Filipina Diguncang Bom, 11 Meninggal
A
A
A
MANILA - Ledakan dahsyat yang diduga kuat berasal dari bom rakitan menghancurkan sebuah bus dan menewaskan sedikitnya 11 orang di Bukidnon, Mindanao Utara, Filipina Selatan, Selasa (9/12).
Selain korban tewas, 43 orang mengalami luka-luka. Sebagian besar korban merupakan pelajar. Pasukan Bersenjata Filipina (AFP) di Mindanao Timur yang berada di Kamp Aguinaldo, Quezon City, mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 17.45 waktu setempat, tidak lama setelah sejumlah pelajar masuk ke dalam bus.
Bus bernomor polisi KBP- 178 dan bernomor badan 2640 tersebut meledak di depan gerbang kampus Central Mindanao University (CMU) di Jalan Raya Sayre Highway, Sitio Musuan, Barangay Dologon, Maramag. Dilaporkan media lokal Gold Star Daily , bagian belakang bus yang dioperasikan Rural Transit Mindanao Inc (RTMI) itu hancur.
Kepolisian Filipina menyebutkan, sembilan korban yakni lima laki-laki dan empat perempuan meninggal di lokasi kejadian. Sedangkan, dua korban meninggal di Rumah Sakit (RS) Umum Lavinia, Valencia, Bukidnon. Radio lokal melaporkan, lima korban tewas merupakan pelajar. Beberapa korban luka dibawa ke RS terdekat di Valencia City, Bukidnon.
Sementara, korban luka lainnya dirawat di Adventist Medical Center. Tiga mahasiswa CMU yang menjadi korban tewas sudah diketahui identitasnya. Mereka adalah Jun Rey Valdesco, John Bernard Kunahap, dan Emma Valiente. Ketiganya merupakan warga Bukidnon, termasuk Anita Santillan, korban tewas lainnya. Juru bicara (Jubir) kepolisian Bukidnon Inspektur Jeselle Longakit mengatakan, bom rakitan tersebut diduga diledakkan menggunakan telepon seluler.
“Bom tersebut kemungkinan besar disembunyikan di dalam karung dan diletakkan di atas bagasi tas di dalam bus,” ujar Longakit, dikutip Interaksyon . Longakit menambahkan, kebanyakan penumpang bus hendak pulang setelah mengikuti perayaan di Kota Wao, Lanao del Sur.
Tidak diketahui siapa pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu. Namun, lebih dari sebulan lalu bus RTMI juga meledak akibat bom di Bukidnon dan melukai empat orang. Pihak RTMI mengaku menerima pesan pemerasan dari kelompok tertentu. Jubir Kantor Polisi Regional Mindanao Utara Inspektur Bernardo Mendoza mencurigai kelompok Pejuang Pembebasan Islam Bangsa Moro (BIFF) sebagai dalang di balik pengeboman itu.
Namun, pihak kepolisian belum memiliki bukti atas dugaan tersebut. Hingga kini kasus terebut masih dalam tahap penyelidikan. Polisi di Maramag juga masih mengumpulkan data dan informasi pra-ledakan. Mereka dilaporkan sudah mendapatkan hasil rekaman CCTV yang terpasang di pangkalan bus di Poblacion, Maramag, sebelum menuju Valencia City.
BIFF sering dituduh menjadi dalang di balik peristiwa pengeboman di Filipina. Menurut laporan media lokal, BIFF merupakan kelompok ekstremis muslim yang dilaporkan tidak setuju dengan perundingan perdamaian antara pemerintah dengan kelompok pemberontak utama di Filipina, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Kelompok bersenjata di Filipina Selatan menyebar luas sejak gerilyawan muslim mulai berupaya memisahkan diri dari pemerintah pada 1970. Selain BIFF, pemerintah juga masih harus berhadapan dengan kelompok Abu Sayyaf yang disebut memiliki relasi dengan Al Qaeda.
