Emirsyah Satar Mundur dari Garuda
A
A
A
JAKARTA - Setelah sembilan tahun menjabat, Emirsyah Satar (Emir) memutuskan mundur dari direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kemarin. Siapa penggantinya, pemerintah harus menunjuk orang yang sangat paham bisnis penerbangan karena tantangan ke depan semakin berat.
Masa jabatan Emir seharusnya berakhir awal Maret 2015. Surat pengunduran diri Emir secara resmi telah dilayangkan ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) per 8 Desember 2014. Emir mengaku keputusan mundur untuk memberi kesempatan manajemen baru Garuda bisa menyiapkan rencana kerja pada tahun mendatang. ”Tahun depan adalah tahun yang menantang bagi industri penerbangan karena akan dimulai ASEAN Open Sky,” kata Emir di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta kemarin. Emir menuturkan, keputusannya mundur sudah direncanakan sejak lama.
Dia membantah pelepasan jabatannya sebagai orang nomor satu di perusahaan maskapai penerbangan pelat merah tersebut disebabkan neraca keuangan perseroan yang terus merugi hingga akhir kuartal III/2014. ”Tidak ada (paksaan), sejak zaman Menteri BUMN Dahlan Iskan, saya sudah katakan juga (akan mundur).”
”Garuda saat ini bukan seperti Garuda yang dulu yang hanya mempunyai 48 pesawat. Saat ini Garuda dan Citilink telah berkembang dengan 168 pesawat,” imbuhnya. Sebagai catatan, Garuda hingga akhir September 2014 masih membukukan rapor merah dengan rugi bersih di angka USD219,54 juta atau setara Rp2,63triliun (kurs Rp12.000).
Menurut Emir, hal tersebut disebabkan oleh belum pulihnya kondisi makroekonomi global dan faktor masih tingginya harga bahan bakar yang berdampak pada peningkatan biaya operasional serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang mencapai lebih dari 20%. ”Saya pikir ini momentum yang bagus agar nanti pengganti saya ini bisa siap pada akhir tahun ini untuk mempersiapkan full year pada 2015. Kalau Maret, kan hilang satu triwulan,” tuturnya.
Dia menegaskan, pengunduran dirinya tidak akan mengganggu kinerja Garuda ke depan. Apalagi, pihaknya telah membuat manajemen dengan nama Quantum Leap hingga 2015 untuk pengembangan banyak di domestik, tapi dengan armada yang baru. ”Pendanaan sudah fixed , jadi tidak perlu cari pendanaan. Sekarang tinggal eksekusinya,” kata Emir.
Saat ditanya siapa nama calon kuat pengganti dirut Garuda, Emir enggan membeberkan itu. Dia hanya menyatakan kandidat dirut Garuda bisa berasal dari kalangan internal dan eksternal perseroan. Perjalanan karier Emir cukup menarik. Lahir di Jakarta, 28 Juni 1959, Emir menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1986.
Anak seorang diplomat ini mengawali karier sebagai auditor di kantor akuntan PricewaterhouseCoopers. Begitu menyelesaikan studi, kariernya makin berkembang dengan menduduki jabatan assistant of vice president of corporate banking group Citibank pada 1985. Dia mulai bekerja di Garuda pada 2003 sebagai direktur keuangan. Pada era kepemimpinan Robby Johan itu, salah satu tugas berat Emir adalah mengawal restrukturisasi utang Garuda.
Pria berdarah Padang ini dinilai sukses dalam menjalankan tugasnya kala itu. Meski demikian, bukan berarti kariernya bertahan. Emir kembali ke jalur lama sebagai bankir dengan menjabat wakil direktur utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Dia juga pernah tercatat sebagai presiden direktur PT Niaga Factoring Corporation. Tapi, jalan hidup kembali membawanya ke Garuda.
Pada 2005 pemerintah menunjuknya sebagai bos baru maskapai pelat merah ini menggantikan Indra Setiawan. Di tangan Emir, Garuda mencatatkan sejumlah prestasi mengkilap. Garuda membubung tinggi dan menggapai status sebagai maskapai penerbangan bintang empat. Di tangannya pula maskapai ini kembali menerbangi langit Eropa setelah pada rentang 2007- 2009 pesawat-pesawat Indonesia kena larangan terbang Uni Eropa karena rendahnya tingkat keselamatan.
