Topan Hagupit Menerjang, Dua Tewas
A
A
A
MANILA - Dua warga Legazpi, Provinsi Albay, Filipina, tewas akibat topan Hagupit kemarin. Topan itu menumbangkan pepohonan, mematikan arus listrik, serta menimbulkan banjir dan ombak tinggi di pesisir pantai kawasan tersebut.
Sekitar 50 juta orang mengungsi dari kawasan yang berpotensi terkena dampak topan ini seperti Pulau Samar dan Provinsi Albay. Kawasan ini masih dalam proses pemulihan setelah topan hebat Haiyan melanda tahun lalu. Selain kawasankawasan tersebut, Camarines Sur dan Masbate juga telah menyatakan keadaan darurat.
Di Tacloban, tempat ribuan orang tewas karena Haiyan, atap-atap rumah roboh dan jalan tergenang banjir akibat terjangan Hagupit. Meski terjangan Hagupit belum separah yang dikhawatirkan, warga tetap harus waspada. Apalagi sudah ada dua korban tewas. “Hagupit tetap bisa menjadi topan mematikan,” demikianketeranganBadanMeteorologi Filipina kemarin. Selain itu, meskipun Hagupit berpotensi kuat melemah dan meninggalkan Filipina, ancaman banjir dan tanah longsor terus mengintai.
Sebagaimana dilansir Reuters, Pemerintah Provinsi Albay menyerukan agar warga bertahan di tempat penampungan setelah terjadinya longsor. Sejak pertengahan pekan lalu, Pemerintah setempat menyediakan1.000tempat penampungan. Sekitar 120.000 personel militer juga diturunkan. “Pemerintah sangat serius menghadapi topan Hagupit. Bencana Haiyan merupakan pelajaran berharga,” ujar Wali Kota Catbalogan, Pulau Samar, Stephany Uy-Tan kepada AFP.
Wali Kota Tacloban Alfred Romualdez mengungkapkan kotanya gelap gulita lantaran matinya listrik. “Tapi segalanya dalam kendali. Banjir menggenangi jalan, tetapi tidak membuat kota lumpuh,” paparnya.
Seorang korban topan Haiyan, Rhea Estuna, mengungkapkan sudah berada di salah satu penampungan di Tacloban sejak Kamis (4/12). Dia mengatakan sangat takut bila Hagupit akan separah Haiyan. “November tahun lalu (saat Haiyan menerjang Filipina) adalah masa terburuk dalam hidup kami. Makanya kami langsung mengungsi ketika ada pemberitahuan bakal ada topan Hagupit,” ujar Rhea.
Ibu satu orang anak itu mengaku khawatir saat melangkahkan kaki keluar dari shelter kemarin. “Tidak ada mayatmayat tergeletak di jalan. Tidak ada tumpukan sampah yang berasal dari rumah yang hancur. Topan ini (Hagupit) tak separah Haiyan,” imbuh Rhea. Ketakutan juga dirasakan Marline Conde. Wanita berusia 50 tahun ini mengungkapkan sepanjang hidupnya dia sudah sering mengalami bencana topan. Tapi Haiyan menimbulkan trauma yang sangat dalam.
“Saya langsung mengungsi begitu mendengar pemberitahuan topan. Kami tidak mau mengambil risiko. Kami tidak akan cepat- cepat meninggalkan tempat pengungsian,” ujar Conde. Persiapan Pemerintah Filipina dalam mengantisipasi bencana topan Hagupit mendapat apresiasi internasional.
“Persiapan sangat matang,” ujar juru bicara Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) Orla Fagan kepada CNN. “Di Tacloban, (bencana topan Haiyan) menelan korban jiwa. Kini, mereka pun berusaha agar warganya selamat,” imbuhnya.
rini agustina/arvin
Sekitar 50 juta orang mengungsi dari kawasan yang berpotensi terkena dampak topan ini seperti Pulau Samar dan Provinsi Albay. Kawasan ini masih dalam proses pemulihan setelah topan hebat Haiyan melanda tahun lalu. Selain kawasankawasan tersebut, Camarines Sur dan Masbate juga telah menyatakan keadaan darurat.
Di Tacloban, tempat ribuan orang tewas karena Haiyan, atap-atap rumah roboh dan jalan tergenang banjir akibat terjangan Hagupit. Meski terjangan Hagupit belum separah yang dikhawatirkan, warga tetap harus waspada. Apalagi sudah ada dua korban tewas. “Hagupit tetap bisa menjadi topan mematikan,” demikianketeranganBadanMeteorologi Filipina kemarin. Selain itu, meskipun Hagupit berpotensi kuat melemah dan meninggalkan Filipina, ancaman banjir dan tanah longsor terus mengintai.
Sebagaimana dilansir Reuters, Pemerintah Provinsi Albay menyerukan agar warga bertahan di tempat penampungan setelah terjadinya longsor. Sejak pertengahan pekan lalu, Pemerintah setempat menyediakan1.000tempat penampungan. Sekitar 120.000 personel militer juga diturunkan. “Pemerintah sangat serius menghadapi topan Hagupit. Bencana Haiyan merupakan pelajaran berharga,” ujar Wali Kota Catbalogan, Pulau Samar, Stephany Uy-Tan kepada AFP.
Wali Kota Tacloban Alfred Romualdez mengungkapkan kotanya gelap gulita lantaran matinya listrik. “Tapi segalanya dalam kendali. Banjir menggenangi jalan, tetapi tidak membuat kota lumpuh,” paparnya.
Seorang korban topan Haiyan, Rhea Estuna, mengungkapkan sudah berada di salah satu penampungan di Tacloban sejak Kamis (4/12). Dia mengatakan sangat takut bila Hagupit akan separah Haiyan. “November tahun lalu (saat Haiyan menerjang Filipina) adalah masa terburuk dalam hidup kami. Makanya kami langsung mengungsi ketika ada pemberitahuan bakal ada topan Hagupit,” ujar Rhea.
Ibu satu orang anak itu mengaku khawatir saat melangkahkan kaki keluar dari shelter kemarin. “Tidak ada mayatmayat tergeletak di jalan. Tidak ada tumpukan sampah yang berasal dari rumah yang hancur. Topan ini (Hagupit) tak separah Haiyan,” imbuh Rhea. Ketakutan juga dirasakan Marline Conde. Wanita berusia 50 tahun ini mengungkapkan sepanjang hidupnya dia sudah sering mengalami bencana topan. Tapi Haiyan menimbulkan trauma yang sangat dalam.
“Saya langsung mengungsi begitu mendengar pemberitahuan topan. Kami tidak mau mengambil risiko. Kami tidak akan cepat- cepat meninggalkan tempat pengungsian,” ujar Conde. Persiapan Pemerintah Filipina dalam mengantisipasi bencana topan Hagupit mendapat apresiasi internasional.
“Persiapan sangat matang,” ujar juru bicara Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) Orla Fagan kepada CNN. “Di Tacloban, (bencana topan Haiyan) menelan korban jiwa. Kini, mereka pun berusaha agar warganya selamat,” imbuhnya.
rini agustina/arvin
(ars)