Gejolak Tiada Henti di Al-Aqsa

Senin, 08 Desember 2014 - 12:03 WIB
Gejolak Tiada Henti...
Gejolak Tiada Henti di Al-Aqsa
A A A
Yerusalem merupakan pusat wilayah suci. Sejak ribuan tahun yang lalu, Yerusalem selalu berganti tuan, mulai dari kerajaan Islam, Yahudi, sampai Kristen.

Hingga saat ini Yerusalem masih menyisakan benih perebutan dan pertikaian di Timur Tengah. Namun bedanya, aktor frontal kali ini diperani Palestina dan Israel.

Kekuatan militer kedua negara timpang. Dengan demikian, tak heran jika Palestina kalah dan dijajah Israel.

Seiring dengan pergerakan maju invasi Israel, batas wilayah kedua negara juga mulai ikut bergeser. Israel akhirnya berhasil menguasai Yerusalem pada 1967. Namun, mereka tidak menduduki Al-Aqsa dan menyerahkannya kepada Palestina. Kendati demikian, Israel tetap yang memegang kendali. Beberapa umat Yahudi Israel percaya tanah Yerusalem, termasuk Palestina, merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan.

Pesan itu tertera dalam kitab suci umat Yahudi. Palestina dan Israel akhirnya terus berselisih, terutama setelah umat Islam dilarang memasuki Al-Aqsa. Jumat (5/12) pekan lalu, hampir 200 warga muslim Gaza berkunjung ke Yerusalem Timur untuk beribadah di Al-Aqsa. Itu merupakan kedua kalinya muslim Gaza diperbolehkan masuk oleh pemerintah Israel sejak 2007 atau sejak Hamas menguasai Gaza. Sebelumnya mereka diperbolehkan masuk pada 5 Oktober lalu.

Palestina geram karena kebijakan yang dikeluarkan Israel diskriminatif. Faktanya, mereka hanya melarang muslim Gaza, tapi hal itu tidak berlaku bagi umat Kristen Gaza. Warga Israel yang tinggal ilegal di Palestina juga bisa masuk ke Al-Aqsa. Mereka bahkan terkadang dikawal pasukan keamanan Israel ketika ingin melakukan ritual Talmudic.

Pengunjuk rasa dan jamaah Palestina melontarkan protes kepada ekstremis sayap kanan dan pasukan keamanan Israel. Sebab, ekstremis sayap kanan dan pasukan keamanan Israel dinilai menginvasi Al-Aqsa yang sudah disetujui Pemerintah Israel untuk dikelola organisasi Palestina sejak Israel menguasai Yerusalem.

Al-Aqsa Foundation for Endowment and Heritage menyatakan, 13.757 warga Israel, mayoritas warga Israel ilegal yang ada di Palestina, memasuki Al-Aqsa. Padahal, di bawah persetujuan internasional, Yahudi dilarang beribadah di dalam Masjid Al-Aqsa. Kepala Birokrasi Politik Hamas Khaled Meshaal menilai Israel mulai memicu perang agama. Angka itu naik dari 12.771 pada tahun 2013.

Dalam dua bulan terakhir, organisasi non-pemerintah (ONP) itu mengatakan, ada total 2.708 warga Israel yang memasuki Al-Aqsa. Sekitar 1.600 warga Israel, terdiri dari 1.411 warga Israel yang tinggal ilegal di Palestina, 104 tentara, dan 83 agen intelijen, memasuki Al-Aqsa pada Oktober.

“Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel) memikul tanggung jawab mengenai konsekuensi kerusuhan di sana. Masjid Al-Aqsa untuk umat Islam. Tapi, muslim dilarang beribadah di sana. Tentara, polisi, dan ekstremis sayap kanandibiarkan. Mereka sedang bermain dengan api,” ujar Khaled, dikutip Telesur .

Ketegangan di Yerusalem Timur meninggi karena otoritas Israel kembali menutup akses menuju Al-Aqsa, menyusul adanya kasus penembakan dan pembunuhan rabi ekstremis di Yerusalem Barat pada Oktober. Penutupan itu disusul pembunuhan pemuda Palestina yang diduga sebagai pelaku. Juru bicara (jubir) Presiden Mahmoud Abbas menggambarkan, penutupan Al-Aqsa sebagai deklarasi perang .

Akhir-akhir ini tentara Israel menyerang pengunjuk rasa di Kota Tua Yerusalem. Namun, protes tersebut diperkirakan tidak akan berhenti. Polisi Israel menegaskan bahwa beberapa unit polisi akan tetap berjaga di Yerusalem. Penjaga Israel bertindak berdasarkan perintah dari pihak keamanan yang cemas warga Israel akan kembali menjadi target kekerasan. Seorang Yahudi ekstremis, Rabi Yehuda Glick, terluka kritis setelah ditembak di luar Menachem Begin Heritage Center, Yerusalem.

Dia dirawat di Shaare Zedek Medical Center, Yerusalem. Polisi Israel memburu pelaku dan membunuhnya. Mereka juga menahan anggota keluarga pelaku untuk diinterogasi. Yehuda mengaku, pelaku meminta maaf sebelum melepaskan tembakan dan menyebutnya sebagai musuh Al- Aqsa.

“Dia mendekat dan berdiri di depan saya sambil berkata,Maaf, Anda musuh Al-Aqsa,” tuturnya, dilansir Timeofisrael. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, perang agama global bisa muncul jika Israel membiarkan umat Yahudi beribadah di Al-Aqsa. “Kami tidak akan membiarkan situs suci kami terkontaminasi. Jauhkan mereka dari kami dan kami akan menjauh dari mereka. Tapi, jika mereka masuk, kami akan melindungi Al-Aqsa,” katanya, dikutip Reuters.

Abbas mengatakan, pemimpin Israel membuat kesalahan besar jika mereka berpikir bisa membalikkan sejarah untuk membelah Al-Aqsa seperti yang mereka lakukan terhadap Masjid Ibrahimi di Hebron. Muslim, kata Abbas, memiliki hak untuk mempertahankan diri jika situs suci mereka diserang.

Otoritas Israel mengatakan bahwa mereka tidak berencana mengubah status quo Al-Aqsa. Al-Aqsa tetap milik Palestina dan umat muslim. Israel juga membantah mencoba memasuki Al- Aqsa tanpa alasan yang kuat. Mereka mencurigai Palestina menggunakan Al- Aqsa untuk menyimpan bom molotov, batu, dan botol yang dipakai sebagai senjata.

Dukungan kepada Palestina untuk mempertahankan Al-Aqsa memang mengalir. Namun ironisnya, tidak seluruh umat Islam mengetahui dengan benar bangunan Al-Aqsa. Kenyataannya, beberapa umat Islam salah menunjukkan foto Al-Aqsa (berkubah perak keabuabuan). Al-Aqsa sering tertukar dengan Dome of the Rock (berkubah emas). Sebagian teolog konspirasi di dunia menilai, hal itu sebagai keberhasilan strategi zionis yang ingin menghapus Al-Aqsa dari ingatan umat Islam.

Dengan begitu, ketika Al-Aqsa yang asli dihancurkan, hanya sedikit umat Islam yang akan bereaksi. Sebab, sebagian dari mereka mengira Al-Aqsa masih berdiri kokoh.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7366 seconds (0.1#10.140)