Emir dikenal dengan visinya melakukan lompatan kuantum untuk membawa Garuda menjadi perusahaan papan atas. Terbukti, Garuda melakukan pembaruan secara ekstensif dan pengukuran perbaikan layanan untuk kembali meraih kepercayaan dari penumpang ataupun regulator keselamatan penerbangan.
Pada 2014 ini Skytrax menempatkan Garuda dalam 10 besar maskapai terbaik di dunia yakni di posisi ketujuh. Garuda juga memperoleh predikat sebagai maskapai dengan awak kabin terbaik di dunia. Berbagai prestasi itu turut mengantar Emir memenangi sejumlah penghargaan antara lain People of The Year KORAN SINDO , CEO Terbaik 2013, CEO BUMN Inovatif Terbaik 2012, Indonesia Most Admired CEO 2013, dan CEO Inovatif untuk Negeri.
Vice President Corporate Communications Garuda Pujobroto mengakui perseroan telah mengalami berbagai transformasi dan prestasi sejak dikomandoi Emirsyah Satar. Misalnya, saat Emir dilantik pada 2005, jumlah pesawat hanya 49 unit, kini telah mencapai 160 unit.
Slot penerbangan yang sebelumnya hanya 160 penerbangan, sekarang sudah berjumlah 600 buah. ”Garuda menjadi maskapai ranking tujuhdidunia. Jadibeliau pertimbangkan supaya manajemen baru punya kesempatan untuk menyiapkan kesempatan ke depan,” ungkapnya.
Calon Pengganti
Deputi Kementerian BUMN Bidang Energi, Logistik, dan Perhubungan Dwijanti Tjahjaningsih menyatakan telah menerima surat pengunduran diri Emir. Dalam surat pengunduran diri tersebut, Emir tidak menjelaskan alasannya. Menurut dia, pengunduran diri Emir dapat efektif jika sudah disetujui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan hari ini.
Dia mengungkapkan, RUPSLB juga mengagendakan pengangkatan dirut baru. Siapa yang ditunjuk menggantikan Emir? ”Kita tunggu besok (hari ini) saja. Yang pasti, para calonnya sudah di-assessment (dinilai) oleh Menteri BUMN Rini Soemarno,” ucapnya. Kementerian BUMN telah melakukan penilaian terhadap empat calon pengganti Emir.
Nama Arif Wibowo yang kini menjabat direktur utama PT Citilink Indonesia dan Rinaldy Firmansyah, mantan direktur utama Telkom, disebutsebut sebagai calon kuat pengganti Emir. Komisaris Garuda Indonesia Bambang Susantono mengaku tidak tahu calon pengganti Emir yang menjabat selama dua periode itu.
”Itu urusan pemegang saham. Kita persiapan RUPS saja,” tutur mantan wakil menteri perhubungan itu. Sementara itu, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, pengganti Emir sebaiknya diprioritaskan dari kalangan internal Garuda sebab mereka lebih mengetahui selukbeluk Garuda.
”Sehingga ke depan Garuda bisa lebih maju lagi,” ujarnya kemarin. Menurut dia, salah satu sosok yang perlu diperhitungkan adalah CEO Citilink Arief Wibowo. Dia mengatakan, Garuda sebelum dipimpin Emir diawali dengan keberhasilan membangun fondasi pada masa kepemimpinan Robby Johan.
”Ke depan tantangan tetap berat. Tetapi, saya kira Garuda juga sudah tahu mau berbuat apa karena fondasinya juga sudah sangat kuat. Hanya perlu pengembangan strategi mengingat Open Sky 2015 akan lebih gencar,” ungkapnya. Selain Open Sky, kondisi di dalam negeri juga harus diwaspadai, terutama berkaitan dengan kebijakan pemerintah di sektor udara.
Apalagi, pemerintah punya tugas berat membebaskan pajak sparepart pesawat yang cukup tinggi dibanding negara-negara ASEAN. Harga avtur juga harus ditekan untuk mengurangi cost produksi maskapai di dalam negeri. Dikonfirmasi terpisah, Arif Wibowo mengaku belum mengetahui isu yang mengatakan dirinya menjadi salah satu calon pengganti Emirsyah Satar.
Dia meminta media sebaiknya menunggu rapat umum pemegang saham untuk mengetahui siapa sosok yang akhirnya diberi amanat.” Tanya Menteri BUMN (Rini Soemarno). Tunggu besok saja (hari ini) deh,” ujarnya kemarin. Didesak soal kabar yang menyebutkan dirinya masuk dalam penilaian Kementerian BUMN, Arief mengaku diminta merahasiakan itu.”Enggak tahu saya (assessment ). Bisa iya (dipilih), bisa enggak. Tunggu saja,” ucap Arif.
