Muhammad Anis Jabat Rektor UI

Jum'at, 05 Desember 2014 - 10:01 WIB
Muhammad Anis Jabat Rektor UI
Muhammad Anis Jabat Rektor UI
A A A
DEPOK - Muhammad Anis resmi dilantik menjadi rektor Universitas Indonesia (UI) periode 2014-2019. Pelantikan digelar di Balai Sidang UI, Depok, kemarin siang.

Pelantikan dilakukan bersamaan dengan serahterima jabatan dari Pejabat Rektor UI Bambang Wibawarta. Pelantikan rektor UI didasarkan Keputusan Majelis Wali Amanat UI Nomor 020/SK/MWAUI/ 2014 tentang Pengangkatan dan Penugasan Rektor UI Periode 2014-2019. Anis mengatakan, mengemban jabatan rektor bukan hal mudah. Karena itu, dia harus menjalankan amanah dan tanggung jawab dengan benar.

Dia berharap dapat menyumbangkan banyak hal baik untuk UI. Termasuk keinginannya mewujudkan visi UI sebagai universitas yang otonom sebagai penghasil ilmu pengetahuan untuk memberikan solusi bagi masalah nasional dan global. “Saya juga mengajak seluruh sivitas akademika untuk bersama-sama membangun UI. UI adalah milik kita bersama,” katanya kemarin. Sebagai institusi pendidikan, UI memiliki reputasi dan budaya prestasi yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Tantangan global dan lonjakan jumlah penduduk dunia, termasuk Indonesia, berdampak pada permasalahan yang kompleks terhadap keberlanjutan kehidupan manusia di muka bumi. “UI harus mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut baik di tingkat nasional maupun global,” tandasnya.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) Muhammad Nasir mengatakan untuk memajukan pendidikan tinggi harus didukung banyaknya riset yang dihasilkan. Sayangnya hingga kini anggaran riset saat ini masih minim, masih kurang dari 1%. “Anggaran (riset) sekarang baru 0,09% dari produk domestik bruto (PDB). Itu pun 74% berasal dari pemerintah, sisanya baru dari dunia usaha,” tukasnya.

Dibandingkan negara lain, anggaran riset Indonesia tertinggal jauh. Sebagai perbandingan, dana riset di Malaysia mencapai 1%, Thailand 0,25%, dan Singapura bahkan mencapai 2,15%. Idealnya anggaran riset yang diperlukan 0,5% dari PDB.

Minimnya dana riset karena belum banyak hasil riset diaplikasikan dalam dunia usaha. Padahal, dunia usaha memerlukan hasil riset.

R ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8444 seconds (0.1#10.140)