Fokus Sempurnakan Produk
A
A
A
Berdasarkan rumusan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), inovasi didefinisikan sebagai implementasi dari produk, proses, metode pemasaran, dan metode pengelolaan. Karena itu, inovasi merupakan kata pamungkas untuk mencapai daya saing yang tinggi.
Di era modern seperti sekarang, hampir setiap produk yang bersentuhan dengan kecanggihan teknologi informasi mendapatkan tempatnya di pasar. Minat konsumen bukan hanya terbatas pada pasar domestik dan regional, melainkan juga dapat menjangkau kawasan global.
Fakta itu dapat disaksikan dalam beberapa merek produk yang berbasiskan teknologi informasi, seperti Samsung, BlackBerry, Nokia, Apple, atau Microsoft. Kinerja inovasi sangat melekat pada sejumlah produk tersebut. Tanpa adanya inovasi dipastikan produk-produk yang tak asing di telinga ini akan cepat hilang dari ingatan publik.
Namun kenyataannya, sejumlah brand yang didominasi produk gadget tersebut selalu berinovasi melahirkan kecanggihan baru, lebih memenuhi keinginan konsumen dan kualitas yang tak diragukan lagi. Hasilnya, produkproduk tersebut memiliki pelanggan loyal di berbagai belahan dunia.
Pada prinsipnya, produk apa pun bisa memikat konsumen dalam jumlah besar asalkan pengelolaannya didekatkan dengan kecanggihan teknologi informasi. Pernyataan tersebut sebagaimana yang diungkapkan Direktur Utama PT Kelola Mina Laut (KML) Mohammad Nadjikh di acara diskusi panel bertajuk “Angkat Daya Saing Melalui Inovasi; Innovate or Die “ , yang diselenggarakan PPM Manajemen, Rabu (10/12).
Menurut dia, seorang eksekutif harus pandai mendekatkan model bisnis yang digeluti dengan kebutuhan masyarakat di era modern. Meski produk yang dipasarkan berupa makanan dan minuman olahan, namun jika model bisnisnya memanfaatkan technology hybrid maka itu menjadi keunggulan tersendiri.
“Ini karena pengusaha tersebut berhasil menciptakan diferensiasi produk melalui inovasi pengelolaan. Diferensiasi menjadi penting karena konsumen cenderung suka sesuatu yang berbeda,” ungkap Nadjikh. Lebih dari itu, inovasi juga bisa diciptakan dengan memanfaatkan potensi-potensi lokal yang memiliki pasar hingga kancah global. Hal ini sebagaimana yang dipraktikkan PT KML, yang sukses mengekspor hasil laut hingga sejumlah negara.
“Berbagai potensi lokal tersebut merupakan nilai tambah (added value) untuk menarik pasar global,” jelas Nadjikh. Sementara di tempat berbeda, Ketua MEA Center sekaligus Kepala Pusat Analisis Kerja Sama Internasional dan Antarlembaga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Anang Noegroho menjelaskan, secara umum sebuah inovasi produk tidak bisa secara keseluruhan didekatkan dengan kecanggihan teknologi informasi.
Dia mengatakan, yang lebih penting adalah kalangan pengusaha perlu mendapatkan pendampingan yang serius dari pemerintah. Pendampingan dapat dilakukan melalui empat pola, yaitu penguatan kelembagaan usaha, peningkatan daya saing produk, perlindungan pasar dalam negeri, dan peningkatan pasar ekspor.
“Ini menjadi domain yang perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah, di samping kerja keras kelompok bisnis sendiri,” urai Anang. Dalam rangka menghadapi MEA, Indonesia dituntut untuk berbenah diri di semua sisi. Selain di sektor inovasi produk, penguatan pasar domestik dinilai penting agar tidak hanya menjadi pusat berdiamnya produk-produk keluaran bangsa lain.
Pasar yang begitu besar ini hendaknya bisa dimaksimalkan oleh pemain- pemain bisnis lokal untuk memajukan ekonomi nasional. Pengamat bisnis dari Prasetiya Mulya Business School (PMBS) Rudy Handoko mengatakan, kelompok pebisnis tidak boleh melupakan keberadaan pasar lokal yang demikian besar dengan hanya berfokus memikirkan pasar regional.
Memang pasar regional ASEAN adalah kesempatan besar bagi Indonesia untuk membuktikan “keperkasaannya” di bidang ekonomi, tapi jangan sampai kehilangan akarnya sendiri. Menurut dia, jika produk-produk lokal disukai konsumen di pasar domestik maka akan mudah bagi merek tertentu untuk bisa mendapatkan pasar yang besar di kancah regional.
Sebab dalam beberapa produk tertentu, pasar dalam negeri menjadi ukuran sejauh mana produk tersebut akan diburu oleh konsumen regional. “Hal ini terutama bagi produk- produk agrobisnis. Indonesia menjadi rujukan bagi industri perkebunan di kawasan ASEAN,” urai Rudy kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Inovasi adalah kunci bagi keberhasilan sebuah produk. Ia bukan hanya bisa memuaskan pelanggan, melainkan juga mempertahankan konsumen yang loyal. Selain itu, inovasi produk juga bisa memperluas pasar dan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara menguntungkan.