Heru febrianto/Ichsan amin/Sindonews/Ant
Masa jabatan Emir seharusnya berakhir awal Maret 2015. Surat pengunduran diri Emir secara resmi telah dilayangkan ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) per 8 Desember 2014. Emir mengaku keputusan mundur untuk memberi kesempatan manajemen baru Garuda bisa menyiapkan rencana kerja pada tahun mendatang. ”Tahun depan adalah tahun yang menantang bagi industri penerbangan karena akan dimulai ASEAN Open Sky,” kata Emir di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta kemarin. Emir menuturkan, keputusannya mundur sudah direncanakan sejak lama.
Dia membantah pelepasan jabatannya sebagai orang nomor satu di perusahaan maskapai penerbangan pelat merah tersebut disebabkan neraca keuangan perseroan yang terus merugi hingga akhir kuartal III/2014. ”Tidak ada (paksaan), sejak zaman Menteri BUMN Dahlan Iskan, saya sudah katakan juga (akan mundur).”
”Garuda saat ini bukan seperti Garuda yang dulu yang hanya mempunyai 48 pesawat. Saat ini Garuda dan Citilink telah berkembang dengan 168 pesawat,” imbuhnya. Sebagai catatan, Garuda hingga akhir September 2014 masih membukukan rapor merah dengan rugi bersih di angka USD219,54 juta atau setara Rp2,63triliun (kurs Rp12.000).
Menurut Emir, hal tersebut disebabkan oleh belum pulihnya kondisi makroekonomi global dan faktor masih tingginya harga bahan bakar yang berdampak pada peningkatan biaya operasional serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang mencapai lebih dari 20%. ”Saya pikir ini momentum yang bagus agar nanti pengganti saya ini bisa siap pada akhir tahun ini untuk mempersiapkan full year pada 2015. Kalau Maret, kan hilang satu triwulan,” tuturnya.
Dia menegaskan, pengunduran dirinya tidak akan mengganggu kinerja Garuda ke depan. Apalagi, pihaknya telah membuat manajemen dengan nama Quantum Leap hingga 2015 untuk pengembangan banyak di domestik, tapi dengan armada yang baru. ”Pendanaan sudah fixed , jadi tidak perlu cari pendanaan. Sekarang tinggal eksekusinya,” kata Emir.
Saat ditanya siapa nama calon kuat pengganti dirut Garuda, Emir enggan membeberkan itu. Dia hanya menyatakan kandidat dirut Garuda bisa berasal dari kalangan internal dan eksternal perseroan. Perjalanan karier Emir cukup menarik. Lahir di Jakarta, 28 Juni 1959, Emir menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1986.
Anak seorang diplomat ini mengawali karier sebagai auditor di kantor akuntan PricewaterhouseCoopers. Begitu menyelesaikan studi, kariernya makin berkembang dengan menduduki jabatan assistant of vice president of corporate banking group Citibank pada 1985. Dia mulai bekerja di Garuda pada 2003 sebagai direktur keuangan. Pada era kepemimpinan Robby Johan itu, salah satu tugas berat Emir adalah mengawal restrukturisasi utang Garuda.
Pria berdarah Padang ini dinilai sukses dalam menjalankan tugasnya kala itu. Meski demikian, bukan berarti kariernya bertahan. Emir kembali ke jalur lama sebagai bankir dengan menjabat wakil direktur utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Dia juga pernah tercatat sebagai presiden direktur PT Niaga Factoring Corporation. Tapi, jalan hidup kembali membawanya ke Garuda.
Pada 2005 pemerintah menunjuknya sebagai bos baru maskapai pelat merah ini menggantikan Indra Setiawan. Di tangan Emir, Garuda mencatatkan sejumlah prestasi mengkilap. Garuda membubung tinggi dan menggapai status sebagai maskapai penerbangan bintang empat. Di tangannya pula maskapai ini kembali menerbangi langit Eropa setelah pada rentang 2007- 2009 pesawat-pesawat Indonesia kena larangan terbang Uni Eropa karena rendahnya tingkat keselamatan.
Emir dikenal dengan visinya melakukan lompatan kuantum untuk membawa Garuda menjadi perusahaan papan atas. Terbukti, Garuda melakukan pembaruan secara ekstensif dan pengukuran perbaikan layanan untuk kembali meraih kepercayaan dari penumpang ataupun regulator keselamatan penerbangan.
