Dedikasikan 12 Tahun Hidupnya untuk Penderita Kanker
A
A
A
Pemimpin agama yang mendedikasikan hidupnya untuk beribadah itu sudah biasa. Tapi, jika ditambah dengan pengabdian di bidang kesehatan, apalagi itu berkaitan dengan anak-anak penderita kanker, akan menjadi kabar yang luar biasa.
Ialah Rabi Elimelech Goldberg yang mendedikasikan 12 tahun hidupnya untuk membantu 5.000 anak penderita kanker. Dedikasinya untuk anak-anak penderita kanker berawal dari pengalaman pribadinya. Goldberg begitu terpukul saat mendengar putri kecilnya, Sara, didiagnosa mengidap leukemia sesaat sebelum perayaan ulang tahun pertamanya.
Sara yang sudah menjadi bagian jiwa Goldberg selalu berusaha tegar menjalani kemoterapi. Balita manis itu tetap tersenyum kepada para dokter kendati para pria berbaju putih itu kerap “menyiksanya” dengan jarum suntik dan sejumlah terapi yang menyakitkan. Tapi, maut tak bisa dilawan.
Sara tak bisa berjuang lebih lama dan akhirnya menyerah dan meninggal pada 1981 saat berusia dua tahun. Pengalaman itu membuat Goldberg ingin mendedikasikan hidupnya bagi anak-anak penderita kanker dengan mendirikan Kamp Simcha pada 1999 di NewYork, Amerika Serikat.
Kamp bertema Kids Kicking Cancer ini mengajarkan anak-anak penderita kanker tentang teknik pernapasan bela diri. Kendati kamp ini tak mampu menyembuhkan anakanak penderita kanker, berbagai teknik yang diberikan setidaknya dapat membantu meringankan penderitaan anak-anak yang tengah berjuang dengan kemoterapi.
“Kami menggunakan seni bela diri sebagai platform untuk meditasi dan relaksasi. Latihan ini dapat mendorong anakanak untuk lebih berani menghadapi ketakutan dan kemarahan mereka akibat dari rasa sakit yang ditimbulkan alat-alat kemoterapi,” ujar Rabbi Goldberg dilansir CNN.
Selama masa bimbingan di dalam kamp, Goldberg selalu menekankan kepada anakanak bahwa rasa sakit adalah pesan yang tidak harus didengarkan. Dia memberi tahu anak-anak untuk menghilangkan perasaan sakit dengan membayangkan segala sesuatu yang indah dengan bantuan teknik pernapasan.
Metode ini berbuah hasil. Sebagian besar anak-anak yang tengah menjalani kemoterapi mengaku tidak merasakan sakit ketika jarum suntik mendarat di kulit mereka. “Otak memiliki kapasitas luar biasa untuk menempatkan kita dalam suasana yang berbeda. Ketika kita mampu bernapas melalui rasa sakit maka perasaan sakit itu akan turun,” jelas Goldberg.
Goldberg menyampaikan bahwa kampnya hanya fokus pada sistem pernapasan untuk menghilangkan perasaan sakit. Menurutnya, rasa sakit kerap membuat anak-anak takut dan kehilangan semangat hidup. Goldberg ingin anak-anak bisa belajar mengontrol rasa sakit dan mengubahnya menjadi kekuatan mental. Selain mengajarkan teknik bela diri, Kamp Simcha juga memberikan dukungan individu selama anak-anak menjalani rawat inap dan prosedur medis.
Kamp juga menawarkan transportasi dari rumah sakit ke kelas serta konseling. Bahkan untuk mereka yang didiagnosa kehilangan nyawa dalam waktu dekat, akan disediakan upacara kenaikan sabuk. Haley Wallace, salah satu anak yang merasakan dampak positif dari metode Goldberg, mengatakan bahwa Kamp Simcha membuatnya mampu mengontrol rasa takut dan sakitnya.
