CIA Akui Siksa Tahanan
A
A
A
WASHINGTON - Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) John Brennan mengakui para penyidiknya menggunakan taktik tidak normal dalam menginterogasi tahanan Al-Qaeda.
Pengakuan CIA untuk pertama kalinya dalam sejarah lembaga intelijen muncul dalam konferensi pers yang digelar di Langley, Virginia, AS, Kamis (112) waktu setempat. Brennan juga mengungkapkan pembelaannya terhadap anak buahnya. Pembelaan dan pengakuan itu juga sebagai bukti bahwa CIA merupakan alat kekuasaan.
Brennan mengungkapkan, CIA terlalu tergesa-gesa meluncurkan program interogasi dan penahanan terhadap tersangka pascaserangan 11 September 2001. “Kita tidak siap,” katanya ketika Presiden Amerika Serikat (AS) kala itu George W Bush memerintahkan teknik interogasi yang kini disebut sebagai penyiksaan.
Program penyiksaan tahanan ala CIA itu dihentikan begitu Presiden Barack Obama berkuasa. Obama menggambarkan, penyiksaan oleh CIA sebagai hal yang tidak produktif dan bertentangan dengan nilainilai bangsa Amerika. Menurut Brennan, CIA melakukan banyak hal yang benar ketika tidak ada jawaban yang mudah. “Mereka melakukan hal yang diminta untuk melayani bangsa mereka,” katanya.
Brennan menyatakan, walau kesalahan terjadi, teknik tersebut membantu pencegahan serangan, penangkapan teroris, dan penyelamatan jiwa manusia. Selanjutnya Brennan mengakui beberapa aparat bertindak di luar otoritasnya, namun sebagian besar melaksanakan tugasnya dengan tepat.
Menurutnya, sangat tidak mungkin metode penyiksaan dengan kekerasan dapat memperoleh informasi intelijen yang bermanfaat. “Saya percaya penggunaan metode kekerasan hanya menghasilkan informasi yang salah,” tuturnya, dikutip Reuters . Kendati demikian, Brennan mengungkapkan, informasi intelijen hasil penyiksaan juga menjadi bukti untuk melancarkan penggerebekan terhadap pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden.
“Teknik interogasi CIA mampu memberikan informasi yang bermanfaatkan untuk operasi pembunuhan Osama Bin Laden,” ungkapnya. Sebagian besar laporan Komite Intelijen Senat setebal 6.000 halaman itu tergolong rahasia dan hanya ringkasan setebal 480 halaman yang diumumkan.
Laporan itu diumumkan Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein dari Partai Demokrat pada Selasa (92). Beberapa metode penyiksaan yang dilakukan CIA termasuk ancaman kekerasan dengan bor listrik, kekerasan seksual, isolasi di ruang gelap, serta teknik penyiksaan tak berperikemanusiaan lainnya. Ke depan, Brennan menegaskan, CIA tidak lagi melakukan interogasi dan penahanan.
Lembaganya juga melakukan serangkaian reformasi untuk mencegah tidak ada penyalahgunaan interogasi terhadap tahanan. Sementara itu, senator Partai Demokrat Mark Udall meminta Brennan mundur. Dia juga meminta Presiden Barack Obama memecat para pejabat yang terlibat program penyiksaan pada era Bush.
“Brennan dan CIA memberikan informasi yang tidak akurat mengenai penyiksaan yang dilakukan CIA,” katanya. Saat teknik penyiksaan itu dilaksanakan, Brennan menjabat sebagai deputi eksekutif direktur CIA sehingga dia pasti mengetahui segala sesuatu tentang itu. Dari Bangkok, pejabat senior Thailand, Suwaphan Tanyuvardhan, membantah Negeri Gajah Putih sebagai lokasi penjara CIA.
“Tidak ada penjara rahasia atau fasilitas penyiksaan di Thailand. Para pejabat tidak mengetahui berbagai jenis tindakan itu,” tutur dia, dikutip AFP . Sebelumnya kelompok pemerhati hak asasi manusia (HAM) menyebutkan “lokasi hitam” yang menjadi fasilitas tahanan CIA berada di Thailand, Afghanistan, Lithuania, Polandia, dan Rumania.
Nantadej Meksawat, pensiunan pejabat intelijen Thailand, mengatakan, negaranya memang bekerja sama dengan para pejabat AS, tetapi membantah menjalankan penjara rahasia. “Sejak serangan World Trade Center, AS membuat beberapa operasi untuk penangkapan Al-Qaeda di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Thailand,” tuturnya.