Pada 2014 ini Skytrax menempatkan Garuda dalam 10 besar maskapai terbaik di dunia yakni di posisi ketujuh. Garuda juga memperoleh predikat sebagai maskapai dengan awak kabin terbaik di dunia. Berbagai prestasi itu turut mengantar Emir memenangi sejumlah penghargaan antara lain People of The Year KORAN SINDO , CEO Terbaik 2013, CEO BUMN Inovatif Terbaik 2012, Indonesia Most Admired CEO 2013, dan CEO Inovatif untuk Negeri.
Vice President Corporate Communications Garuda Pujobroto mengakui perseroan telah mengalami berbagai transformasi dan prestasi sejak dikomandoi Emirsyah Satar. Misalnya, saat Emir dilantik pada 2005, jumlah pesawat hanya 49 unit, kini telah mencapai 160 unit.
Slot penerbangan yang sebelumnya hanya 160 penerbangan, sekarang sudah berjumlah 600 buah. ”Garuda menjadi maskapai ranking tujuhdidunia. Jadibeliau pertimbangkan supaya manajemen baru punya kesempatan untuk menyiapkan kesempatan ke depan,” ungkapnya.
Calon Pengganti
Deputi Kementerian BUMN Bidang Energi, Logistik, dan Perhubungan Dwijanti Tjahjaningsih menyatakan telah menerima surat pengunduran diri Emir. Dalam surat pengunduran diri tersebut, Emir tidak menjelaskan alasannya. Menurut dia, pengunduran diri Emir dapat efektif jika sudah disetujui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan hari ini.
Dia mengungkapkan, RUPSLB juga mengagendakan pengangkatan dirut baru. Siapa yang ditunjuk menggantikan Emir? ”Kita tunggu besok (hari ini) saja. Yang pasti, para calonnya sudah di-assessment (dinilai) oleh Menteri BUMN Rini Soemarno,” ucapnya. Kementerian BUMN telah melakukan penilaian terhadap empat calon pengganti Emir.
Nama Arif Wibowo yang kini menjabat direktur utama PT Citilink Indonesia dan Rinaldy Firmansyah, mantan direktur utama Telkom, disebutsebut sebagai calon kuat pengganti Emir. Komisaris Garuda Indonesia Bambang Susantono mengaku tidak tahu calon pengganti Emir yang menjabat selama dua periode itu.
”Itu urusan pemegang saham. Kita persiapan RUPS saja,” tutur mantan wakil menteri perhubungan itu. Sementara itu, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, pengganti Emir sebaiknya diprioritaskan dari kalangan internal Garuda sebab mereka lebih mengetahui selukbeluk Garuda.
”Sehingga ke depan Garuda bisa lebih maju lagi,” ujarnya kemarin. Menurut dia, salah satu sosok yang perlu diperhitungkan adalah CEO Citilink Arief Wibowo. Dia mengatakan, Garuda sebelum dipimpin Emir diawali dengan keberhasilan membangun fondasi pada masa kepemimpinan Robby Johan.
”Ke depan tantangan tetap berat. Tetapi, saya kira Garuda juga sudah tahu mau berbuat apa karena fondasinya juga sudah sangat kuat. Hanya perlu pengembangan strategi mengingat Open Sky 2015 akan lebih gencar,” ungkapnya. Selain Open Sky, kondisi di dalam negeri juga harus diwaspadai, terutama berkaitan dengan kebijakan pemerintah di sektor udara.
Apalagi, pemerintah punya tugas berat membebaskan pajak sparepart pesawat yang cukup tinggi dibanding negara-negara ASEAN. Harga avtur juga harus ditekan untuk mengurangi cost produksi maskapai di dalam negeri. Dikonfirmasi terpisah, Arif Wibowo mengaku belum mengetahui isu yang mengatakan dirinya menjadi salah satu calon pengganti Emirsyah Satar.
Dia meminta media sebaiknya menunggu rapat umum pemegang saham untuk mengetahui siapa sosok yang akhirnya diberi amanat.” Tanya Menteri BUMN (Rini Soemarno). Tunggu besok saja (hari ini) deh,” ujarnya kemarin. Didesak soal kabar yang menyebutkan dirinya masuk dalam penilaian Kementerian BUMN, Arief mengaku diminta merahasiakan itu.”Enggak tahu saya (assessment ). Bisa iya (dipilih), bisa enggak. Tunggu saja,” ucap Arif.
Heru febrianto/Ichsan amin/Sindonews/Ant
(bbg)