Inovasi dinilai dapat memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan daya saing perusahaan di pasar domestik maupun global.
Nafi muthohirin /Islahuddin
Di era modern seperti sekarang, hampir setiap produk yang bersentuhan dengan kecanggihan teknologi informasi mendapatkan tempatnya di pasar. Minat konsumen bukan hanya terbatas pada pasar domestik dan regional, melainkan juga dapat menjangkau kawasan global.
Fakta itu dapat disaksikan dalam beberapa merek produk yang berbasiskan teknologi informasi, seperti Samsung, BlackBerry, Nokia, Apple, atau Microsoft. Kinerja inovasi sangat melekat pada sejumlah produk tersebut. Tanpa adanya inovasi dipastikan produk-produk yang tak asing di telinga ini akan cepat hilang dari ingatan publik.
Namun kenyataannya, sejumlah brand yang didominasi produk gadget tersebut selalu berinovasi melahirkan kecanggihan baru, lebih memenuhi keinginan konsumen dan kualitas yang tak diragukan lagi. Hasilnya, produkproduk tersebut memiliki pelanggan loyal di berbagai belahan dunia.
Pada prinsipnya, produk apa pun bisa memikat konsumen dalam jumlah besar asalkan pengelolaannya didekatkan dengan kecanggihan teknologi informasi. Pernyataan tersebut sebagaimana yang diungkapkan Direktur Utama PT Kelola Mina Laut (KML) Mohammad Nadjikh di acara diskusi panel bertajuk “Angkat Daya Saing Melalui Inovasi; Innovate or Die “ , yang diselenggarakan PPM Manajemen, Rabu (10/12).
Menurut dia, seorang eksekutif harus pandai mendekatkan model bisnis yang digeluti dengan kebutuhan masyarakat di era modern. Meski produk yang dipasarkan berupa makanan dan minuman olahan, namun jika model bisnisnya memanfaatkan technology hybrid maka itu menjadi keunggulan tersendiri.
“Ini karena pengusaha tersebut berhasil menciptakan diferensiasi produk melalui inovasi pengelolaan. Diferensiasi menjadi penting karena konsumen cenderung suka sesuatu yang berbeda,” ungkap Nadjikh. Lebih dari itu, inovasi juga bisa diciptakan dengan memanfaatkan potensi-potensi lokal yang memiliki pasar hingga kancah global. Hal ini sebagaimana yang dipraktikkan PT KML, yang sukses mengekspor hasil laut hingga sejumlah negara.
“Berbagai potensi lokal tersebut merupakan nilai tambah (added value) untuk menarik pasar global,” jelas Nadjikh. Sementara di tempat berbeda, Ketua MEA Center sekaligus Kepala Pusat Analisis Kerja Sama Internasional dan Antarlembaga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Anang Noegroho menjelaskan, secara umum sebuah inovasi produk tidak bisa secara keseluruhan didekatkan dengan kecanggihan teknologi informasi.
Dia mengatakan, yang lebih penting adalah kalangan pengusaha perlu mendapatkan pendampingan yang serius dari pemerintah. Pendampingan dapat dilakukan melalui empat pola, yaitu penguatan kelembagaan usaha, peningkatan daya saing produk, perlindungan pasar dalam negeri, dan peningkatan pasar ekspor.
“Ini menjadi domain yang perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah, di samping kerja keras kelompok bisnis sendiri,” urai Anang. Dalam rangka menghadapi MEA, Indonesia dituntut untuk berbenah diri di semua sisi. Selain di sektor inovasi produk, penguatan pasar domestik dinilai penting agar tidak hanya menjadi pusat berdiamnya produk-produk keluaran bangsa lain.
Pasar yang begitu besar ini hendaknya bisa dimaksimalkan oleh pemain- pemain bisnis lokal untuk memajukan ekonomi nasional. Pengamat bisnis dari Prasetiya Mulya Business School (PMBS) Rudy Handoko mengatakan, kelompok pebisnis tidak boleh melupakan keberadaan pasar lokal yang demikian besar dengan hanya berfokus memikirkan pasar regional.
Memang pasar regional ASEAN adalah kesempatan besar bagi Indonesia untuk membuktikan “keperkasaannya” di bidang ekonomi, tapi jangan sampai kehilangan akarnya sendiri. Menurut dia, jika produk-produk lokal disukai konsumen di pasar domestik maka akan mudah bagi merek tertentu untuk bisa mendapatkan pasar yang besar di kancah regional.
Sebab dalam beberapa produk tertentu, pasar dalam negeri menjadi ukuran sejauh mana produk tersebut akan diburu oleh konsumen regional. “Hal ini terutama bagi produk- produk agrobisnis. Indonesia menjadi rujukan bagi industri perkebunan di kawasan ASEAN,” urai Rudy kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Inovasi adalah kunci bagi keberhasilan sebuah produk. Ia bukan hanya bisa memuaskan pelanggan, melainkan juga mempertahankan konsumen yang loyal. Selain itu, inovasi produk juga bisa memperluas pasar dan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara menguntungkan.
Inovasi dinilai dapat memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan daya saing perusahaan di pasar domestik maupun global.
Nafi muthohirin /Islahuddin
(ars)