Banjir Terjang 4 Kabupaten
A
A
A
BANJARNEGARA - Sejumlah daerah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap diterjang banjir bandang yang terjadi sejak Kamis (11/12) malam hingga kemarin.
Banjir bandang Sungai Serayu tersebut terjadi akibat pengelola Waduk Mrica, Banjarnegara membuka empat pintu bendungan karena elevasi air sangat tinggi. “Sesuai dengan standar operasi, elevasi Waduk Mrica setinggi 229 meter,” ujar pejabat sementara Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy Arief Sugiyanto kemarin.
Kamis (11/12) elevasi air Waduk Mrica mencapai 231 meter dengan volume 42 juta meter kubik akibat tingginya curah hujan di daerah hulu Sungai Serayu. Bahkan, pasokan air yang masuk ke Waduk Mrica sempat mencapai 1.100 meter kubik per detik sehingga waduk menjadi penuh. “Karena empat pintu bendungan dibuka maka kawasan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap diterjang banjir,” ucapnya.
Menurut dia, beberapa daerah yang diterjang banjir bandang DAS Serayu di antaranya Kecamatan Purwareja Klampok dan Susukan, Banjarnegara, yang mengakibatkan puluhan rumah warga terendam banjir. Selain itu, banjir juga merendam beberapa desa di Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, serta Kecamatan Somagede dan Kalibagor, Banyumas.
Sementara di Cilacap, sebuah alat berat yang sedang digunakan untuk mengerjakan pembangunan jembatan rel kereta api juga terseret banjir bandang Sungai Serayu. Banjir bandang juga merendam ratusan hektare sawah yang baru ditanami padi maupun siap tanam di empat kabupaten itu. “Kami belum dapat memastikan berapa banyak bangunan irigasi dan tebing sungai yang mengalamikerusakanakibatluapan Sungai Serayu. Saat ini kami memikirkan penyelamatan manusia terlebih dahulu,” ujar Arief.
Anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah (Jateng) Eddy Wahono mengatakan salah satu penyebab tingginya volume air yangmasukkeDASSerayuadalah kerusakan daerah hulu terutama di Dataran Tinggi Dieng. Menurut dia, hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian sehingga tidak ada lahan untuk penyerapan ketika intensitas hujan di daerah hulu Sungai Serayu tinggi.
“Akibatnya, air hujan langsung masuk ke DAS Serayu,” katanya. Taroni, 55, korban tewas akibat longsor di Desa Pasuruhan, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo kemarin akhirnya bisa ditemukan. Camat Watumalang, BambangSutrisno mengatakan jasad korban baru ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB. Korban mengalami lukaluka di bagian kepala dan dada.
Berdasarkan keterangan warga, saat longsor terjadi Kamis (11/12), korban sedang berada di sawah. Tiba-tiba tebing setinggi 10 meter yang berada di atasnya longsor dan menimpa korban. Sebenarnya korban sudah berlari menyelamatkan diri tetapi tidak berhasil. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana mengatakan potensi bencana susulan juga masih memungkinkan terjadi. Sebab, puncak musim hujan masih memungkinkan terjadi pada akhir tahun.
Amin fauzi/ant
Banjir bandang Sungai Serayu tersebut terjadi akibat pengelola Waduk Mrica, Banjarnegara membuka empat pintu bendungan karena elevasi air sangat tinggi. “Sesuai dengan standar operasi, elevasi Waduk Mrica setinggi 229 meter,” ujar pejabat sementara Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy Arief Sugiyanto kemarin.
Kamis (11/12) elevasi air Waduk Mrica mencapai 231 meter dengan volume 42 juta meter kubik akibat tingginya curah hujan di daerah hulu Sungai Serayu. Bahkan, pasokan air yang masuk ke Waduk Mrica sempat mencapai 1.100 meter kubik per detik sehingga waduk menjadi penuh. “Karena empat pintu bendungan dibuka maka kawasan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap diterjang banjir,” ucapnya.
Menurut dia, beberapa daerah yang diterjang banjir bandang DAS Serayu di antaranya Kecamatan Purwareja Klampok dan Susukan, Banjarnegara, yang mengakibatkan puluhan rumah warga terendam banjir. Selain itu, banjir juga merendam beberapa desa di Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, serta Kecamatan Somagede dan Kalibagor, Banyumas.
Sementara di Cilacap, sebuah alat berat yang sedang digunakan untuk mengerjakan pembangunan jembatan rel kereta api juga terseret banjir bandang Sungai Serayu. Banjir bandang juga merendam ratusan hektare sawah yang baru ditanami padi maupun siap tanam di empat kabupaten itu. “Kami belum dapat memastikan berapa banyak bangunan irigasi dan tebing sungai yang mengalamikerusakanakibatluapan Sungai Serayu. Saat ini kami memikirkan penyelamatan manusia terlebih dahulu,” ujar Arief.
Anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah (Jateng) Eddy Wahono mengatakan salah satu penyebab tingginya volume air yangmasukkeDASSerayuadalah kerusakan daerah hulu terutama di Dataran Tinggi Dieng. Menurut dia, hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian sehingga tidak ada lahan untuk penyerapan ketika intensitas hujan di daerah hulu Sungai Serayu tinggi.
“Akibatnya, air hujan langsung masuk ke DAS Serayu,” katanya. Taroni, 55, korban tewas akibat longsor di Desa Pasuruhan, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo kemarin akhirnya bisa ditemukan. Camat Watumalang, BambangSutrisno mengatakan jasad korban baru ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB. Korban mengalami lukaluka di bagian kepala dan dada.
Berdasarkan keterangan warga, saat longsor terjadi Kamis (11/12), korban sedang berada di sawah. Tiba-tiba tebing setinggi 10 meter yang berada di atasnya longsor dan menimpa korban. Sebenarnya korban sudah berlari menyelamatkan diri tetapi tidak berhasil. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana mengatakan potensi bencana susulan juga masih memungkinkan terjadi. Sebab, puncak musim hujan masih memungkinkan terjadi pada akhir tahun.
Amin fauzi/ant
(bbg)