Experiental Marketing yang Menancap di Pasar

Minggu, 07 Desember 2014 - 11:01 WIB
Experiental Marketing...
Experiental Marketing yang Menancap di Pasar
A A A
Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia kalah jauh dibandingkan yang ke negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Pada 2013, turis asing yang berlibur ke Tanah Air mencapai 8 juta jiwa.

Bandingkan dengan Malaysia yang dikunjungi turis luar negeri sebanyak 25 juta orang. Filipina juga memanen keuntungan dengan kedatangan 22 juta wisatawan. Kenyataan tersebut tentu ironis mengingat potensi pariwisata Indonesia sungguh luar biasa. Indonesia memilik kekayaan alam memesona dan budaya Nusantara yang diakui dunia.

Mengerek tingkat kunjungan pariwisata memang tergantung pada banyak faktor. Namun memperkaya destinasi dan suguhan dinilai jadi salah satu jurus ampuh. Wisatawan mancanegara dipercaya akan dengan sendirinya berdatangan ke Indonesia bila beragam budaya yang ada di setiap daerah tersebut dibingkai secara menarik.

Ini misalnya dilakukan Kabupaten Banyuwangi dengan beragam festivalnya, juga Riau yang saban tahun menyelenggarakan Festival Budaya Batang Gansal. “Agenda tahunan ini sengaja diadakan dengan tujuan mempromosikan seni dan budaya asli daerah. Selain itu, acara ini juga untuk menarik wisatawan lokal, nasional, dan internasional,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hulu Armansyah.

Pengamat bisnis dari PPM Manajemen Wahyu T Setyobudi menjelaskan, secara umum pariwisata di Indonesia belum digarap dengan baik. Imbasnya, potensi yang sangat besar itu terus menguap dalam beberapa dekade terakhir. “Nah baru-baru ini, ketika daerah mencari sumber-sumber pendapatan untuk memaksimalkan PAD, pariwisata dianggap sebagai sumber yang paling seksi,” ucap Wahyu kepada KORAN SINDO kemarin.

Persoalannya, pasar dalam hal ini turis potensial baik lokal maupun asing belum memiliki kesadaran yang cukup mengenai aset pariwisata daerah ini. Karena itu, mau tak mau promosi atas event-event demikian perlu diinten-sifkan. Festival budaya, fashion, musik, dan sebagainya merupakan salah satu elemen penting untuk memperkenalkan kepariwisataan daerah tersebut.

Selain itu, festival menjadi salah satu bentuk experiental marketing yang benarbenar membekas di memori pasar. Diharapkan pola experiental ini dapat memicu word of mouth sehingga biaya pemasaran menjadi lebih murah, tetapi efektif. Akan tetapi, ada bahayanya juga jika event festival tidak dikelola dengan baik dan terencana secara matang.

“Hal penting yang mesti diperhatikan adalah kekuatan konsep acara, keunikan, ketersediaan akomodasi, dan penerimaan masyarakat daerah tersebut kepada para tamu,” urai Wahyu. Dalam hal ini, kiranya daerah-daerah bisa meneladani Pasadena, sebuah kota kecil berpenduduk hanya 146.000 jiwa di California, tetapi sangat populer hingga ke berbagai penjuru dunia dengan festival bunga mawar yang diselenggarakan setiap awal tahun baru.

Parade bunga mawar di kota ini sudah terselenggara sejak 1890 dan sukses mendongkrak perekonomian masyarakat lokal. Meski hanya kota kecil, siapa yang sangka jika hampir seluruh negara ikut menjadi peserta dalam parade bunga mawar tersebut. Bahkan setiap tahun Indonesia juga telah mengikuti parade tersebut.

Pada pergelaran tahun ini, melalui Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf), Pemerintah Indonesia mengirimkan peserta dan memamerkan kendaraan hias bertema Wonderful Indonesia: Paradise on Earth. Kendaraan hias tersebut berdesain komodo, diramaikan dengan penampilan tari dari Kalimantan Timur.

Nafi muthohirin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6264 seconds (0.1#10.140)