Distribusi Buku Dijamin Tetap Lancar
A
A
A
JAKARTA - Balai Pustaka menjamin distribusi buku kurikulum tetap berjalan normal meski pemerintah sudah memutuskan pemberlakuan kurikulum 2013 dibatasi.
Direktur Utama Balai Pustaka Saiful Bahri mengatakan, pihaknya melayani 53 kabupaten/ kota dengan sekolah sasaran mencapai 9.060 unit untuk distribusi buku di semester II ini. Total buku yang dicetak mencapai 4,7 juta eksemplar.
Dia optimistis pengiriman dapat diselesaikan sebelum akhir tahun, sehingga saat pelaksanaan semester II pada Januari 2015 buku sudah bisa digunakan dalam pembelajaran di sekolah. “Saya sudah dengar kurikulum akan dilakukan terbatas. Namun, distribusi buku tidak terpengaruh. Kami tetap akan mengirimkan buku ke sekolah,” tandas Saiful ketika ditemui di Balai Pustaka, Jakarta, kemarin.
Saiful mengatakan, provinsi yang menjadi wilayah distribusi meliputi Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Jawa Barat. “Pemerintah sudah mengeluarkan (menyediakan) sekian triliun. Kalau membatalkan, justru akan menjadi persoalan. Yang dievaluasi kan bukan substansinya, tapi proses implementasinya, bagaimana kesiapan guru, dan pendistribusian buku yang dulu sempat terlambat,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah melakukan evaluasi implementasi kurikulum baru. Yang menjadi latar belakang dilakukannya evaluasi itu karena masih banyak sekolah dan guru yang belum siap menerapkan kurikulum itu. Arah evaluasi adalah kembali membatasi sekolah pelaksana Kurikulum 2013 pada semester depan.
Artinya, sekolah-sekolah yang saat ini sudah melaksanakan Kurikulum 2013 tapi dirasa belum siap akan diimbau untuk kembali menerapkan Kurikulum 2006 (KTSP). Rencananya, kurikulum 2013 hanya diberlakukan di 6.325 sekolah sasaran dan sebagian sekolah yang sudah siap saja. Sebelumnya, Kemendikbud pada 2013 sudah menerapkan kurikulum 2013 ini di 6.325 sekolah di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Kurikulum itu diterapkan bertahap di kelas I, IV, VII, dan X saja. Namun, pihak penyedia buku tetap berpatokan pada data pelaksana Kurikulum 2014/2015, yakni di semua sekolah. Saiful mengatakan, Balai Pustaka mendapat tugas menyediakan buku Kurikulum 2013 semester II untuk empat region. Dipastikan, buku-buku tersebut sudah terdistribusikan ke masing-masing sekolah pada pekan ketiga Desember ini.
“Sehingga awal semester di bulan Januari sudah bisa digunakan. Kewajiban kami sebagai penyedia mengirimkan ke masingmasing sekolah,” paparnya. Dia mengatakan ada perbedaan proses pengadaan buku Kurikulum 2013 untuk semester I dan semester II. Untuk semester I kemarin, anggaran pembelian buku dibayarkan oleh masing-masing sekolah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS).
Sedangkan untuk semester II, pembayaran melalui dana alokasi khusus (DAK), yang anggarannya berada di dinas pendidikan. Menurut Saiful, proses pembelian melalui sistem DAK lebih bisa terkontrol dan efektif. “Pola proyek pengadaan melalui DAK ini sudah terbiasa dan lebih mudah serta sudah pasti dibayarkan. Kalau melalui sekolah, penyedia harus menagih ke masing-masing sekolah, agak repot,” ungkapnya.
Selain itu, untuk pengadaan buku semester II ini, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) lebih selektif dalam menentukan penyedia buku. “Benar-benar dilakukan uji kelayakan oleh LKPP. Tidak seperti semester I, percetakan yang berani memberikan harga murah bisa mendapat tender, padahal tidak punya mesin yang memadai dan tidak ada jaringan ke daerah untuk membantu distribusi,” ungkap Saiful.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, ada beberapa evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, seperti pengadaan buku dan pelatihan guru. Dia menekankan, evaluasi tersebut dilakukan bukan untuk mengubah Kurikulum 2013, melainkan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Menurut dia, masih banyak masalah dalam pelaksanaannya.
“Kami hanya ingin melakukan evaluasi untuk menyempurnakan kurikulum itu,” tandasnya. Dalam melakukan evaluasi Kurikulum 2013, Mendikbud dan tim evaluasi juga mempertimbangkan masukan dan kritik dari pemerintah daerah maupun guru dan siswa.
