Pertaruhkan Hidup demi Keluarga

Selasa, 16 Desember 2014 - 09:33 WIB
Pertaruhkan Hidup demi Keluarga
Pertaruhkan Hidup demi Keluarga
A A A
Sekitar 100.000 anak di Meksiko yang usianya rata-rata masih di bawah 14 tahun memilih menjadi buruh petik hasil pertanian. Alejandria Castilo salah satunya. Gadis berusia 12 tahun ini dulu bercita-cita menjadi guru.

Namun kini dia harus meninggalkan mimpinya itu dan menjadi seorang buruh nomaden dari satu perkebunan ke perkebunan lainnya. Siang itu, Castillo menyibakkan rambut panjangnya, menghapus keringat di keningnya sesaat setelah memetik buah cabai. Dengan cekatan dia melemparkan cabai-cabai itu ke dalam sebuah wadah.

Castillo baru berhenti memetik setelah tumpukan cabai menyentuh pinggiran wadah dan mengangkatnya seorang diri. Setiap malam, dia tidur di alam terbuka dengan risiko digigit kalajengking atau ular berbisa. Pada pagi hari sebelum matahari terbit, dia sudah harus bekerja di ladang, menghadapi panasnya matahari dan terkadang dengan menahan rasa nyeri akibat kaki dan tangannya terluka lantaran tak sengaja terjatuh atau digigit serangga.

“Sebenarnya saya ingin menjadi guru, tetapi pekerjaan saya ini tidak memungkinkan saya bersekolah. Lagipula jika saya pergi sekolah, keluarga kami tidak akan mungkin bisa makan,” keluh Castillo seperti dikutip Los Angeles Times. Castillo adalah satu dari ratusan ribu anak yang bekerja menjadi buruh kasar di negara bagian Sinaloa, Michoacan, Jalisco, dan Guanajuato.

Castillo bekerja di Sinaloa, salah satu wilayah pertanian yang menjadi pemasok utama cabai di Amerika Serikat (AS) untuk wilayah Arizona. Adapun pertanian di Guanajuato mendistribusikan cabainya untuk wilayah Texas. Menurut penelitian yang dilakukan World Bank pada 2012 silam, tercatat ada lebih dari 100.000 anak Meksiko di bawah usia 14 tahun bekerja menjadi buruh.

Mereka memilih bekerja di perkebunan tomat di Baja California, Zacatecas, dan San Luis Potosi, kemudian juga di perkebunan stroberi di Baja California serta perkebunan kopi dan tebu di Veracruz dan Chiapas. Maraknya pekerja anak di Meksiko dilatarbelakangi meningkatnya kebutuhan AS akan produk pertanian Meksiko, sementara para pemilik pertanian enggan membayar orang dewasa yang kerap kali meminta upah besar.

Uniknya, para buruh anak ini tidak menetap di satu kawasan. Ketika satu wilayah pertanian sudah tidak menjanjikan, mereka akan mencari pertanian lain yang lebih segar. Mereka mengikuti panen dari desa ke desa, menempuh perjalanan lebih dari 1.000 mil di Meksiko tengah dan utara. Di musim dingin, mereka akan memilih di lahan pertanian pesisir Sinaloa selatan.

Menjadi buruh pertanian adalah pekerjaan berisiko. Menurut laporan media Meksiko, sejak 2010 setidaknya ada 100 buruh anak tewas di ladang. Sebagian besar kehilangan nyawa karena tertimpa traktor, dilanda penyakit, tenggelam di saluran irigasi, dan yang paling sering adalah terlempar dari bus atau truk.

Namun itu tidak menyurutkan langkah Castillo untuk bergerak mencari pertanian baru yang lebih menjanjikan. “Saya tidak ingin mengeluh. Ketika tidak ada lagi pertanian, kami harus melanjutkan perjalanan. Jika kami tetap tinggal, kami akan mati kelaparan,” ungkap Castillo.

Rini agustina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7924 seconds (0.1#10.140)