Delapan Pelaku Xinjiang Dihukum Mati

Selasa, 09 Desember 2014 - 11:21 WIB
Delapan Pelaku Xinjiang...
Delapan Pelaku Xinjiang Dihukum Mati
A A A
BEIJING - China kemarin menjatuhkan hukuman mati terhadap delapan tersangka dua serangan mematikan di Xinjiang. Selain itu, pemerintah juga menghukum empat tersangka lainnya dengan hukuman penjara seumur hidup.

Semua terdakwa merupakan pelaku yang dituduh melakukan serangan terorisme pada April dan Mei lalu. Sebagian dari mereka melakukan aksi pembunuhan pada 30 April dengan melakukan sebuah ledakan di stasiun kereta Urumqi. Sedikitnya 3 orang tewas, termasuk 2 pelaku, dan 79 warga sipil mengalami lukaluka, 4 di antaranya kritis. Empat pekan kemudian, insiden yang hampir sama terjadi di pasar Urumqi pusat pada 22 Mei.

Pelaku dituduh membajak dua mobil off-road sebelum melakukan ledakan hebat dari dalam mobil. Satu mobil pelaku juga meledak. Sekitar 39 orang meninggal, sementara lebih dari 90 orang mengalami luka-luka. Tidak diketahui siapa dalang di balik insiden tersebut. Namun, pemerintah China mencurigai kelompok radikal di Xinjiang, “rumah” utama bagi kelompok minoritas etnis Uighur yang sering melawan pemerintah.

Atas peristiwa berdarah itu, otoritas China mulai sibuk melakukan operasi pencarian dan penangkapan teroris. Menurut kolumnis DW, Frank Sieren, China sering terkena serangan mematikan karena kurang diuntungkan secara wilayah. “Xinjiang terhubung dengan wilayah Afghanistan Timur. Senjata bisa dengan mudah memasuki China. Selama China tidak berniat melewati batas wilayah dalam operasi terorisme, senjata dan amunisi tidak akan pernah habis,” katanya.

Kongres Rakyat Nasional China juga membentuk konsep aturan hukum kontraterorisme baru pada November. Seluruh bentuk terorisme akan ditangani tentara dan polisi militer. Namun, perintah operasi ada di tangan pemerintah. Hingga sekarang, konsep itu masih diperdebatkan sebagian pemerhati internasional, khususnya dari Amerika Serikat (AS).

China sadar pemerintah juga perlu mengeluarkan kebijakan positif pro-Uighur di Xinjiang untuk mencegah adanya bahan provokasi. China sepakat memberikan kesempatan sekolah menengah atas secara gratis kepada etnis Uighur di Xinjiang Selatan. Mereka juga berjanji akan memberikan pekerjaan kepada setiap kepala keluarga.

Sebelumnya, para pemerhati dan lembaga hak asasi manusia (HAM) internasional mengatakan Uighur seolah telah “diborgol” rantai aturan pemerintah yang didominasi etnis Han China. Mereka menderita dan tertekan. “Kekerasan bisa terjadi jika etnis minoritas terus dipandang sebelah mata dan diperlakukan marjinal.” Etnis Uighur kebanyakan beragama Islam.

Mereka mendominasi Xinjiang dengan jumlah mencapai 45%, sementara Han China hanya 40%. China mengambil alih Xinjiang (dulu Turkistan Timur) pada 1949. Sejak saat itu, Han China berimigrasi dalam sekala besar ke Xinjiang. “Kami takut budaya kami akan tergerus,” kata orang-orang Uighur.

China juga pernah berupaya menekan jumlah etnis Uighur dengan mempromosikan pernikahan silang dengan China Han. Namun, situasi di Xinjiang memburuk di tengah upaya tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak serangan mematikan terjadi di Xinjiang. Ribuan nyawa orang tak berdosa melayang.

Situasi di Xinjiang sedikit memanas setelah pemerintah melarang Muslim Uighur melakukan ibadah di gedung pemerintah, sekolah, atau kantor bisnis. Praktik agama hanya diperbolehkan dilakukan di masjid yang sudah disediakan. Mereka juga akan menghukum orang yang menyebarkan pesan provokatif.

Keputusan itu memengaruhi karyawan muslim yang biasanya melaksanakan salat zuhur atau asar di kantor. “Peningkatan jumlah masalah yang melibatkan urusan agama kembali terjadi di Xinjiang,” ujar Ma Mingcheng, wakil direktur Kongres Rakyat dan direktur Komite Legislatif Xinjiang, kepada media lokal, dikutip Breitbart.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)