Andika hendra m
Pengakuan CIA untuk pertama kalinya dalam sejarah lembaga intelijen muncul dalam konferensi pers yang digelar di Langley, Virginia, AS, Kamis (112) waktu setempat. Brennan juga mengungkapkan pembelaannya terhadap anak buahnya. Pembelaan dan pengakuan itu juga sebagai bukti bahwa CIA merupakan alat kekuasaan.
Brennan mengungkapkan, CIA terlalu tergesa-gesa meluncurkan program interogasi dan penahanan terhadap tersangka pascaserangan 11 September 2001. “Kita tidak siap,” katanya ketika Presiden Amerika Serikat (AS) kala itu George W Bush memerintahkan teknik interogasi yang kini disebut sebagai penyiksaan.
Program penyiksaan tahanan ala CIA itu dihentikan begitu Presiden Barack Obama berkuasa. Obama menggambarkan, penyiksaan oleh CIA sebagai hal yang tidak produktif dan bertentangan dengan nilainilai bangsa Amerika. Menurut Brennan, CIA melakukan banyak hal yang benar ketika tidak ada jawaban yang mudah. “Mereka melakukan hal yang diminta untuk melayani bangsa mereka,” katanya.
Brennan menyatakan, walau kesalahan terjadi, teknik tersebut membantu pencegahan serangan, penangkapan teroris, dan penyelamatan jiwa manusia. Selanjutnya Brennan mengakui beberapa aparat bertindak di luar otoritasnya, namun sebagian besar melaksanakan tugasnya dengan tepat.
Menurutnya, sangat tidak mungkin metode penyiksaan dengan kekerasan dapat memperoleh informasi intelijen yang bermanfaat. “Saya percaya penggunaan metode kekerasan hanya menghasilkan informasi yang salah,” tuturnya, dikutip Reuters . Kendati demikian, Brennan mengungkapkan, informasi intelijen hasil penyiksaan juga menjadi bukti untuk melancarkan penggerebekan terhadap pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden.
“Teknik interogasi CIA mampu memberikan informasi yang bermanfaatkan untuk operasi pembunuhan Osama Bin Laden,” ungkapnya. Sebagian besar laporan Komite Intelijen Senat setebal 6.000 halaman itu tergolong rahasia dan hanya ringkasan setebal 480 halaman yang diumumkan.
Laporan itu diumumkan Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein dari Partai Demokrat pada Selasa (92). Beberapa metode penyiksaan yang dilakukan CIA termasuk ancaman kekerasan dengan bor listrik, kekerasan seksual, isolasi di ruang gelap, serta teknik penyiksaan tak berperikemanusiaan lainnya. Ke depan, Brennan menegaskan, CIA tidak lagi melakukan interogasi dan penahanan.
Lembaganya juga melakukan serangkaian reformasi untuk mencegah tidak ada penyalahgunaan interogasi terhadap tahanan. Sementara itu, senator Partai Demokrat Mark Udall meminta Brennan mundur. Dia juga meminta Presiden Barack Obama memecat para pejabat yang terlibat program penyiksaan pada era Bush.
“Brennan dan CIA memberikan informasi yang tidak akurat mengenai penyiksaan yang dilakukan CIA,” katanya. Saat teknik penyiksaan itu dilaksanakan, Brennan menjabat sebagai deputi eksekutif direktur CIA sehingga dia pasti mengetahui segala sesuatu tentang itu. Dari Bangkok, pejabat senior Thailand, Suwaphan Tanyuvardhan, membantah Negeri Gajah Putih sebagai lokasi penjara CIA.
“Tidak ada penjara rahasia atau fasilitas penyiksaan di Thailand. Para pejabat tidak mengetahui berbagai jenis tindakan itu,” tutur dia, dikutip AFP . Sebelumnya kelompok pemerhati hak asasi manusia (HAM) menyebutkan “lokasi hitam” yang menjadi fasilitas tahanan CIA berada di Thailand, Afghanistan, Lithuania, Polandia, dan Rumania.
Nantadej Meksawat, pensiunan pejabat intelijen Thailand, mengatakan, negaranya memang bekerja sama dengan para pejabat AS, tetapi membantah menjalankan penjara rahasia. “Sejak serangan World Trade Center, AS membuat beberapa operasi untuk penangkapan Al-Qaeda di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Thailand,” tuturnya.
Andika hendra m
(bbg)