MILF sudah menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada Maret lalu. Namun, BIFF dan Abu Sayyaf tidak masuk dalam rencana tersebut. Pada 2010, sedikitnya 10 orang meninggal ketika bom meledak di dalam bus yang juga milik RTMI di Mindanao.
Muh shamil
Selain korban tewas, 43 orang mengalami luka-luka. Sebagian besar korban merupakan pelajar. Pasukan Bersenjata Filipina (AFP) di Mindanao Timur yang berada di Kamp Aguinaldo, Quezon City, mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 17.45 waktu setempat, tidak lama setelah sejumlah pelajar masuk ke dalam bus.
Bus bernomor polisi KBP- 178 dan bernomor badan 2640 tersebut meledak di depan gerbang kampus Central Mindanao University (CMU) di Jalan Raya Sayre Highway, Sitio Musuan, Barangay Dologon, Maramag. Dilaporkan media lokal Gold Star Daily , bagian belakang bus yang dioperasikan Rural Transit Mindanao Inc (RTMI) itu hancur.
Kepolisian Filipina menyebutkan, sembilan korban yakni lima laki-laki dan empat perempuan meninggal di lokasi kejadian. Sedangkan, dua korban meninggal di Rumah Sakit (RS) Umum Lavinia, Valencia, Bukidnon. Radio lokal melaporkan, lima korban tewas merupakan pelajar. Beberapa korban luka dibawa ke RS terdekat di Valencia City, Bukidnon.
Sementara, korban luka lainnya dirawat di Adventist Medical Center. Tiga mahasiswa CMU yang menjadi korban tewas sudah diketahui identitasnya. Mereka adalah Jun Rey Valdesco, John Bernard Kunahap, dan Emma Valiente. Ketiganya merupakan warga Bukidnon, termasuk Anita Santillan, korban tewas lainnya. Juru bicara (Jubir) kepolisian Bukidnon Inspektur Jeselle Longakit mengatakan, bom rakitan tersebut diduga diledakkan menggunakan telepon seluler.
“Bom tersebut kemungkinan besar disembunyikan di dalam karung dan diletakkan di atas bagasi tas di dalam bus,” ujar Longakit, dikutip Interaksyon . Longakit menambahkan, kebanyakan penumpang bus hendak pulang setelah mengikuti perayaan di Kota Wao, Lanao del Sur.
Tidak diketahui siapa pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu. Namun, lebih dari sebulan lalu bus RTMI juga meledak akibat bom di Bukidnon dan melukai empat orang. Pihak RTMI mengaku menerima pesan pemerasan dari kelompok tertentu. Jubir Kantor Polisi Regional Mindanao Utara Inspektur Bernardo Mendoza mencurigai kelompok Pejuang Pembebasan Islam Bangsa Moro (BIFF) sebagai dalang di balik pengeboman itu.
Namun, pihak kepolisian belum memiliki bukti atas dugaan tersebut. Hingga kini kasus terebut masih dalam tahap penyelidikan. Polisi di Maramag juga masih mengumpulkan data dan informasi pra-ledakan. Mereka dilaporkan sudah mendapatkan hasil rekaman CCTV yang terpasang di pangkalan bus di Poblacion, Maramag, sebelum menuju Valencia City.
BIFF sering dituduh menjadi dalang di balik peristiwa pengeboman di Filipina. Menurut laporan media lokal, BIFF merupakan kelompok ekstremis muslim yang dilaporkan tidak setuju dengan perundingan perdamaian antara pemerintah dengan kelompok pemberontak utama di Filipina, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Kelompok bersenjata di Filipina Selatan menyebar luas sejak gerilyawan muslim mulai berupaya memisahkan diri dari pemerintah pada 1970. Selain BIFF, pemerintah juga masih harus berhadapan dengan kelompok Abu Sayyaf yang disebut memiliki relasi dengan Al Qaeda.
MILF sudah menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada Maret lalu. Namun, BIFF dan Abu Sayyaf tidak masuk dalam rencana tersebut. Pada 2010, sedikitnya 10 orang meninggal ketika bom meledak di dalam bus yang juga milik RTMI di Mindanao.
Muh shamil
(bbg)