Neneng zubaidah
Direktur Utama Balai Pustaka Saiful Bahri mengatakan, pihaknya melayani 53 kabupaten/ kota dengan sekolah sasaran mencapai 9.060 unit untuk distribusi buku di semester II ini. Total buku yang dicetak mencapai 4,7 juta eksemplar.
Dia optimistis pengiriman dapat diselesaikan sebelum akhir tahun, sehingga saat pelaksanaan semester II pada Januari 2015 buku sudah bisa digunakan dalam pembelajaran di sekolah. “Saya sudah dengar kurikulum akan dilakukan terbatas. Namun, distribusi buku tidak terpengaruh. Kami tetap akan mengirimkan buku ke sekolah,” tandas Saiful ketika ditemui di Balai Pustaka, Jakarta, kemarin.
Saiful mengatakan, provinsi yang menjadi wilayah distribusi meliputi Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Jawa Barat. “Pemerintah sudah mengeluarkan (menyediakan) sekian triliun. Kalau membatalkan, justru akan menjadi persoalan. Yang dievaluasi kan bukan substansinya, tapi proses implementasinya, bagaimana kesiapan guru, dan pendistribusian buku yang dulu sempat terlambat,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah melakukan evaluasi implementasi kurikulum baru. Yang menjadi latar belakang dilakukannya evaluasi itu karena masih banyak sekolah dan guru yang belum siap menerapkan kurikulum itu. Arah evaluasi adalah kembali membatasi sekolah pelaksana Kurikulum 2013 pada semester depan.
Artinya, sekolah-sekolah yang saat ini sudah melaksanakan Kurikulum 2013 tapi dirasa belum siap akan diimbau untuk kembali menerapkan Kurikulum 2006 (KTSP). Rencananya, kurikulum 2013 hanya diberlakukan di 6.325 sekolah sasaran dan sebagian sekolah yang sudah siap saja. Sebelumnya, Kemendikbud pada 2013 sudah menerapkan kurikulum 2013 ini di 6.325 sekolah di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Kurikulum itu diterapkan bertahap di kelas I, IV, VII, dan X saja. Namun, pihak penyedia buku tetap berpatokan pada data pelaksana Kurikulum 2014/2015, yakni di semua sekolah. Saiful mengatakan, Balai Pustaka mendapat tugas menyediakan buku Kurikulum 2013 semester II untuk empat region. Dipastikan, buku-buku tersebut sudah terdistribusikan ke masing-masing sekolah pada pekan ketiga Desember ini.
“Sehingga awal semester di bulan Januari sudah bisa digunakan. Kewajiban kami sebagai penyedia mengirimkan ke masingmasing sekolah,” paparnya. Dia mengatakan ada perbedaan proses pengadaan buku Kurikulum 2013 untuk semester I dan semester II. Untuk semester I kemarin, anggaran pembelian buku dibayarkan oleh masing-masing sekolah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS).
Sedangkan untuk semester II, pembayaran melalui dana alokasi khusus (DAK), yang anggarannya berada di dinas pendidikan. Menurut Saiful, proses pembelian melalui sistem DAK lebih bisa terkontrol dan efektif. “Pola proyek pengadaan melalui DAK ini sudah terbiasa dan lebih mudah serta sudah pasti dibayarkan. Kalau melalui sekolah, penyedia harus menagih ke masing-masing sekolah, agak repot,” ungkapnya.
Selain itu, untuk pengadaan buku semester II ini, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) lebih selektif dalam menentukan penyedia buku. “Benar-benar dilakukan uji kelayakan oleh LKPP. Tidak seperti semester I, percetakan yang berani memberikan harga murah bisa mendapat tender, padahal tidak punya mesin yang memadai dan tidak ada jaringan ke daerah untuk membantu distribusi,” ungkap Saiful.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, ada beberapa evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, seperti pengadaan buku dan pelatihan guru. Dia menekankan, evaluasi tersebut dilakukan bukan untuk mengubah Kurikulum 2013, melainkan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Menurut dia, masih banyak masalah dalam pelaksanaannya.
“Kami hanya ingin melakukan evaluasi untuk menyempurnakan kurikulum itu,” tandasnya. Dalam melakukan evaluasi Kurikulum 2013, Mendikbud dan tim evaluasi juga mempertimbangkan masukan dan kritik dari pemerintah daerah maupun guru dan siswa.
Neneng zubaidah
(ars)