Keliling Eropa Menggalang Dukungan
A
A
A
KABUL - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melakukan lawatan ke berbagai negara Eropa dan Asia untuk mendiskusikan rancangan perdamaian dan menghidupkan kembali perekonomian Afghanistan.
Salah satu agenda yang akan dilakukan Ghani adalah mengunjungi markas Aliansi Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia dan menghadiri konferensi donor di London, I n g g r i s . Kunjungan dilakukan setelah Afghanistan menghadapi banyak tantangan serius, antara lain rapuhnya perekonomian negara, menurunnya dana bantuan, serta pemberontakan ekstremis Islam Taliban yang tak kunjung berakhir.
Ghani berharap kunjungannya dapat memupus keraguan negara anggota NATO dan Amerika S e r i - kat (AS) terhadap Afghanistan sehingga mereka kembali bersedia mengucurkan bantuan besar. “Kami akan berbicara tentang keyakinan masa depan sehingga tidak ada lagi kecurigaan antara NATO, AS, dan Afganistan,” jelas Ghani dilansir Channelnewsasia.
Ghani ingin meyakinkan NATO dan AS bahwa dirinya adalah pemimpin yang dapat membawa Afghanistan keluar dari konflik. Namun, usaha tersebut tampaknya akan sulit terwujud mengingat Taliban enggan bekerja sama dengan Afghanistan untuk melakukan perdamaian. Ghani pun mengakui bahwa Taliban adalah pihak yang paling bertanggung jawab menenggelamkan perekonomian Afghanistan.
Alumnus Columbia University ini berpendapat hanya perubahan ekonomilah yang bisa kembali membuat Afghanistan stabil. Sejak turun di kancah politik Afghanistan, Ghani memang konsen pada bidang ekonomi. Sosok yang pernah bekerja di Bank Dunia ini bermimpi dapat membangun negara rusak seperti Afghanistan menjadi negeri yang kuat secara ekonomi dan politik.
Hal ini tak terlepas dari pengalamannya selama di Bank Dunia yang kerap berurusan dengan berbagai proyek di Asia Timur dan Asia Selatan. Selama bekerja dengan Bank Dunia, Ghani melihat bahwa kemajuan sebuah negara terletak pada pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Ayah dua anak ini menginginkan Afghanistan melakukan hal yang sama.
Rini agustina
Salah satu agenda yang akan dilakukan Ghani adalah mengunjungi markas Aliansi Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia dan menghadiri konferensi donor di London, I n g g r i s . Kunjungan dilakukan setelah Afghanistan menghadapi banyak tantangan serius, antara lain rapuhnya perekonomian negara, menurunnya dana bantuan, serta pemberontakan ekstremis Islam Taliban yang tak kunjung berakhir.
Ghani berharap kunjungannya dapat memupus keraguan negara anggota NATO dan Amerika S e r i - kat (AS) terhadap Afghanistan sehingga mereka kembali bersedia mengucurkan bantuan besar. “Kami akan berbicara tentang keyakinan masa depan sehingga tidak ada lagi kecurigaan antara NATO, AS, dan Afganistan,” jelas Ghani dilansir Channelnewsasia.
Ghani ingin meyakinkan NATO dan AS bahwa dirinya adalah pemimpin yang dapat membawa Afghanistan keluar dari konflik. Namun, usaha tersebut tampaknya akan sulit terwujud mengingat Taliban enggan bekerja sama dengan Afghanistan untuk melakukan perdamaian. Ghani pun mengakui bahwa Taliban adalah pihak yang paling bertanggung jawab menenggelamkan perekonomian Afghanistan.
Alumnus Columbia University ini berpendapat hanya perubahan ekonomilah yang bisa kembali membuat Afghanistan stabil. Sejak turun di kancah politik Afghanistan, Ghani memang konsen pada bidang ekonomi. Sosok yang pernah bekerja di Bank Dunia ini bermimpi dapat membangun negara rusak seperti Afghanistan menjadi negeri yang kuat secara ekonomi dan politik.
Hal ini tak terlepas dari pengalamannya selama di Bank Dunia yang kerap berurusan dengan berbagai proyek di Asia Timur dan Asia Selatan. Selama bekerja dengan Bank Dunia, Ghani melihat bahwa kemajuan sebuah negara terletak pada pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Ayah dua anak ini menginginkan Afghanistan melakukan hal yang sama.
Rini agustina
(ars)