua korban tewas adalah manajer kafe Tori Johnson, 34, dan seorang bernama Katrina Dawson, 38, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia memuji kedua sandera itu sebagai “orang baik”. Dua korban itu tewas ketika polisi menyerbu kafe di Martin Place pada Selasa dini hari waktu setempat untuk mengakhiri penyanderaan yang berlangsung selama 16 jam.
Pemerintah Negara Bagian New South Wales (NSW) akan memperketat penegakan hukum penyusul insiden Monis yang berhasil mendapatkan jaminan dan tidak masuk daftar pelaku kriminal. Mereka juga akan melakukan penyelidikan federal dan negara bagian untuk mengetahui kenapa Monis tidak masuk dalam jaringan sistem penegakan hukum.
“Kita sangat marah kenapa pria ini (Monis) bisa berada di jalanan. Warga berhak untuk kecewa. Saya sungguh sangat kecewa. Apakah kita akan memperbaikinya? Pastinya kita akan bekerjasama dengan Pemerintah Federal dalam beberapa pekan mendatang,” kata PM Negara Bagian Mike Baird, dikutip Sydney Morning Herald. Baird juga mengucapkan terima kasih kepada warga Sydney atas persatuan dalam menghadapi tragedi ini. “Sydney sungguh menakjubkan. Orangorangnya hebat,” pujinya.
Penyelidikan pun telah diluncurkan terhadap operasi penyerbuan dalam penyanderaan itu. Polisi juga menginvestigasi motif Monis, seorang pengungsi Iran yang dikenal sebagai ekstremis dan memiliki dakwaan kriminal dan bagaimana dia mampu mendapatkan senjata. Penyelidikan diperkirakan dapat memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
Dalam konferensi pers di depan ratusan jurnalis, Wakil Kepala Polisi NSW Catherine Burn tidak mengatakan apakah Monis yang menembak para sandera. Dia juga tidak mengonfirmasi laporan media bahwa manajer Tori Johnson tertembak ketika dia berkelahi dengan Monis yang membawa pistol.
Sementara, Pemerintah Indonesia mengecam terjadinya penyanderaan di Sydney. Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi memastikan, tidak ada korban warga negara Indonesia (WNI) dalam aksi tersebut. “Tidak ada korban WNI dalam insiden tersebut. Sudah kami konfirmasikan,” kata Retno. Selanjutnya Retno mengungkap, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah membuat hotline untuk tragedi tersebut, khususnya demi melindungi WNI.
“Saya kira kita perlu mempertegas bahwa apa yang dilakukan sama sekali tidak ada hubungannya dengan umat Islam,” ungkapnya.
Andika hendra m
(ars)