“Ketika melihat jarum suntik, saya mencoba bernapas dan menghilangkan pikiranpikiran buruk dari otak, dan akhirnya saya punya kekuatan untuk mengusir rasa sakit itu,” kata bocah yang didiagnosis menderita kanker di usia tiga tahun tersebut.
Rini agustina
Ialah Rabi Elimelech Goldberg yang mendedikasikan 12 tahun hidupnya untuk membantu 5.000 anak penderita kanker. Dedikasinya untuk anak-anak penderita kanker berawal dari pengalaman pribadinya. Goldberg begitu terpukul saat mendengar putri kecilnya, Sara, didiagnosa mengidap leukemia sesaat sebelum perayaan ulang tahun pertamanya.
Sara yang sudah menjadi bagian jiwa Goldberg selalu berusaha tegar menjalani kemoterapi. Balita manis itu tetap tersenyum kepada para dokter kendati para pria berbaju putih itu kerap “menyiksanya” dengan jarum suntik dan sejumlah terapi yang menyakitkan. Tapi, maut tak bisa dilawan.
Sara tak bisa berjuang lebih lama dan akhirnya menyerah dan meninggal pada 1981 saat berusia dua tahun. Pengalaman itu membuat Goldberg ingin mendedikasikan hidupnya bagi anak-anak penderita kanker dengan mendirikan Kamp Simcha pada 1999 di NewYork, Amerika Serikat.
Kamp bertema Kids Kicking Cancer ini mengajarkan anak-anak penderita kanker tentang teknik pernapasan bela diri. Kendati kamp ini tak mampu menyembuhkan anakanak penderita kanker, berbagai teknik yang diberikan setidaknya dapat membantu meringankan penderitaan anak-anak yang tengah berjuang dengan kemoterapi.
“Kami menggunakan seni bela diri sebagai platform untuk meditasi dan relaksasi. Latihan ini dapat mendorong anakanak untuk lebih berani menghadapi ketakutan dan kemarahan mereka akibat dari rasa sakit yang ditimbulkan alat-alat kemoterapi,” ujar Rabbi Goldberg dilansir CNN.
Selama masa bimbingan di dalam kamp, Goldberg selalu menekankan kepada anakanak bahwa rasa sakit adalah pesan yang tidak harus didengarkan. Dia memberi tahu anak-anak untuk menghilangkan perasaan sakit dengan membayangkan segala sesuatu yang indah dengan bantuan teknik pernapasan.
Metode ini berbuah hasil. Sebagian besar anak-anak yang tengah menjalani kemoterapi mengaku tidak merasakan sakit ketika jarum suntik mendarat di kulit mereka. “Otak memiliki kapasitas luar biasa untuk menempatkan kita dalam suasana yang berbeda. Ketika kita mampu bernapas melalui rasa sakit maka perasaan sakit itu akan turun,” jelas Goldberg.
Goldberg menyampaikan bahwa kampnya hanya fokus pada sistem pernapasan untuk menghilangkan perasaan sakit. Menurutnya, rasa sakit kerap membuat anak-anak takut dan kehilangan semangat hidup. Goldberg ingin anak-anak bisa belajar mengontrol rasa sakit dan mengubahnya menjadi kekuatan mental. Selain mengajarkan teknik bela diri, Kamp Simcha juga memberikan dukungan individu selama anak-anak menjalani rawat inap dan prosedur medis.
Kamp juga menawarkan transportasi dari rumah sakit ke kelas serta konseling. Bahkan untuk mereka yang didiagnosa kehilangan nyawa dalam waktu dekat, akan disediakan upacara kenaikan sabuk. Haley Wallace, salah satu anak yang merasakan dampak positif dari metode Goldberg, mengatakan bahwa Kamp Simcha membuatnya mampu mengontrol rasa takut dan sakitnya.
“Ketika melihat jarum suntik, saya mencoba bernapas dan menghilangkan pikiranpikiran buruk dari otak, dan akhirnya saya punya kekuatan untuk mengusir rasa sakit itu,” kata bocah yang didiagnosis menderita kanker di usia tiga tahun tersebut.
Rini agustina
(bbg)