Berharap Kiprah Generasi Muda

Minggu, 14 Desember 2014 - 11:28 WIB
Berharap Kiprah Generasi Muda
Berharap Kiprah Generasi Muda
A A A
Orang berpengaruh tak melulu harus sosok berusia matang dengan kiprah sebagai pemimpin negara, tokoh dunia, miliarder, selebrita, atau lainnya. Kini sudah semakin banyak anak muda potensial berusia belasan tahun yang kiprahnya mampu menggebrak dunia serta memengaruhi cara pandang dan kehidupan manusia secara luas.

Oktober 2014 lalu, majalah Time merilis daftar remaja di bawah usia 20 tahun yang dinilai paling berpengaruh di dunia dengan tajuk 25 Most Influential Teens of 2014. Mereka dipantau dari konsistensi aktivitasnya, publikasi di berbagai media, media sosial, penghargaan, kesuksesan bisnis, dan lainnya.

Di antaranya adalah aktivis hak perempuan dalam pendidikan peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, 17, asal Pakistan; tiga remaja putri dari Irlandia penemu bakteri Diazotroph yakni Ciara Judge, 16, Émer Hickey, 17, and Sophie Healy-Thow, 17; atlet sepeda anggota Afghanistan National Cycling Team Salma Kakar, 17; hingga koki cilik asal AS Flynn McGarry, 15.

Tak kalah dengan teman-temannya di mancanegara, potensi besar dan prestasi anak-anak baru gede (ABG) di Indonesia juga layak diacungi jempol. Sebutsaja Maghrisa Regita Maharrani, 13. November 2014 lalu, Regita berhasil merebut tiga medali emas dalam Ice Skating Championship 2014 di Bangkok. Kejuaraan ini diikuti para atlet China, Uni Emirat Arab, Malaysia, Thailand, Singapura, danHong Kong.

Tiga nomor yang dimenanginya adalah figure skating short program alpha, figure skating alpha solo comp, dan figure skating stroking alpha. Prestasi ini mengharumkan nama Indonesia di kancah olahraga ice skatingdunia. “Ini merupakan keikutsertaan saya pertama di ajang internasional dan alhamdulillah bisa mendapatkan prestasi dengan tiga emas,” ujar gadis kelahiran 30 Desember 2001 ini kepada KORAN SINDO.

Siswi kelas VII SMP Pembangunan Jaya ini tidak ingin kejuaraan di Bangkok menjadi pengujung kariernya. Dia berobsesi untuk menorehkan prestasi lain di ajang-ajang internasional lainnya yang lebih besar. Dalam waktu dekat, misalnya kejuaraan dunia di Boston. Pada Agustus 2015 dia juga akan menjajal Skate Asia 2015 di Qingdao, China. Di bidang musik, Indonesia punya Joey Alexander Sila, 11.

Pianis cilik autodidak ini dianggap sebagai anak ajaib di blantika musik jazz. Kemahirannya memainkan tuts-tuts piano mengundang decak kagum kalangan dan komunitas penikmat musik jazz global. Dalam beberapa tahun terakhir, Joey bermain di panggung musik sekitar Eropa Timur dan Asia. Dia mendapat undangan langsung untuk tampil dalam World Youth and Jazz Festival 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Tahun lalu, Bocah kelahiran Bali, 21 Juni 2003 ini bahkan meraih Grand Prix 1st International Festival–Contest of Jazz Improvisation Skill di Odessa, Ukraina. Kemampuan Joey memainkan piano berawal saat ayahnya, Denny Sila, membawa pulang sebuah kibor saat diaberusia enam tahun.

“Suatu hari, saat saya pulang dari kantor, saya takjub tahu-tahu Joey sudah memainkan sebuah melodi yang sangat kompleks,” aku Denny. “Saya mendengar lagu, saya mencoba memainkannya sambil membaca catatan,” kata Joey. Baru-baru ini Joey memulai debutnya di New York, AS, antara lain di Lincoln Center.

“Kesempatan ini membuat saya semakin bersemangat bermain piano. Saya akan dan selalu memberikan yang terbaik di setiap penampilan saya,” tekad Joey yang saat ini sedang mengerjakan proyek album pertamanya. Indonesia juga tak pernah kehabisan sosok anak-anak muda yang menorehkan prestasi ilmiah. berprestasi.

Prestasi remaja yang dapat mempengaruhigaya hidupdankehidupankitamisalnya adalah karya dua siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 02 Sidoarjo, Yusril Anwar, 17, dan Dyhan Ramadhan, 17). Keduanya membuat ASYVO Tech Home (Android System and Voice Recognition), yaitu aplikasi android yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengendalikan, memantau, dan mengamankan rumah secara mobile (jarak jauh), praktis, dan otomatis. Ada juga dua siswa kelas XII IPA SMA Negeri 4 Pontianak Syarif Muhammad Nur Taufiq, 17, dan Nurul Annisa, 17.

Keduanya menggagas Lens_RG, yaitu lensa kontak bagi penderita buta warna parsial merah-hijau. Hasil penelitian mereka akan sangat membantu kehidupan orang-orang buta warna. Karya ilmiah Nurul dan Syarif sukses menyabet juara pertama dalam ajang National Young Inventors Award (NYIA) tahun ini.“Semangat berinovasi para remaja Indonesia harus terus dikembangkan. Semangat untuk menjawab persoalan di sekitar dengan cara sederhana itulah yang harus dipertahankan,” ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnaen.

Ishlahuddin/Nafi’ muthohirin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8947 seconds (0.1#10.140)